Bab 8 - Teman dari jauh

189 42 7
                                    


••

Mereka memasuki hutan pinus yang gelap dan pohon-pohon disana tampak agak sedikit aneh, jaraknya berdekatan, ranting-rantingnya menjulur tak beraturan. Gantari memaksa ikut dengan Theo karena ingin tahu ada masalah apa hingga si Meneer tampak sangat tergesa, ketika mendengar Tuan Natarin butuh bantuannya. Sebenernya siapa Natarin itu?

Dipandu oleh Rue, sosok lelaki tadi, ia kembali memancarkan cahaya dari dalam tubuhnya, Gantari merasa mereka bukan berjalan tapi agak sedikit terbang masuk lebih jauh kedalam hutan, anehnya ia tak sedikitpun tergores ranting atau terkena pepohonan yang sangat rindang.

Sosok bernama Rue itu aneh, ia bertudung putih terang membawa busur panah di punggung nya. Gerakan tubuhnya sangat rapi dan anggun, seperti bukan sosok manusia. Tangan sebelah kanannya melambai pelan, membuka jalan untuk dilalui hingga tak terasa sampai di depan gerbang tinggi membentuk sulur-sulur pohon yang indah.

Lampu-lampu yang terkesan aneh tapi antik menyambut mereka, gengaman Gantari di lengan Theo mengerat, ia sedikit takut tapi takjub oleh apa yang dilihat matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lampu-lampu yang terkesan aneh tapi antik menyambut mereka, gengaman Gantari di lengan Theo mengerat, ia sedikit takut tapi takjub oleh apa yang dilihat matanya. "Aku bilang diam di rumah, kamu merepotkan saja." bisik Theo tajam, dibalas delikan mata Gantari.

Cahaya dari tubuh Rue kembali memudar, kalah oleh cahaya yang terpancar dari sekitar tempat yang mereka kunjungi ini. Gantari tersadar, ia bukan lagi berada di dunia manusia, tapi ia sedang berada entah dimana, yang pasti tempat sangat indah diantara gelapnya hutan dan malam hari.

"Silahkan, Tuanku sudah menunggu kamu, Theo." Rue diam disisi kiri, mempersilahkan Theo dan Gantari masuk ke dalam pohon besar nan tinggi, yang terasa seperti Istana. Berundak-undak anak tangga, dijaga oleh para sosok seperti Rue, memandang mereka dengan wajah datar, bahkan mata mereka tak berkedip. Mereka bertudung coklat, mempunyai busur panah di punggung dan pedang di pinggangnya.

Gantari sadar, pohon ini adalah Istana mereka, hanya satu kata yang bisa menggambarkan ini, sangat indah.

Menaiki anak tangga satu persatu, ternyata pohon ini dibentuk seperti rumah mewah dengan arsitektur kerajaan bertema keagungan hutan yang rimbun. Mereka melewati banyak sosok yang ternyata bertelinga runcing, bola mata mereka berwarna, didominasi warna terang, biru, hazel dan hijau terang. Bahkan kulit mereka sangat putih pucat dan mengeluarkan cahaya, sebenarnya sosok apa ini? Gantari dan Theo sedang berada dimana?

"Welcome at- Theo, emme welcome tye símen" (Selamat datang kembali Theo, kami meyambutmu disini) mereka disambut oleh sosok tinggi memakai baju putih aneh bagi Gantari, rambut panjangnya kuning keemasan, mempersilahkan masuk kedalam ruangan bersinggasana putih terang sedikit aksen emas dan berlian ada disana.

"Mana's hardin? Whime does natarin maure mime help?" (Ada apa Hardin? Kenapa Natarin butuh bantuanku) Hardin hanya tersenyum, ia berjalan mendahului Theo, ujung baju panjangnya menyapu lantai kayu yang mengkilat cantik. Banyak kunang-kunang terbang diantara mereka. Hardin berucap sangat anggun dan hati-hati, "Our nation indóme n- a valief ohtatimeár-, emme caure mime héru neda -esse valief danger. I health -o i rie cundu na- verime weak, mime héru natarin asks tye ana take care -o him." (Bangsa kami akan perang besar, kami takut Tuan ku Neda dalam bahaya besar. Kesehatan putra mahkota sangat lemah, Tuan ku Natarin meminta anda menjaganya.)

HALO! Tuan NetherlandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang