11

5.8K 722 34
                                    







Renjun memeluk erat tubuh Jeno seakan menyalurkan energinya pada sang anak yang akan tampil hari ini. Mencium setiap inci wajah sang anak dan berakhir dirinya yang menatap lekat wajah tersebut.

"Apapun hasilnya nanti, ibu tetap bangga pada Nono. Kau telah berusaha hingga sejauh ini. Ibu tidak akan kecewa dengan Nono"

Tubuhnya ia tabrakkan pada sang ibu, memeluknya dengan erat dan menangis. "Nono hebat" lanjut Renjun. "Pamit dulu dengan Nana"

Jeno melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam tangan saudara kembarnya yang tetap memejamkan matanya di atas ranjang rumah sakit.

"Nono hari ini babak final, Na. Aku janji akan membawa piala itu untuk mu. Saat aku kembali, ku harap kau telah sehat"

"Paman Tae sudah menunggu" bisik Renjun pada Jeno.

Hari ini ia tidak bisa untuk melihat penampilan Jeno secara langsung karena operasi Jaemin yang akan dilakukan beberapa jam lagi. Renjun menyerahkan sang anak pada sahabatnya. Taeyonglah yang akan menemani Jeno dalam kompetisi terakhirnya kali ini. Meski begitu, ia akan tetap menyempatkan waktu melihatnya dari layar televisi.

Renjun hanya mengantarkan anaknya hingga depan pintu kamar icu saja, menatap dua punggung yang semakin berjalan menjauh. Lagi-lagi Taeyonglah yang membantunya untuk mengurus anak-anaknya. Soal ajakan Taeyong untuk menikah tempo hari, pria itu bukan sekali atau dua kali menawarinya. Bahkan semenjak mereka baru kenal, Taeyong sudah mengajukan diri untuk dirinya saja yang bertanggung jawab atas kedua anaknya. Bukan Renjun sombong atau jual mahal, hanya saja tidak sepantasnya Taeyong yang menanggung perbuatan yang bahkan tidak ia lakukan.

Sepergian Jeno dan Taeyong menuju agensi tempat kompetisi, dokter yang menangani Jaemin masuk ke ruangan icu. "Ruang operasi sedang disiapkan"

"Baik" jawab Renjun.

Qian Kun mendekat kearah sepupunya dan mengusap lembut bahu Renjun. "Aku yakin anakmu kuat, seperti ibunya"

"Terima kasih, kak"

Hatinya sangat tidak tenang sekarang. Renjun bingung namun tidak tau harus berbuat apalagi. Tidak ada orang lain lagi selain dirinya yang menjaga sang anak disini. Tidak ada orang yang ia peluk dan berbagi segala kekhawatirannya.

"Ohh ayolah Renjun, kau sudah terbiasa sendiri"

.

"Pulang saja ayo paman" Jeno menarik tangan Taeyong untuk diajaknya kembali keluar dari gedung perusahaan milik Jaehyun.

"Hei, kenapa?"

Anak itu menunduk tak berani menatap wajahnya. Taeyong tau jika Jeno sedang merasakan gugup, terlebih gemuruh suara penonton yang meneriaki nama-nama para finalis telah terdengar sampai luar studio.

Taeyong berjongkok menyetarakan tingginya dengan remaja itu. "Nono mau berhenti sampai disini? Tidak jadi membawakan piala untuk Nana?" tanyanya dengan lembut.

Air mata mulai menetes dari kelopak mata Jeno yang membuat Taeyong sedikit terkekeh lalu membawa Jeno dalam pelukannya. Ia sangat paham suasana hati remaja itu karena hati Jeno tidak jauh berbeda dari Renjun.

"Nono takut, paman"

"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kau telah berhasil menyingkirkan banyak peserta lain dan tinggal beberapa lagi. Apapun keputusannya nanti yang didapatkan, Nono sudah hebat"

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang