Begitu melihat kedatangan Dav, Selina, -yang memang telah pergi duluan untuk bertemu dengan keluarga Hernan di restoran-, langsung berdiri dan menghampiri putrinya. "Cessa..." panggilnya kemudian menggeleng-gelengkan kepala melihat penampilan Dav yang dinilainya cuek dan terlalu santai, "Kamu ini---" lanjutnya, "Kenapa memakai baju seperti itu?"
Kenapa ucapan mama sama dengan ucapan HerDer rese itu? Dav mencebik, "Emangnya kenapa sih, ma?"sahutnya cuek, "Ini kan baju baru, mamaku sayang~"
"Ya...tapi kurang cocok dipakai saat seperti ini, Cessa..." ucap Selina gemas, "Masa jumpa pertama dengan calon mertua, kamu memakai kaos bergambar monyet sedang nyengir seperti itu?"
"Yee....emang kenapa?" Dav masih ngeyel, "Lucu kan ini gambar monyetnya?"
"Cessa....!" Selina menatap tajam putrinya,."Kamu ini! Dikasih tahu malah---" Ucapannya terhenti karena mendengar seseorang bertanya padanya dari belakang.
"Selin, jadi ini Princessa?"
Selina menoleh dan melihat maminya Hernan telah berdiri disampingnya dan memandangi Dav dengan sumringah. "Benar Kath," ucapnya, "Ini Cessa. Princessa..." Ia pun menoleh pada Dav, "Beri salam pada maminya Hernan, Cessa!"
Sejenak, Dav hanya diam menatap wanita anggun yang tampak ramah di depannya. Lalu perlahan, ia pun memberi salam, "Uhm....hai!"ucapnya sambil mengangkat sebelah tangannya.
Selina langsung berdecak. "Ucapan salam macam apa itu? Kamu pikir maminya Hernan itu teman sebayamu? Yang benar dong, Cessa...!"
Cessa mengerucutkan bibir mendengar ocehan mamanya.
"Kamu itu harus tahu sopan---"
"Sudah...sudah...." Kathreen, maminya Hernan angkat bicara, "Dipending dulu marahnya, Sel. " Ia mengedip ringan pada Dav, "Lebih baik sekarang kita lanjutkan makan. Nanti sayurnya keburu dingin." Ia pun menghampiri Dav dan merangkulnya. Membawa Dav ke salah satu kursi kosong, di sebelah kiri Hernan.
"Itu papinya Hernan," Sebelum menyuruh duduk, Kathreen memperkenalkan Dav pada seorang pria berkacamata dan berperawakan sedikit gemuk yang duduk di seberang meja.
"Om..."panggil Dav sambil mengangguk kecil.
"Jangan memanggilnya om dong, Princess." ucap Kathreen, "Tapi panggilnya papi Darwin."
"Papi Darwin..." Dav pun meralat panggilannya.
Darwin tersenyum ramah pada Dav. "Tidak disangka, tahu-tahu kamu sudah besar saja."ucapnya, "Dulu masih suka papi gendong-gendong."
Dav menanggapinya dengan senyum kecil.
"Dan ini," lanjut Kathreen masih memperkenalkan, sekarang pada seorang gadis bergaun biru yang duduk di samping papinya Hernan, "kamu sudah berkenalan dengannya kan?" tanyanya karena setahunya tadi gadis itu berlari keluar ketika melihat kedatangan Hernan, jadi pasti sudah dikenalkan oleh putranya, "dia Cantika,"lanjutnya tetap menyebut nama gadis itu, "adik angkatnya Hernan."
Oh....
"Mudah-mudahan kamu akrab dengannya," lanjut Kathreen lagi, "umur kalian tak beda jauh."
Dav hanya mengangguk kecil. Tapi hatinya berkata lain. Bagaimana bisa akrab? sikapnya nggak acuh gitu ama gue. Sekarang aja sama sekali nggak ngelirik gue, pikirnya sambil memperhatikan tingkah Cantika yang sedang bermanja-manja dengan Hernan.
"Hmm... kamu duduk dulu, Princess..." Kathreen kembali berbicara, "Mami pesankan nasi untuk kalian berdua." Ia pun memanggil pelayan.
***
Dav benar-benar sebal melihat tingkah Cantika. Gadis itu benar-benar bersikap manja pada Hernan. Minta diambilkan sayur ini itu, bahkan kecap di depannya pun harus Hernan yang mengambilkannya. Ampun deh!
Dan HerDer rese itu juga aneh, koq mau-maunya disuruh-suruh kaya gitu ?!
Tapi, masa bodohlah...itu bukan urusannya! Mending ia mengisi perutnya sampai kenyang. Dav pun memperhatikan masakan apa saja yang tersaji lalu tangannya terulur, hendak mengambil paha ayam bakar pada salah satu piring yang berada di tengah meja. Namun, tiba-tiba saja sebuah tangan lain menyerobotnya.
"Aku mau ini..." ucap Cantika cepat, padahal jelas-jelas ia melihat tangan Dav terulur duluan untuk mengambil paha ayam tersebut.
"Tapi itu gue yang mau ambil duluan," Dav tidak mau membiarkan Cantika mengambil paha ayam yang hanya tinggal sebelah, Ia pun hendak merebut paha ayam yang sudah dipegang Cantika.
Tapi, Cantika bergerak cepat menjauhkan paha ayam dari jangkauan Dav dan langsung melahapnya.
Dav pun hanya dapat melihat paha ayam bakar kesukaannya masuk ke dalam mulut cantika dengan tatapan kecewa bercampur kesal.
"Ini untukmu." Hernan meletakkan sebelah paha ayam bakar lainnya, yang tadi telah diambilnya lebih dulu, ke piring Dav.
Eh? Dav langsung menoleh, menatap Hernan penuh tanya.
"Kamu makan saja." ucap Hernan lagi, " Itu masih bersih. Belum saya makan."
"Kenapa kakak memberikan paha ayam kakak padanya?" Cantika yang melihat Hernan memberikan paha ayamnya pada Dav merasa tak senang.
"Kenapa kamu harus berebut paha ayam dengannya?" sahut Hernan tenang.
"Habisnya---"
"Iya kenapa, Tika?" Kathreen ikut bertanya, "Bukankah kamu lebih suka bagian dada daripada paha?"
Heh? Dav terperangah mendengar perkataan maminya Hernan. Oh...jadi loe sengaja? Mau ngajak ribut ama gue?!
Cantika memasang wajah cemberut. Tapi matanya mengadu pandang dengan Dav. Saling bertatapan benci. Seneng loe banyak yang bela?!
***
Selesai makan, Dav pergi mencuci tangan. Dan karena merasa ingin buang air kecil, ia pun masuk ke dalam toilet wanita.
Dav mendorong salah satu pintu toilet dan hendak melangkahkan kakinya ke dalam. Tapi, tiba-tiba saja seseorang mendorongnya dengan keras ke samping hingga terhuyung. Dan orang itu masuk ke dalam toilet yang hendak dipakai Dav dan menutup pintu.
"Dasar cewek gila!" maki Dav, bisa menduga siapa yang melakukannya. Ia menghela napas kesal kemudian masuk ke dalam toilet lain yang kosong.
Beberapa saat kemudian, Dav keluar dari toilet. Dan ia melihat Cantika sedang mencuci tangan pada salah satu wastafel yang ada di sana. Tanpa berkata apapun, ia juga mencuci tangan di wastafel lain.
Lalu...
"Elo apa-apaan sih!" Tiba-tiba Dav berteriak karena Cantika, yang telah selesai mencuci tangan, menciprat-cipratkan tangannya yang basah ke arahnya.
Cantika menoleh, menatap tak acuh pada Dav, "Eh sorry," ucapnya santai, "gue kira nggak ada siapa-siapa di sebelah--"
Byur!
Dav melemparkan air yang ditadahnya ke wajah Cantika sehingga gadis itu berteriak kaget lalu memelototinya. "Elo....!"
"Ups sorry," balas Dav santai, "tangan gue kepleset!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Little Bride
RomanceDav, -Princessa Davenia Ardhiana-, gadis tomboy berusia hampir 18 tahun, sama sekali tak menyangka kalau ia sudah bertunangan dan akan segera menikah dengan Hernando Dervin Seanan, lelaki yang usianya lebih tua 12 tahun darinya. Tidak! Jelas tidak...