15

6.4K 675 41
                                    







Dihina, dilukai, bahkan diinjak-injak harga dirinya telah Renjun telan dengan matang-matang seorang diri. Bagaimanapun, kehidupannya tetap akan berjalan walaupun tidak ada yang memperdulikannya. Rasa sakitnya tetap terasa sama menyakitkannya walaupun telah lama sekali tidak ia rasakan lagi.

Tak memperdulikan rasa sakit yang mendera ulung hatinya, Renjun kembali menjalankan kehidupan dengan normal. Ia harus kembali bangkit demi buah hatinya, Jeno. Masih ada satu nyawa yang bergantung padanya. Masih ada seorang yang menemani hidupnya.

Waktu satu minggu cukup bagi Renjun dan Jeno untuk berkabung dan meratapi kehidupan yang tidak adil. Cukup waktu selama itu hidup keduanya menjadi abu-abu tanpa warna. Kini Renjun akan kembali bekerja dan Jeno kembali menuntut ilmu di bangku sekolah.

Renjun menurunkan sang anak tepat di depan lobby gedung sekolah. Keduanya turun dan Renjun yang memberikan tas kecil berisikan kotak bekal sang anak.

"Nanti ibu jemput" janjinya setelah memberikan pelukan singkat pada Jeno.

"Renjun, Jeno"

Keduanya menoleh, netranya menjumpai seseorang yang selama satu minggu ini tidak mereka jumpai. Tanpa memperdulikan, Jeno, anak itu berlari meninggalkan lobby sekolah dan masuk ke dalam gedung.

Renjun menghembuskan nafas beratnya, ia tidak terkejut jika Jeno bertindak demikian padahal yang memanggil adalah ayahnya sendiri. Ini juga kali pertamanya mereka bertemu lagi setelah Renjun mengusir Jaehyun dari rumahnya tempo hari lalu. Selama itu pula Jaehyun tidak menghubunginya hanya untuk sekedar menanyakan kabar anaknya yang lain yang bersamanya. Entahlah, mungkin pria itu sedang sibuk di kantor dengan pekerjaannya yang telah ia tinggalkan demi menemaninya di rumah sakit dan di pemakaman, atau memang tidak diperbolehkan oleh keluarganya. Renjun juga terkesan acuh dengan pria itu.

"Sepertinya dia marah padaku"

Renjun acuh, menghendikkan bahunya dan tidak berniat menanggapi ucapan Jaehyun yang kini sudah berdiri di hadapannya dengan Sungchan. Tangannya bergerak mengusak rambut anak yang beranjak remaja di depannya.

"Segera masuk ke kelas, bel akan segera berbunyi" Sungchan mengangguk, menuruti perintah Renjun dan meninggalkan dua insan beda usia disana.

Renjun meninggalkan tempat berpijaknya setelah tidak lagi melihat punggung Sungchan disana. Ia berjalan menuju mobilnya yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kau mau kemana?"

Renjun menoleh dengan tangan yang memegang pintu mobil. "Bekerja. Haechan akan semakin marah jika aku terus berada di rumah"

Tidak penting sebenarnya mengatakan kegiatannya hari ini kepada seseorang yang bukan siapa-siapanya. Senyuman dan anggukan ia dapatkan dari Jaehyun.

"Sepulang dari kantor aku akan ke rumahmu"

"Terserah" setelahnya Renjun benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan area sekolah Jeno.

.

Ucapan pria itu benar adanya jika akan mengunjungi rumahnya sepulang dari bekerja. Kini tepat saat matahari terbenam, Jaehyun datang bersama dengan beberapa orang yang membawa kardus besar. Jelas Renjun tau apa isinya, ia juga pernah membeli barang yang sama.

Rubah kecil itu hanya mengantarkan kemana barang itu harus diletakkan. Dengan hanya mengawasi dari belakang orang yang sedang berusaha merakit barang yang dibawa Jaehyun, Renjun memeluk tubuh Jeno yang terlihat tidak mau jauh darinya semenjak kedatangan sang ayah.

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang