"Tarik nafas, hembuskan. Dalam hitungan ketiga dorong ya bu"
"1 2 3!"
Tzuyu langsung mendorong sekuat tenaganya, sebelah tangannya mencengkram tangan mark dan satunya lagi mencengkram bantal, bahkan sampai urat leher tzuyu keluar karena ngeden, tapi bayinya belum juga keluar. Ia kembali mengatur nafas dengan menggenggam sebelah tangan mark lebih erat.
"Tarik nafas lagi bu, hembuskan". Dokternya nyuruh tzuyu, tapi mark malah ikutan narik dan buang nafas. Cowok itu mukanya udah panik bercampur takut, tapi mark mencoba buat tetap tenang biar tzuyu juga rileks.
"Capek dok, boleh makan dulu gak?" Ujar tzuyu menahan sakit.
"Ibu, saya suruh ngeden malah ngelawak"
"Saya laper dog, dari pagi belum sarapan. Makanya lemes"
Mark menunduk, berbisik ditelinga tzuyu, dia kira mungkin tadi tzuyu salah ngomong manggil dokternya dog. "Jangan gitu sama dokter njir"
"Gak sengaja, mulut gue kepleset"
"Berjuang dikit lagi ya tzu? Itu pala bayinya udah nongol. Kasian dia kegencet lama-lama" mohon mark.
Bukannya mark gak kasian sama tzuyu, tapi itu juga demi kebaikan tzuyu biar gak kelamaan nahan sakit.
Dengan sangat terpaksa tzuyu mengangguk pelan, ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan mark, cewek itu mengatur nafasnya dan kembali mendorong, tapi hasilnya masih nihil, bayinya belum lahir juga.
Tzuyu terus mencoba beberapa kali, wajahnya sampai merah padam waktu ngeden, pelipis, leher dan dahi cewek itu bahkan sudah banjir oleh keringat.
"Ayo sayang semangat!! Semangat!!" Mark ngehype nya berlebihan kayak suporter bola sampai bikin tzuyu kesel.
"Semangat-semangat, lo kira lagi lomba?!" Balas tzuyu ketus disela-sela usahanya buat ngeden. Sumpah gak guna banget bagi tzuyu, dia gak butuh kata semangat, tzuyu butuh makan buat ngisi tenaganya.
Mark kayak gitu ya karena mau support tzuyu, dia kasihan sama tzuyu karena sudah hampir 2 jam berjuang melahirkan tapi bayinya belum keluar juga.
Mark menunduk, mendekati perut tzuyu.
"Sayang, dilancarin ya? Kasian mama sakitnya kelamaan" bisik mark pelan dan tulus diatas perut tzuyu, lantas ia mengecupnya cukup lama, seperti kebiasaan mark pada umumnya yang suka cium-cium perut tzuyu.
Setelah mark mengangkat kepalanya tzuyu kembali mencoba sesuai arahan dokter, cewek itu menarik nafas, menghbuskannya. Lalu pada hitungan ketiga tzuyu kembali mendorong, kali ini tzuyu mengerahkan seluruh sisa tenaganya, pokoknya kalau yang terakhir ini gagal tzuyu mau operasi aja, batinnya.
Tapi siapa sangka, setelah kembali mencoba, tzuyu merasa kayak habis buang air besar jumbo, ia merasa ada sesuatu besar yang keluar dari bawahnya, yang membuat tzuyu merasa lega setelahnya.
Hingga akhirnya dokter mengangkat bayi, diiringi suara tangisan nyaring memenuhi ruang bersalin.
Tzuyu dengan nafas tersengal serta mata setengah terpejam mulai tersenyum saat menyadari bayinya sudah lahir kedunia. Mata tzuyu perlahan mulai terpejam, entah kenapa habis lahiran dia ngerasa ngantuk.
PLAK!
"Aduh!!" Tzuyu mengaduh kesakitan dan seketika melek ketika perawat menampar pipinya, mengurungkan niat tzuyu yang mau tidur.
"Maaf bu, prosedur usai melahirkan memang begitu. Ibu tidak boleh tidur, nanti keterusan" kata perawat yang kembali mengerumuni bayinya setelah menampar tzuyu.