24

5.3K 518 19
                                    







Jika diibaratkan layaknya sebuah lukisan yang digambar di atas kanvas, maka kini kehidupannya bagai lukisan yang telah selesai di lukis dan hanya menunggu untuk di tempatkan pada museum agar semua orang tau bagaimana indahnya karya yang tercipta.

Jaehyun amat mensyukuri kehidupannya sekarang, kehidupan yang jauh lebih berwarna dari sebelumnya. Senyuman bahkan dapat terlihat jauh lebih sering daripada dahulu yang selalu menampilkan wajah datarnya.

Satu bulan berada di Canada untuk ikut tinggal bersama dengan Renjun dan buah hati mereka, benar-benar digunakan Jaehyun untuk mendekatkan diri pada keduanya. Hubungannya dengan Renjun juga berkembang sangat baik, mereka terlihat semakin dekat seperti hubungannya dulu saat masih menjadi sahabat.

Renjun pun perlahan mulai membuka diri padanya, bercerita hal-hal kecil maupun menceritakan bagaimana harinya berjalan. Jaehyun selalu suka saat rubahnya antusias membagikan ceritanya. Setidaknya Renjun berbagi kembali segala kehidupannya kepadanya dan kepercayaan itu kembali tercipta untuknya.

"Tidak ada, Je"

Kini Jaehyun dibuat bingung karena Renjun kehilangan bulpoin miliknya. Keduanya telah menghabiskan waktu satu jam untuk mencari bulpoin itu, bahkan segala sudut ruangan telah diperiksa untuk mencari satu buah bulpoin yang baru saja dibeli oleh Renjun.

"Mungkin terjatuh di jalanan" kata Jaehyun yang sudah pusing mencari benda kecil tersebut.

"Hiks harus ketemu. Itu bulpoin baru"

Buru Jaehyun menoleh dan menghampiri Renjun saat isak tangis mulai terdengar dari mulut rubah mungilnya. Ia dudukkan dirinya di samping Renjun yang duduk di tepi ranjang dengan tangan yang mengusap matanya.

"Kita beli baru saja ya? Ayo tunjukkan padaku dimana tokonya?" bujuk Jaehyun.

Namun Renjun menggeleng "Tidak bisa langsung hari ini, hiks. Bulpoin itu aku pesan langsung di perusahaannya. Itu desainku sendiri, Je"

"Terus sekarang bagaimana?" Jaehyun bahkan tidak tau bagaimana rupa dari bulpoin yang baru dibeli kekasihnya ini, dan kini ia dibingungkan dengan benda tersebut yang tiba-tiba hilang. Ia juga tidak tau untuk apa kekasihnya membeli sebuah bulpoin, bahkan Renjun telah resmi berhenti bekerja sejak satu minggu yang lalu.

Renjun tidak menjawab dan terus terisak dalam tangisnya. Jaehyun membawa tubuh mungil tersebut ke atas pangkuannya. Mengalihkan tangan Renjun yang menutupi wajahnya lalu menghapus air mata yang merembes.

Sebenarnya Jaehyun ingin tertawa sekarang, bagaimana bisa Renjun menangisi sebuah bulpoin yang hilang? Namun semua itu ia tahan karena tidak mau semakin membuat suasana hati Renjun memburuk.

"Beritahu aku nomor perusahaannya yang dapat dihubungi, mereka pasti masih menyimpan desainmu"

"Lalu aku bagaimana?"

"Pakai dulu bulpoinku. Jika menurutmu kurang mahal, nanti kita beli lagi"

Renjun mengangguk, tangisnya perlahan mereda. Jaehyun membuka laci nakas dan mengeluarkan bulpoin miliknya, menyerahkan benda tersebut pada Renjun. Setelahnya ia mengecup sekilas pipi Renjun karena benar-benar merasa gemas. Mata dan hidung mancung rubah mungilnya terlihat memerah karena tangis.

"Tapi aku masih marah padamu" katanya, turun dari pangkuan Jaehyun lalu keluar dari kamar mereka.

"Kenapa jadi aku yang salah?" gumamnya.

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang