13

6.2K 720 158
                                    







Dua hari berlalu dari masa operasi sang anak, kini Jaemin telah dipindahkan ke ruang rawat inapnya setelah berhasil melewati masa komanya. Kini Jaehyun dan Renjun sedang menanti sang anak kembali membuka mata dari tidur nyenyaknya. Masih ada waktu hingga enam puluh hari untuk melihat efek yang diberikan tubuh Jaemin untuk menerima hati baru yang telah ditransplantasi.

Renjun dengan setia menunggu sang anak dengan duduk di samping ranjang Jaemin dan menggenggam tangan dingin itu dengan erat. Berharap jika Jaemin membuka mata, dirinyalah yang pertama kali dilihat oleh sang anak.

"Makanlah dulu, kau belum makan sedari semalam" tidak ada jawaban dari Renjun, punggung itu tetap ia hadapkan Jaehyun yang duduk di sofa dengan Jeno.

"Jaemin belum bangun" hanya kalimat itu yang terus Renjun lontarkan ketika disuruh untuk mengisi perutnya yang kosong.

Jaehyun, pria itu tetap setia berada di rumah sakit meskipun beratus kali mulut Renjun mengusirnya untuk kembali ke rumahnya sendiri. Dominan Jung kini tengah memangku Jeno yang telah menyandarkan diri pada dada bidangnya. Beruntung jika remaja tersebut mulai luluh dengannya walaupun sedikit sulit mendekati Jeno yang kaku dengan orang baru.

"Mau hadiah apa atas kemenanganmu?" tanya Jaehyun pada putra sulungnya.

"Ibu berjanji akan belikan komputer" jawab Jeno dengan memainkan kancing kemeja sang ayah.

"Nanti ayah belikan. Jeno pilih sendiri yang diinginkan"

"Benar?" tanya anak itu dengan mata yang berbinar dan dijawab anggukan oleh Jaehyun.

Sebegitu mudahnya membuat Jeno senang, perlahan ia tau apa kegemaran dari anaknya. Jeno masih suka bermanja hingga digendong walaupun usianya telah memasuki fase remaja. Anaknya itu masih suka tidur ditemani hingga terlelap. Jeno lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarganya daripada dengan teman-temannya.

Keheningan dan kehangatan yang menyelimuti dalam ruangan rawat inap itu perlahan membuyar kala pintu ruangan terbuka, membuat tiga orang di dalamnya menoleh. Renjun bahkan sampai bangkit dari kursi kala melihat orang yang masuk.

"Jeno" panggilnya dengan melambaikan tangannya pada sang anak agar mendekat kearahnya. Anak itu turun dari pangkuan sang ayah dan mendekat ke ibunya, berdiri di depan Renjun dengan tangan sang ibu yang memeluk bahunya.

Kedatangan istri Jaehyun beserta anaknya membuat suasana tiba-tiba hening. Memang hening sebelumnya, namun hawa canggung sangat terasa di dalam sana. Entah memang canggung atau hanya Renjun yang merasakan itu semua.

"Kami datang kesini untuk menjenguk Jaemin" ucap Doyoung setelah melirik sekejab ke arah suaminya, Jaehyun.

"Terima kasih"

Pintu kamar kembali terbuka dan menampilkan Taeyong, tangannya melambai ke arah Jeno. "Nono, ayo keluar"

"Tidak. Nono disini bersama ibu" tolaknya langsung. Jeno mengetahui kegugupan ibunya sedari tadi. Sebelah tangannya yang digenggam oleh Renjun sedari tadi tidak bisa diam karena kegelisahan yang amat terasa. Jeno hanya akan melindungi ibunya.

Renjun mempersilahkan Doyoung dan Sungchan untuk melihat keadaan Jaemin. Suasana benar-benar senyap, bahkan Jaehyun tidak memberikan respon apapun soal kedatangan istri beserta anaknya yang tiba-tiba mengunjungi Jaemin.

"Jari kak Jaemin bergerak" pernyataan Sungchan itu membuat atensi semua orang yang berada di ruangan melihat jari Jaemin. Doyoung menarik ke belakang sang anak dan membiarkan Jaehyun berada di depan.

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang