Bab 12, Let's make memory together.

191 25 7
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


••

"Bathup ini langsung di import dari Netherlands, tidak ada yang punya disini selain para petinggi Netherlands, termasuk aku, bagaimana rasanya? Nyaman?" Theo terus berbicara daritadi, dia terlihat cerewet tidak seperti biasanya, Gantari yang sedang berendam hanya korek-korek kuping kirinya dengan jari telunjuk, aduh, Meneer satu ini, sekalinya cerewet, bikin budeg juga.

Dengan jahil Gantari mencipratkan air ke wajah tampan Theo, yang langsung berubah kesal, "HEII!! sudah terlambat, masih mau main-main." Theo membalasnya dengan cipratan air juga.

"Iihh! Kena mata!"

"Menurutmu aku terkena apa? Basah bajuku Gantari!"

"Tinggal ganti lagi saja, gitu aja ribet." balasnya bersungut-sungut, Theo mengambil segayung air, lalu menguyur  kepala gadis itu dengan air hangat.

"Ayok, sudah terlambat, Neda menunggu daritadi, pakai handukmu!"

"Iihh!! Nyebelin."

"Jangan merengek terus, waktuku tidak banyak, Henrick akan marah-marah jika ada jadwal yang berantakan." Theo mengambil handuk putih yang tergantung, membantu Gantari berdiri, lalu menyelimuti badan gadis itu yang sudah mulai berisi.

Gantari sedikit heran melihat Theo yang mengulum senyumnya, hari ini kenapa Theo jadi agak aneh, ya?

mengambil handuk kecil, lalu diusap-usapkan lembut ke bagian tubuh Gantari yang masih basah, begitu telaten, membuat wanita itu mengulum senyum yang membuat hatinya terasa hangat, perutnya terasa menggelitik.

"Sikapmu aneh hari ini." ungkapnya.

Alis tebal Theo naik sebelah, matanya bertemu dengan mata sayu yang selalu Theo suka, "tak ada yang aneh, hanya perasaan mu saja." kilah Theo, tak mau mengaku.

"Kamu hanya tidak mau mengakui itu"

"Nee, jangan bicara aneh-aneh, lebih baik segera pakai gaun yang aku belikan kemarin. Kamu kuat berjalan?"

"Mau gendong emang, kalo gak kuat?"

"Tentu saja, kemari!"

Theo segera menaruh lengan kanannya di punggung Gantari, dan lengan kiri nya di bawah lipatan kedua kaki jenjang kekasihnya itu. Mengangkat tubuh wanitanya dengan mudah, ia bawa ke kamar tidur, Gantari hanya tersenyum malu-malu, sesekali ia mendongak, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Theo.

Saat sampai di depan ranjang, Theo menurunkan Gantari dengan pelan, bergegas mengambil gaun yang sudah rapih tergantung, "pakailah, aku mau ke depan dulu, melihat Neda." menyerahkan gaunnya pada Gantari.

"Dia manis banget, tumben." monolog Gantari jadi senyum-senyum sendiri dibuat nya. Ia lekas memakai gaun kuning tersebut, berkaca sebentar, menggoyangkan tubuhnya ke kanan-kiri, "cocok!"

HALO! Tuan NetherlandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang