Bagian 25 • Sabiru

8.9K 956 6
                                    

Selamat membaca ....


***

From       : lilianadhiyaksa@gmail.com
To             : sabiruangkasa@gmail.com

Subject   : Draft Skripsi

I'm sorry to interrupt your time. Please re-check your last paper and send me before midnight.

Aku menghela napas setelah membaca email yang belum lama masuk ini.

Angka penderita covid yang kembali tinggi membuat aktivitas di kampus- lagi-lagi di hentikan sementara. Mahasiswa bimbingan yang sebelumnya diperbolehkan untuk datang, kini dilarang untuk melakukan bimbingan luring dan harus melakukan bimbingan secara virtual.

"Ru, lo dengerin gue nggak sih?" aku mendongakkan kepala dan menemukan Chandra yang masih berdiri di depan meja ruang tamu dengan berkacak pinggang, dengan kaki yang tidak berhenti menghentak-hentak lantai rumahku.

Menghela napas pelan, aku memilih untuk menutup layar laptop di pangkuan dan menarik tangannya untuk duduk di sebelah.

Meski dosen pembimbingku sudah menagih revisian, aku masih bisa menundanya karena sekarang ini masih terbilang cukup pagi. Selain karena aku masih punya banyak waktu untuk memperbaiki draft skripsiku sebelum aku kirim ke dosen pembimbing malam ini, kegelisahan Chandra memang kelihatannya lebih butuh untuk di dengarkan.

"Gue denger, Chan."

"Jadi mau lo kaya gimana?" aku menoleh ke arahnya untuk memastikan apa yang sebenarnya diinginkannya itu.

"Gue nggak tau, Ru!" Kedua mata Chandra memejam sebentar, sebelum kembali menatap apapun yang ada di ruang tamu rumahku.

"Lo udah yakin kalo si Gita emang ada main di belakang lo?"

Chandra menggeleng. "Belum, Ru. Gue belum dapet info pastinya sih soal ini."

"Kalo case nya kaya gitu gue juga nggak tau Chan mau ngasih saran kaya gimana." Ucapku sembari menghembuskan napas pelan.

"Nah itu dia masalahnya, Ru."

"Tapi dia udah bohongin gue cuma buat jalan sama cowok lain." Jawabnya menambahkan satu informasi penting padaku.

Aku menoleh ke arahnya. "Lo yakin dia bukan sodaranya?"

"Yakin. Gue tau kok dia cuma punya adik satu, dan gue juga kenal sama orangnya."

Lagi-lagi aku hanya bisa mengambil napas. Chandra curiga jika pacarnya berselingkuh darinya. Namun karena belum adanya bukti yang kuat, aku juga cukup kesulitan untuk memberikan saran seperti apa padanya.

Belum juga obrolan kami berlanjut, dering ponsel tanda panggilan masuk berhasil menginterupsi.

"Wait, Chan. Si Dewa telfon!" Aku memberitahu Chandra tepat setelah melihat nama si pemanggil di ponsel yang tergeletak manis di atas meja.

"Halo, Wa." Aku menjawab sapaannya dari seberang sana.

"Rumah. Ini si Chandra juga di sini." Aku menoleh ke arah Chandra saat di balik teleponnya Dewa bertanya tentang keberadaanku saat ini.

"Charity?"

"A pa?" kulihat Chandra di samping bertanya dengan suara lirih.

"Nggak tau," aku membalasnya dengan mengendikkan bahu.

Dewa baru saja mengajak kami untuk join di acara charity yang akan diadakannya. Aku belum tahu menahu soal apa yang sebenarnya ia maksudkan karena dia memang belum memberitahu, sehingga aku pun tidak bisa menjawab pertanyaan Chandra.

"Gue loud speaker ya, Wa. Biar sekalian si Chandra denger." Ucapku sembari mengklik tanda speaker di layar ponsel dan menjauhkannya dari telinga.

"Halo, Wa." Chandra di seberang menyapa Dewa.

"Halo, Chan."

"Kalian mau join acara charity nggak?

"Dalam rangka apa?" tanyaku karena jarang sekali dia melakukan charity tanpa ada kepentingan untuk memperingati sesuatu.

"Rania yang punya ide. Terus gue pikir juga baik, apalagi tujuannya buat bantu orang. Ya udah gas aja gue." Jelasnya pada kami berdua.

Tidak sadar aku menarik kedua ujung bibir ke samping. Aku bahkan tidak  terpikirkan sama sekali untuk membuat acara seperti ini, sementara perempuan itu memikirkannya.

Aku semakin merasa kagum pada Rania, dan tentunya merasa tidak salah jika menyukainya.

"Konsepnya gimana?"

Bukan. Bukan aku yang melontarkan kalimat barusan, tetapi Chandra lah yang mengutarakannya.

"Buat gambarannya si kita bakal manfaatin perspektif nantinya. Jadi sebelum d-day kita udah sebar poster gitu ke sosmed buat sounding kalo kita bakalan bikin acara charity di waktu yang udah di tentuin."

"Live gitu maksudnya, Wa?"

"Hm.."

"Terus acaranya ngapain?" aku dan Chandra bergantian mengulik informasi lebih dari seorang Dewandaru.

"Buat ngapa - ngapainnya gue belum mikirin lagi sih."

"Soalnya kalo misalnya kalian mau join juga, nanti kan jatohnya jadi acara kita bareng-bareng kan, jadi ngonsepnya juga barengan." Lanjutnya kembali.

Aku dan Chandra berpandangan untuk menanyakan pendapat masing-masing. "Gue oke aja sih, lo gimana Chan?"

Chandra mengangguk. "Gue juga oke sih, gas in aja."

"Abin gimana?" aku bertanya karena temanku yang satu itu akan sangat cerewet bila ketinggalan sedikit informasi.

"Udah gue hubungin tadi, katanya ngikut kalian aja."

Chandra di sebelahku mendengkus. "Kebiasaan banget tuh nggak punya pendirian!" Aku hanya tersenyum menanggapi.

"Jadi buat meet kalian kira-kira bisa kapan?" Dewa kembali melontarkan pertanyaan.

"Sabeb sih bro. Gue juga nggak ada kesibukan akhir-akhir ini." Jawabku yang juga di setujui Chandra.

"Okede. Ntar gue kabarin lagi buat waktunya. Nyamain jadwal sama temen-temennya Rania juga soalnya."

"Itu Rania yang pernah muncul di video lo bukan sih, Wa?" tiba-tiba Chandra berujar, membuatku seketika menoleh ke arahnya.

"Iya."

"Yang cantik itu kan ya?"

Telingaku langsung panas hanya dengan mendengar kata 'cantik' yang keluar dari mulut laki-laki berkaos hitam ini.

"Iya."

"Asik nih sama cecan! Kenalin ya besok." Kali ini aku benar-benar sudah memelototinya.

Chandra terlihat heran dengan apa yang aku lakukan. Dia mungkin merasa bingung kenapa aku tiba-tiba mendelik ke arahnya.

"Biru udah nggak di samping lo, Chan?"

"Ada. Ini malah tiba-tiba melototin gue nggak tau kenapa."

"Anjir!" Dewa di seberang sana tertawa.

"Kenapa, Wa? kok gue jadi bingung gini ya tiba-tiba."

"Rania gebetannya Biru, Chan."

Chandra terlihat kaget dan menatapku. "Bener?"

Aku mengangguk. "Jangan macem-macem ya, lo!"

JejaringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang