4

6.3K 760 4
                                    







"Tidak apa, Nono pasti bisa" Renjun menguatkan anak sulungnya, memeluk dengan erat dan mencium sayang pucuk kepalanya.

"Terima kasih, ibu. Nono harus bisa. Untuk Nana"

"Anak ibu hebat"

Terakhir, Renjun mencium pipi gembul sang anak. Mengantarkan si sulung Huang sampai depan pintu gedung tempatnya akan melakukan audisi di dalamnya.

Jeno harus berjuang sendirian untuk memenangkan kompetisi yang ia ikuti. Saudara kembarnya tidak bisa menemaninya berjuang karena Jaemin harus berjuang sendiri untuk hal lain.

"Hah" helaan nafas itu terdengar setelah sang anak tidak terlihat lagi dari pandangannya. Renjun memutuskan untuk duduk di bangku kantin selagi menunggu sang anak menyelesaikan audisinya.

Kepalanya sangat pusing, pikirannya dipenuhi dengan hal-hal berat yang datang bersamaan. Tidak lama setelah dirinya duduk, kepalanya ditumpukan diatas tangan, memejamkan mata saking bingungnya.

Jika boleh ia teriak, Renjun akan berteriak bahwa kehidupannya sangat tidak adil. Merasakan hal-hal berat sendirian. Menerima sesuatu yang harus ia terima seorang diri. Bangkit demi keberlangsungan kehidupan yang lain.

"Aku tidak boleh menyerah, anak-anak membutuhkanku" itu ucapan hatinya. Kalimat yang ia buat sendiri untuk dirinya sendiri.

Mata rubah itu terbuka saat mendengar bangku di depannya di tarik kebelakang. Posisi kepalanya tetap tidak berubah, masih belum berniat melihat sesiapa yang duduk di depannya.

"Jika mau tidur, kau bisa ke ruanganku"

Suara itu membuatnya langsung mendongak. Seharusnya ia sudah tau karena sedang berada di daerah perusahaannya.

"Maaf" ucapnya lirih.

"Kau pucat Renjun"

Renjun gelagapan, ia buru-buru mematut wajahnya dari layar gelap ponselnya. "Tidak, aku hanya lupa memakai lipbalm ku" alihnya.

Terdengar helaan nafas berat dari Jaehyun, pria itu terlihat tidak percaya dengan alasan yang keluar dari mulut sahabat lamanya. Tanpa mengucapkan kata apapun, Jaehyun meraih tangan Renjun dan diajaknya masuk dalam perusahaannya.

Tangan si rubah kecil berusaha melepaskan diri, namun sialnya genggaman itu amat erat. Renjun tidak suka karena mereka menjadi bahan tontonan karyawan lain.

"Jaehyun lepas!"

Ada satu orang berbadan besar membukakan pintu saat mereka hampir mendekati ruangan. Ruangannya sedikit gelap, namun terang saat sorot lampu berlalu lalang. Mulut kecil itu membentuk huruf o saat mengetahui ruangan apa yang ia masuki.

Jaehyun mengajaknya untuk duduk pada bangku di belakang juri, tidak jauh dari panggung yang membuatnya bisa leluasa melihat para kontestan menampilkan bakatnya.

Matanya membulat saat melihat sang anak naik ke atas panggung. Itu artinya sebentar lagi Jeno akan menari disana. Bibirnya menyungging manis hingga tidak sadar bahwa tautan tangannya dengan Jaehyun masih tidak terlepas.

Renjun ingin berdiri sambil memberikan tepukan tangannya yang keras, namun ia urungkan setelah mengingat bahwa dirinya berada disana bersama Jaehyun. Penampilan anaknya sungguh memukau, bahkan hanya seorang diri saja Jeno mampu melakukannya.

"Hebat" ucapnya.

"Anak itu memang hebat. Aku salut melihatnya" Renjun menoleh. Raut tidak percaya tercetak jelas di wajahnya. Jaehyun mengenal anak-anaknya?

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang