SATU

32.7K 986 9
                                    

Dav membuka pintu dengan perlahan, lalu melongokkan kepala ke dalam. Gelap dan sunyi. Aman! pikirnya lega. Ia pun masuk dengan langkah hati-hati. Hal yang sebenarnya tak perlu dilakukannya,  karena ia memakai sepatu bersol karet. Namun ia benar-benar ingin merasa yakin, kalau tak akan ada penghuni rumah yang terbangun karena mendengar langkah kakinya.

Bukan! Jangan berpikiran kalau ia adalah seorang pencuri. Itu sama sekali tidak benar. Ia hanya sedang masuk ke dalam rumahnya. Rumah orang tuanya sendiri, dan tak ingin membangunkan mamanya.

Dav langsung mengarah ke tangga, karena kamarnya berada di lantai atas. Namun, baru saja satu kakinya menyentuh anak tangga paling bawah, seketika lampu menyala dan ruangan menjadi terang benderang.

Mama? Dav mengerutkan kening, Mama belum tidur?

Sebenarnya sudah lama, sangat lama mamanya tidak lagi menunggu kepulangannya. Beliau sudah menyerah dengan kebandelannya. Karena walaupun sudah berulang kali dinasehati agar tak pulang terlalu malam, ia tetap saja... Nasehat mamanya itu bagai masuk telinga kanan, keluar dari telinga kiri. Sama sekali tak pernah digubrisnya.

Jadi malam ini, kenapa mama menunggunya dalam gelap, dan tiba-tiba menyalakan lampu? Apa Mama sedang memberinya kejutan? Kejutan apa...?

"Ma, Kena..." Ucapan Dav langsung terhenti karena mendengar seseorang menyebut namanya dengan lengkap.

"Princessa Davenia Ardhiana!"

Dav terkesiap. Itu bukan suara mamanya. Suara beliau tidak nge-bass dan tegas seperti itu.

Dav pun membalikkan badan dan melihat seorang laki-laki berwajah tampan dan bertubuh tinggi atletis, sedang berdiri bersandar ke tembok sambil melipat tangan di depan dada. Sepasang mata hitam yang dinaungi alis tebal menatap tajam padanya.

Siapa dia? Dav bertanya dalam hatinya. Ia sama sekali tak mengenal laki-laki itu, melihatnya pun baru sekarang. Apa dia ... Tidak! Dav menggelengkan kepala keras-keras, Dia nggak mungkin....

"Dari mana saja kamu?"

Hah? Pertanyaan dari lelaki itu memutus dugaan tentang siapa dia dalam benaknya.

"Mengapa baru pulang selarut ini?"

Belum terlalu larut juga kali, Om. Baru juga jam sepuluh. jawab Dav hanya berani dalam hati. Lagian mau apa sih tanya-tanya? Nggak ada urusannya juga 'ma elo. Jadi, nggak usah kepo deh, Om!

"Princess!"

"Jangan panggil gue Princess!" seru Dav murka. Ia paling tidak suka dipanggil dengan nama depannya. Karena menurutnya, nama itu terlalu feminim dan sangat tidak cocok untuknya yang tomboy.

Ya! Ia adalah gadis yang tomboy. Yang sangat suka berpenampilan dan berperilaku seperti laki-laki. Ia memotong pendek-pendek rambutnya dan baju kebesarannya, tentu saja kaos longgar dan celana jeans belel. Tidak ada yang namanya gaun dalam lemari pakaiannya. Dulu, memang ada beberapa potong rok sekolah. Namun, sejak ia lulus dan masuk kuliah beberapa bulan lalu, semua rok itu telah disingkirkannya jauh-jauh.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu dengan nada menyebalkan, "Nama kamu kan memang Prin..."

"Mama!" seru Dav memanggil mamanya.

Sebenarnya ia tidak mau mengganggu tidur mamanya, tapi terpaksa,  karena ada laki-laki asing yang kepo dan super menyebalkan itu. Ia berteriak keras dari tempat awal berdiri. Tak berani mendekat dan menggedor pintu kamar mamanya karena laki-laki itu berdiri tak jauh dari sana. Bagaimana kalau laki-laki itu berbuat macam-macam padanya?

"MAMA...!" seru Dav lagi semakin memperkeras suaranya.

Ceklek!

Terdengar suara pintu dibuka dan mamanya pun keluar dari kamar. "Ada apa sih, Cessa?"

Mamanya,  memang memanggilnya Cessa. Padahal ia selalu minta agar dipanggil Dav. Namun beliau keras kepala. Tak apalah. Yang penting tidak dipanggil Princess.

"Kenapa malam-malam, kamu teriak-teriak seperti itu?"

"Dia itu siapa sih, Ma?" Dav menunjuk ke arah laki-laki itu.

Mamanya menoleh dan memandang laki-laki itu sejenak, kemudian kembali menatap Dav. "Dia ..."

"Dia bukan pacar Mama kan?" Dengan cepat Dav melanjutkan kata-katanya, "Dia itu terlalu muda untuk mama. Nggak cocok, Ma! Masa mama pacaran ama brondong sih? Malu dong, Ma. Malu!"

"Cess... "

"Dan Dav juga nggak suka," Dav lagi-lagi menyela perkataan mamanya, "Mama mencari pengganti papa. Dav nggak mau punya papa tiri! Nggak mau, Ma!"

"Dia bukan calon papa tiri kamu, Cessa." ucap mamanya dengan tenang setelah Dav selesai mengeluarkan unek-uneknya.

"Bukan?" tanya Dav tak yakin, "Bener-bener bukan?" lanjutnya memastikan. "Dia bukan calon papa tiri atau pacar brondong mama?"

"Bukan!" sahut mamanya tegas.

"Kalau begitu dia siapa?" tanya Dav lagi, ingin tahu.

"Dia..." Mamanya terdiam sejenak, "Dia itu tunanganmu, Cessa. Calon suami kamu."

Dav langsung terperangah. A-apa?!

Bratty Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang