"Siapa....ehm?"tanya Hernan lagi karena Dav diam saja.
Dav mencibir. "Emangnya siapa lagi kalau bukan---" Ucapannya terhenti ketika mendengar lagu she will be loved-nya maroon 5 dari ponsel Hernan. Yang ternyata adalah nada panggilan masuk. Karena kemudian Hernan mengambil ponselnya.
"Iya, Cantik. Sebentar lagi kakak sampai." ucap Hernan pada seseorang di ujung telepon.
Cantik? Kakak? Dav diam memperhatikan. Ngomong ama siapa HerDer rese itu? pikirnya dalam hati. Ih....geli banget sih ngedengernya! Ia pun bergidik samar. Tanpa sadar, ia merapatkan blazer yang dipinjamkan Hernan ke tubuhnya. Terasa hangat. Dan aroma parfum yang menempel di blazer tersebut, membuatnya merasa nyaman.
Heh? Tiba-tiba mata Dav membulat, tersadar dengan apa yang dirasakannya itu. "Ngaco...!"serunya kencang, "Loe bener-bener ngaco!" Ia menepuk-nepuk kepalanya dengan gemas, "Mana mungkin--"
"Kamu ini kenapa, Princess?" Hernan yang telah selesai berbicara di telepon dan mendengar seruan tiba-tiba Dav, bertanya padanya.
Dav menoleh dan ternganga sesaat menatap Hernan. Apa lagi-lagi, yang terlintas di benaknya terucap keluar? Ck! Ia pun menggeleng keras, "Nggak kenapa-kenapa, Om!" ucapnya, "Gue cuma..." Ia terdiam sejenak, "ehm...sedikit pusing."
"Kamu sakit?"Hernan menoleh sekilas pada Dav karena masih mengemudi. Kemudian, tangannya terulur menyentuh dahi Dav.
Deg!
Jantung Dav langsung berdebar tak karuan dan wajahnya terasa menghangat....
Tidak....! Cepat-cepat Dav menepis tangan Hernan di dahinya. Kenapa gue harus bereaksi seperti ini? Bener-bener salah! Elo nggak boleh luluh, Davi! Inget! Bukankah elo mo buat dia ilfil? Mo bikin dia mutusin pertunangan en ngebatalin pernikahan loe ama dia? Jadi loe nggak usah berdebar-debar norak hanya karena dia kasih perhatian kaya gitu ama loe! Emangnya loe mau kawin muda? Kawin ma om-om rese kaya dia?!
"Princess..?"
"Nggak usah perduliin gue, Om!" ucap Dav ketus, "Nyetir aja yang bener! Gue belum mau mati! Apalagi bareng-bareng ama Om!"
"Princessa!" seru Hernan geram mendengar ucapan Dav yang asal 'nyeplos seperti itu. Benar-benar keterlaluan!
Dav mencebik.
Hernan menghela napas panjang. Dan tak bicara apa-apa lagi.
Keduanya kembali sama-sama terdiam.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan. Sebuah hotel berbintang lima.
"Mau ngapain ke sini, Om?" Dav kembali bertanya, walaupun sebenarnya ia malas berbicara dengan Hernan. Tapi ia perlu tahu kenapa HerDer rese itu membawanya ke hotel. Bukankah mereka mau bertemu dengan kedua orang tua Hernan? Jadi seharusnya mereka pergi ke rumah orang tua Hernan dan bukannya ke sini kan? Entah kenapa, ia sama sekali tak berpikiran, mungkin saja mereka akan menemui orang tua Hernan di hotel tersebut. Mungkin malam ini, otaknya memang sedang error. "Om mau berbuat mesum ya?!"
Hernan menggeleng kecil. "Kamu kali yang punya pikiran mesum," ucapnya tenang, "Kamu kenapa sih, Princess?" tanyanya kemudian, "Sedari tadi bicara sembarangan dan bersikap ketus seperti itu?"
Iya, kenapa....? Dav pun bertanya dalam hatinya, kenapa ia bersikap 'aneh' seperti itu?
"Princess...?"
"Lapar!" sahut Dav pendek. Ya! Pasti karena itu! pikirnya menegaskan, "Gue lapar, Om!"
"Lapar?" Hernan mengerutkan kening.
"Iya!" Dav mengangguk mantap, "Gue lapar, Om....!"
Hernan pun mengulum senyum. "Kalau begitu kita makan."
"Di sini?" Giliran Dav mengerutkan keningnya.
"Ya, di sini." sahut Hernan gemas, "Di dalam hotel kan juga ada restoran, Princess...!"
"Eh? Bener juga ya..." Dav pun tertawa kecil, menertawakan pertanyaan bodohnya.
***
Dav mengikuti Hernan masuk ke hotel dan menuju restoran yang berada tak jauh dari lobby.
Sesampainya di depan restoran, Hernan menghentikan langkah dan mengedarkan pandangannya ke dalam, mencari-cari....
"Kakak....!" Seorang gadis berwajah cantik dengan rambut panjang sepunggung dan memakai mini dress sederhana berwarna biru muda, memanggil dan berlari menghampiri Hernan. Ia pun memeluk dan menggelayut manja pada lengan Hernan.
"Kakak koq lama sekali sih?" tanya gadis yang kelihatannya seumuran dengan Dav itu, "Ampir aja ditinggal lho!"
"Maaf. Jalanan macet." sahut Hernan sambil mengucek-ucek sayang kepala gadis itu.
"Kakak ih...." Gadis itu cemberut, "Kebiasaan deh!" lanjutnya pura-pura tak senang, "Rambutku jadi berantakan kan?!" Ia pun merapikan rambutnya.
Hernan tersenyum melihat kelakuan gadis itu. Kemudian menoleh, menatap Dav yang berdiri sedikit di belakangnya dan hanya diam memperhatikan, "Princess," panggilnya pada Dav, "kenalkan, ini adik..." Bibir gadis itu terlihat sedikit melengkung, tanda tak senang ketika Hernan menyebutnya 'adik', "...kesayangan saya," Wajah gadis itu berubah senang mendengar ucapan Hernan, "Cantika..."
"Oh..."ucap Dav pendek. "Hai...!"
Gadis itu bersikap tak acuh.
"Cantik," lanjut Hernan pada gadis itu, "Ini---"
"Masuk yuk, Kak." ajak Cantika menyela perkataan Hernan, "Kasihan mami dan papi udah menunggu lama." Sekilas, ia melirik sinis pada Dav kemudian menarik tangan Hernan, membawanya masuk ke dalam restoran.
Heh? Dav mengangkat alisnya, kenapa dengan cewek itu? Kenapa dia memandang gue dengan tatapan permusuhan seperti itu? Emangnya gue punya salah apa ama dia...?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Little Bride
RomanceDav, -Princessa Davenia Ardhiana-, gadis tomboy berusia hampir 18 tahun, sama sekali tak menyangka kalau ia sudah bertunangan dan akan segera menikah dengan Hernando Dervin Seanan, lelaki yang usianya lebih tua 12 tahun darinya. Tidak! Jelas tidak...