Prolog

19.7K 926 30
                                    




"Ibu"

Ruangan yang semula hanya terdengar desisan pelan dari televisi karena ditingal fokus ke hal lain oleh pemiliknya kini menjadi sedikit ramai dengan kedatangan dua penghuni lain. Atensi yang awalnya pada benda pipih ringan berubah seketika. Mengusak pucuk kepala salah satu dari dua anak yang duduk di sebelahnya. Tatapannya sangat hangat membuat siapapun yang bertatapan akan merasa nyaman.

Ruangan yang berdominasi dengan warna putih dan abu itu selalu menjadi destinasi terakhir ketika malam hari. Bercengkrama dan berbagi cerita dengan keluarga selalu menjadi akhir cerita di hari yang melelahkan. Saling menguatkan dan mendukung satu sama lain adalah kegiatan wajib.

Remaja yang menggunakan piyama berwarna biru merebahkan kepalanya pada paha seseorang yang selalu ia panggil dengan sebutan ibu. Usapan di atas kepala selalu berhasil membuatnya merasa tenang.

"Liburan sudah selesai, waktunya kembali belajar" tutur sang ibu.

Remaja yang bersandar pada bahu ibunya mengangguk setuju. Sudah dua bulan lamanya mereka tidak mengemban ilmu di bangku sekolah karena waktu libur. Dan esok adalah hari pertama untuk memulai kembali dengan materi yang lebih berat.

"Kembar waktunya tidur, sudah malam" suruh pemuda cantik yang dituruti oleh kedua anak remajanya. Si kembar beda lima menit itu keluar dari ruang keluarga dengan salah satu dari mereka menguap menahan rasa kantuknya.

"Selamat malam ibu" ucapnya bebarengan ketika sampai pada tangga rumah. "Tidur nyenyak anak ibu"

Pintu bercat putih dengan area depan penuh dengan sticker adalah milik si tertua dan pintu yang penuh dengan coretan cat adalah milik si bungsu. Tanpa mengucapkan apapun pada saudara kembarnya, mereka memasuki kamar masing-masing dan segera untuk tidur agar esok hari memiliki semangat yang membara.

Berselang empat puluh lima menit dari masuknya mereka ke dalam kamar, sang ibu yang terlihat sama lelahnya itu turut memasuki satu persatu kamar anak-anaknya. Senyuman merekah ketika menjumpai anak bungsunya sudah bergelung di bawah selimut dan hanya menyisakan pucuk kepalanya saja. Duduk di tepi ranjang sang anak lalu mengusap lembut pucuk kepala remaja berusia empat belas tahun itu. Tidak begitu lama ia masuk ke kamar anaknya yang lain, melakukan hal yang sama layaknya anak kembar tadi.

"Ibu sayang kalian"

.

.

Pagi cerah dan suasana rumah damai tidak akan pernah terjadi di salah satu rumah besar dalam komplek mewah. Keributan yang diciptakan oleh anak kembar itu selalu sukses membuat ibunya menggelengkan kepala. Seperti pagi ini kala dua anak itu tidak menjumpai dimana letak dasi sekolahnya. Mereka berdua berbondong-bondong mendatangi ibunya yang sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan bekal mereka. Walaupun yang mengurus pakaian adalah pelayan rumah akan tetapi ia tetap turun tangan untuk mencarikan dasi milik kedua anaknya.

Masih menjadi sebuah misteri mengapa suatu barang yang dicarikan oleh seorang ibu akan selalu berhasil ditemukan dalam waktu singkat. Hal itu juga berlaku pada Renjun yang berhasil menemukan dua dasi milik anaknya di dalam kotak penyimpanan aksesoris.

"Terima kasih ibu" saut keduanya lalu segera memakainya.

Melihat kedua anaknya tumbuh besar terkadang masih membuatnya tidak percaya. Dalam ingatannya baru saja kemarin mendengar suara tangis keduanya saat baru saja dilahirkan ke dunia. Dan sekarang anak-anaknya sudah menjadi remaja yang sangat tampan.

Banyak sekali kejadian suka dan duka yang mereka lewati sejak awal. Hidup dalam kesusahan tanpa ada bantuan dari tangan lain membuatnya merasakan bagaimana kejamnya kehidupan sebenarnya, hingga kini pemuda itu mampu membawa kedua anaknya hidup dalam kemewahan berkat tangannya sendiri.

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang