Bab 13, Let's make memory together II.

331 31 2
                                    


••

"Neda sudah tidur?" tanya Gantari setelah selesai menyiapkan tempat tidur dan sudah berganti gaun tidur putih renda khas wanita Eropa di zaman itu.

Anak itu bersikeras ingin tidur sendiri di kamar satu lagi, berhubung ada dua kamar di pondok, mereka menempati kamar kedua dan Neda kamar utama. Neda berujar, Galinarael akan menemani nya jika sudah selesai dengan urusannya. Jadi, Theo dan Gantari tak perlu khawatir.

Lelaki yang berdiri mematung membelakangi pintu kamar itu, menghela nafas sebentar, ia ikut bergabung di atas kasur dengan Gantari, lengannya memeluk Gantari dari belakang, hanya ada senyum sangat tipis di bibir nya. Menoleh ke belakang, posisi Theo sudah berbaring, hanya Gantari yang duduk, mengusap wajah putih berjambang Theo, Gantari juga tak ingin berbicara, hanya ada keheningan antara mereka berdua.

"Aku tak bisa menjanjikan pernikahan, ma'af.."

"Tak apa, aku sudah bilang, jalani saja yang ada."

Gantari memposisikan dirinya menghadap Theo sepenuhnya, hanya ada perasaan aneh saat melihat bagaimana waktu merubah keadaan mereka berdua yang tadinya asing menjadi saling membutuhkan. Jujur, Gantari belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Rasanya sangat hangat, terutama di bagian dada, mengetahui ada lelaki yang sebetulnya tulus menyayanginya meskipun lelaki itupun tak bisa menjanjikan ikatan yang bisa ia banggakan di hadapan banyak orang.

Tapi, cukup seperti ini, ia tak mau meminta lebih. Bagaimana Theo memperlakukannya dengan sangat baik, membuat Gantari bersyukur.

Perutnya diusap pelan oleh telapak tangan lebar milik Theo, mereka berdua tersenyum tipis, melihat ke arah perut Gantari yang sudah mengeras.

"Kamu sudah memikirkan nama? Dia perempuan." ucapnya pelan, Theo mendogak, lalu menatap perut wanitanya lagi.

Menggeleng pelan, ia pun belum terpikirkan kesana, tapi boleh juga, dipikirkan dari sekarang, "Hum.. Apa ya? Bagaimana nama anak ini gabungan dari nama Hindia Belanda dan Netherlands?" usul Theo, Gantari mengikut saja, ia juga belum ada nama yang dipersiapkan.

"Namaku Theodorus, harusnya nama anakku kelak berawal dari T, yaitu Theresa atau Theresia, kamu suka yang mana?"

"Theresa bagus."

"Maka, namanya Theresa Kusumaningrum Vanderberg, maknanya Perempuan seharum bunga dari keluarga Vanderberg. Bagus tidak?"

••

In the future, 2019.

Museum Rumah Belanda, Bandung.

Segerombolan anak SMA sedang dipandu oleh Tour guide yang disediakan oleh Museum itu, melewati beberapa lukisan tahun 1900-an di rumah Tuan tanah dan Bangsawan kaya raya pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Mereka berhenti di depan salah satu lukisan wanita Eropa yang sangat cantik, memakai gaun khas Bangsawan dengan aksesoris tidak lupa rambut pirangnya ditata gaya khas para Bangsawan wanita Eropa.

 Mereka berhenti di depan salah satu lukisan wanita Eropa yang sangat cantik, memakai gaun khas Bangsawan dengan aksesoris tidak lupa rambut pirangnya ditata gaya khas para Bangsawan wanita Eropa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALO! Tuan NetherlandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang