"Ini berita apa kak? Jawab aku!" Lami menyodorkan ponselnya diatas meja kearah mark
"Sayang itu gak bener, a-aku aku bisa jelasin" mark meraih sebelah tangan gadis yang kini duduk berlinang air mata didepannya, tapi gadis itu dengan cepat menghempas tangan mark.
Keduanya tengah berada disebuah cafe usai mark menjemput pacarnya pulang sekolah. Gadis itu tanpa basa basi langsung membombardir mark dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Aku tau aku masih kecil, kak mark pasti lebih suka cewek dewasa yang berwawasan dan gak kekanakan kayak aku. Kalau bener yang diberita selingkuhan kakak itu hamil... yaudah kakak sama dia aja, kita putus!" Tegas lami, gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari cafe meninggalkan mark.
Tentu saja mark tidak rela putus dari pacarnya, cowok itu turut mengejar lami keluar cafe dan dengan sigap menarik tangannya.
"Aku gak mau putus, kamu harus coba ngertiin posisi aku lam, ini semua terjadi karena gak sengaja, tzuyu hamil karena kita gak sengaja" mark menggenggam kedua tangan gadis itu coba memberi paham, tapi sepertinya mark telah membuat kesalahan, karena ia baru saja menceritakan sebuah kejujuran pada lami.
Gadis itu tertawa sumbang dengan berlinang air mata, tercetak jelas raut kecewa dimatanya
"Oh... jadi bener si tzuyu itu hamil anaknya kak mark?"
Mark terdiam, ia tak bisa menyangkal karena ya memang itu faktanya, dan bodohnya mark malah keceplosan tadi.
"Gak bisa jawab ya? Kalo gak bisa jawab berarti itu bener?"
Lagi-lagi mark hanya terdiam, membuat lami semakin kecewa.
"Kak mark pilih dia atau aku?"
Tentu saja mark tidak bisa memilih, mark mencintai lami namun ia tidak bisa meninggalkan tzuyu, meski ia tidak memiliki rasa pada tzuyu tapi tetap saja tzuyu adalah ibu dari calon anaknya
"Lam... ini pilihan yang berat, aku cinta sama kamu tapi aku gak bisa ninggalin tzuyu"
Lami mengusap air matanya, ia sudah menduga mark akan berkata demikian. Ia juga sadar beberapa minggu belakangan mark banyak berubah dan ternyata inilah jawaban dari kecurigaannya
"Oke, fine. Kayaknya kita emang harus berakhir kak... terimakasi atas segala rasa bahagia yang selama ini kakak kasi ke aku, aku sayang kak mark, selalu." Gadis itu memberanikan diri mencondongkan wajahnya lantas mengecup bibir mark sekilas, setelahnya ia pergi meninggalkan mark dengan berlinang air mata.
Mark hanya menatap nanar punggung lami yang kian menjauh dari hadapannya. Bukannya ia tidak ingin mempertahankan hubungannya, tapi mark menyadari kalau ia tidak boleh egois, harus ada yang ia pilih kedepannya.
Dan mark sadar yang lebih membutuhkannya adalah tzuyu, karena cewek itu sedang hamil anaknya. Meski lami yang mengisi relung hatinya, namun nyatanya tzuyu lah yang akan memberinya anak. Mark tidak bisa marah pada siapapun karena ia sadar ini memang salahnya, ulahnya dan hasil dari perbuatannya. Kini mark akan mencoba menerima tzuyu meski ia tak memiliki perasaan apapun pada cewek itu
Apa boleh buat? Mark hanya bisa menjalani dan berharap yang terbaik untuk kedepannya. Perlahan ia membalik badan menuju mobilnya dan berniat untuk pulang.
******
Setibanya mark dirumah kakeknya ia mendapati tzuyu tengah berbincang sambil makan buah dihalaman belakang rumah, perasaan mark yang sebelumnya tidak karuan jadi agak sedikit menghangat menyaksikan keakraban antara tzuyu dengan kakeknya. Perlahan ia berjalan mendekati sofa dan duduk menyandar dengan mata terpejam diatas sofa