10

6.1K 702 85
                                    







Suara alat medis terdengar bersautan dengan suara isakan tangis seseorang yang menelungkupkan wajahnya pada lengannya sendiri yang ditumpuhkan di atas ranjang. Lagi-lagi Renjun tidak dapat menahan tangisnya jika mengunjungi salah satu anaknya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Nana masih lelah ya? Ibu rindu. Nana lama sekali tidurnya"

Terhitung sudah dua minggu lamanya sang anak hanya memejamkan mata di atas tempat tidur tanpa bisa berinteraksi dengan sesiapapun. Selama itu pula Renjun terus berdoa agar anaknya dapat bertahan hingga hari operasi yang akan datang dan kembali sembuh.

Renjun mengusap air matanya, mengecupi tangan Jaemin yang terasa dingin itu terus-menerus. "Ibu pulang dulu, mengurus Nono lalu pergi bekerja. Nanti ibu kesini lagi"

"Nana tidak perlu ikut menangis, ibu tidak apa-apa. Janji setelah ini harus sehat" ucapnya dengan menghapus air mata yang juga menetes dari ujung mata Jaemin.

Setelahnya Renjun keluar dari ruang icu yang ditempati oleh Jaemin. Matahari terlihat mulai meninggi di luar padahal Renjun baru datang ke rumah sakit dua jam yang lalu dan langit masih gelap gulita.

"Sttsss" desisnya. Sebelah tangannya menumpu pada dinding rumah sakit dan sebelah tangannya lagi memegang perutnya yang tiba-tiba merasa sakit.

Belakangan ini sering sekali ia merasakan sakit perut. Selain pola makan yang tidak teratur, pola tidurnya juga berantakan bisa menjadi penyebabnya.

"Bukan saatnya untuk ikut sakit, Renjun" doktrinnya pada tubuhnya sendiri.

Pemuda pemilik marga Huang itu melanjutkan langkahnya saat dirasa sakit di perutnya sedikit mereda. Melewati para pasien yang terlihat sedang mengantri menunggu panggilan dokter.

"Renjun!"

Tidak lama bahunya dipegang oleh seseorang, ia menoleh dan menjumpai seseorang yang memanggilnya baru saja.

"Kenapa di rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"T-tidak. Aku menemui sepupuku yang menjadi dokter disini" tidak mungkin kan dirinya jujur dengan mengatakan jika Jaemin sedang terbaring koma di kamar icu? Memang siapa Jaehyun hingga Renjun harus jujur padanya?

"Kau sendiri untuk apa berada disini?" kini pertanyaan itu ia balikkan.

"Hanya meminta resep vitaminku" Renjun mengangguk paham saat melihat kantong plastik kecil yang berada dalam genggaman tangan Jaehyun.

Jaehyun, pria itu merogoh sakunya lalu menyodorkan ponsel milik Renjun yang selama ini berada bersamanya. "Ponselmu. Tertinggal di ruanganku"

"Terima kasih. Ku pikir jatuh di jalanan"

"Kau mau pergi kemana lagi setelah ini?" tanya Jaehyun dengan mereka yang berjalan beriringan di lorong rumah sakit.

"Pulang, mengurus anakku lalu pergi bekerja"

"Menikmati pekerjaanmu?"

"Sangat"

Siapa yang akan menafkahi kedua anaknya jika dirinya tidak bekerja? Memang benar jika pekerjaan yang ia geluti sekarang adalah cita-citanya sedari dulu. Namun semua orang pasti mempunyai titik jenuh masing-masing. Mau tidak mau ia harus tetap menjalaninya demi keberlangsungan hidup Jeno Jaemin.

"Kenapa masih bekerja? Uang dari suamimu kurang?" tanyanya sekali lagi karena seingatnya pemuda Huang ini pernah bercerita padanya jika memiliki suami ia hanya ingin di rumah menikmati hidup.

CENTER | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang