LIMA

12.3K 585 3
                                    

Rasa lapar membangunkan Dav yang tertidur karena kelelahan setelah membersihkan kamar.

Ia pun keluar dari kamarnya.

Harum masakan langsung tercium ketika Dav menuruni tangga, membuat cacing-cacing dalam perutnya semakin berteriak tak sabar.

"Ma..."panggil Dav ketika melihat mamanya sedang sibuk di dapur, bergegas ia pun menghampiri. "Mama lagi masak apa?" tanyanya sambil mengambil sepotong tempe yang sudah tersedia di piring. Dan langsung mengernyit kepanasan. Rupanya tempe itu baru saja diangkat oleh mamanya dari penggorengan.

"Makanya jangan main comot," tegur Selina, "Cuci tangan dulu sana. Mama yakin kamu juga belum cuci tangan kan?" lanjutnya yang hanya dijawab oleh Dav dengan cengiran, "Setelah itu bawa piring berisi tempe itu ke meja makan."

"Siap, Bos!" jawab Dav cepat.

Cepat-cepat Dav pun mencuci tangan kemudian membawa piring berisi tempe goreng dan meletakkannya bersebelahan dengan piring berisi ayam goreng yang sudah ada di meja makan.

Tak lama kemudian Selina menyusul sambil membawa sepiring tumis kangkung. Ia mengisi piring dengan nasi lalu memberikannya pada Dav kemudian mengisi piring lain untuknya sendiri. Setelah itu ia pun duduk. "Kenapa hanya diam saja?" tanyanya ketika melihat Dav hanya menatapnya, "Katanya lapar? Koq tidak makan?"

"Ehm...Dia nggak ikut makan, Ma?" tanya Dav iseng. Benar-benar iseng dan merasa sedikit heran karena mamanya tidak memanggil HerDer rese itu untuk makan. Padahal sekarang kan waktunya untuk makan malam.

"Dia?" Selina mengerutkan kening, "Oh! Maksudmu Hernan?" Ia mengerling penuh arti pada putrinya, "Ternyata kamu perhatian juga dengan tunanganmu. Sampai nanya-nanya dia segala."

Hah? Dav yang sedang minum air langsung tersedak dan terbatuk-batuk. "Mama!"serunya kesal, "Siapa yang perhatian? Dav cuma pengen tau--"

"Cuma pengen tau..Ehm?" goda Selina pada putrinya. Dan ia tertawa geli ketika melihat Dav langsung memasang wajah cemberut. "Dia sedang pulang ke rumahnya, sayang."lanjutnya memberitahukan.

"Pulang ke rumahnya?" gumam Dav, "Ternyata dia punya rumah sendiri? Baguslah kalau begitu!" Ia menghela napas lega karena berpikiran HerDer rese itu tidak akan tinggal di rumahnya dan berharap mudah-mudahan saja tidak akan bertemu dengan HerDer rese itu lagi.

"Tapi..." Ternyata Selina belum selesai memberitahukan padanya, "Nanti juga dia akan balik lagi. Dia hanya ingin mengambil barang-barangnya saja."

Mengambil barang-barangnya saja? Jadi maksud Mama....

"Iya," Selina mengangguk seolah mengerti apa yang ada dalam benak Dav "Hernan akan tinggal di sini bersama kita."

"Apa?!" seru Dav tak mau percaya, "Mama! dia....dia benar-benar akan---"

"Benar!" Selina mengangguk mantap. "Hernan benar-benar tinggal di sini."

"Ma--"

"Kamu tahu, sayang?" ucap Selina lagi, "Setelah papamu meninggal 3 tahun yang lalu, mama selalu was-was karena di rumah ini tidak ada laki-laki..."

"Siapa bilang nggak ada?"serobot Dav cepat, "Kan ada Pak Dirman..."

"Iya, kamu benar."sahut Selina tenang, "Ada Pak Dirman juga Pak Sahid," tambahnya."Tapi mereka hanyalah satpam dan sopir. Tidak lebih. Sedangkan yang mama inginkan adalah seseorang yang memiliki peran seperti papamu." lanjutnya, "Seseorang yang bisa menjaga, menyayangi dan melindungi kita. Menjaga, menyayangi dan melindungi kamu."

"Dan mama pikir, HerDer --"

"Kamu panggil dia apa?" Selina memotong perkataan Dav, "Herder?" Ia mengerutkan kening, "Jangan tidak sopan, Cessa. Namanya Hernan--"

Bratty Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang