"Jadi mau nikah kapan?"
"Gak jadi, gue gak mau!"
"Kata lo anaknya butuh bapak, nih bapaknya udah siap tanggung jawab malah gak jadi"
"Gue gak mau anak gue punya bapak kayak lo!"
"Tapi kenyataannya gue emang bapaknya, itu darah daging gue. Lo gak bisa pungkirin itu Tzu"
Apa yang Mark katakan memang benar sih, tapi sekarang Tzuyu yang mendadak gak siap menikah. Entah, dia takut kalau menikah dengan Mark
Bahkan Mark gak jadi tidur dibuatnya karena ia menanggapi serius ucapan Tzuyu barusan, Mark terus menanyakan pada Tzuyu kapan mereka akan menikah hingga pukul setengah 2 dini hari. Hujan diluar juga masih deras tanpa ada tanda-tanda mau berhenti.
"Udahlah lupain aja, gausah dibahas"
"Sana lo keluar, gue mau tidur!" Lanjut Tzuyu mengusir Mark
"Gue tidur disofa" Mark beranjak dari ranjang untuk pindah kesofa, ia membiarkan Tzuyu yang tidur diranjang.
"Awas macem-macem lo ya!" Ancam Tzuyu
"Dih? Macem-macem juga buat apa? Lo udah bunting, sadar buk"
Tzuyu cemberut lalu mulai merebahkan badannya, tak lupa menarik selimut sebatas dada baru setelahnya ia memejamkan mata.
Cukup lama Tzuyu berusaha memasuki alam bawah sadar, namun sial rasa ngantuk tak kunjung datang, ia coba mengambil posisi tidur menyamping siapa tau bisa tidur. Tapi ternyata sama, Tzuyu tetap tidak bisa tidur.
Ia lantas merubah posisinya jadi duduk, dapat Tzuyu lihat disofa Mark sepertinya sudah tidur karena terbukti dari deru nafasnya yang terlihat teratur.
Sampai akhirnya Tzuyu tau apa yang menyebabkan ia tidak bisa tidur. Ya, rasa mual kembali menjalar di lambungnya.
"Shit, here we go again" Tzuyu turun dari ranjang dan berlari kedalam kamar mandi sebelum rasa muntahnya sampai dimulut.
"Huek!"
"Huek!"
"Huek!"
Suara mual membuat Mark terbangun dari tidur singkatnya, matanya mengerjap beberapa kali sambil merubah posisi jadi duduk disofa, Mark menatap kearah tempat tidur Tzuyu, namun ternyata kosong.
Ia langsung berdiri dan menuju kamar mandi. Dapat Mark lihat Tzuyu menunduk didepan wastafel dan terus memuntahkan cairan bening dari mulutnya.
Mark mendekatinya, ia membantu memegangi rambut Tzuyu yang berantakan agar tidak terkena muntahannya. Mark juga memijat tengkuk Tzuyu berharap dapat membantu mengurangi rasa mualnya.
Setelah membasuh mulutnya, Tzuyu seketika langsung lemas, ia meraih beberapa lembar tisue disamping wastafel dan mengelap mulutnya.
"Udah?" Tanya Mark
Tzuyu mengangguk pelan dan segera keluar dari kamar mandi, ia kembali merebahkan tubuhnya ditempat tidur, berharap setelah ini ia bisa tidur dengan tenang.
Dan Mark dengan tidak tau dirinya ikut merebahkan diri disamping Tzuyu. Jujur hal itu membuat Tzuyu kesal, andai ia sedang tidak lemas pasti segala makian telah ia lontarkan pada Mark.
"Tolong dong Mark jangan bikin gue emosi, perut gue lagi gak enak lo jangan nambah-nambahin masalah deh. Sana balik tidur disofa" pinta Tzuyu baik-baik, sangat kentara cewek itu benar-benar sedang lemah karena suaranya begitu lemas.
"Disofa gak empuk, punggung gue sakit"
Mark lantas menggeser posisinya jadi tiduran mepet disebelah Tzuyu, posisi mereka saat ini begitu dekat membuat Tzuyu grogi.