DELAPAN

9.5K 515 15
                                    

"Sekarang kita mau ke mana lagi, Om?" tanya Dav dengan suara lemas. Ia sudah lelah berjalan berjam-jam di mall dan ingin segera pulang. Tetapi tampaknya Hernan masih belum berniat untuk meninggalkan mall.

"Mencari cincin." jawab Hernan pendek.

"Cincin?" Dav mengerutkan kening, "Ooo....Om mau beli cincin?" lanjutnya, "Kalo gitu, jangan di sini, Om. Kita ke Rawa Bening aja."

"Rawa Bening?" Hernan menatap Dav tak mengerti, "Mengapa harus di--"

"Ayolah!"seru Dav tak sabar. Ia pun menarik tangan Hernan dan membawanya ke parkiran, menuju mobil Hernan yang diparkir di sana.

Kini, keduanya pun sudah berada dalam mobil Hernan.

"Kenapa diem aja, Om?" tanya Dav karena Hernan masih belum juga menyalakan mesin mobilnya, "Cepetan dong, Om. Katanya mau beli cincin. Nanti toko-tokonya keburu tutup!"

Hernan kembali menatap Dav tak mengerti. "Iya, "ucapnya, "tapi mengapa harus ke--?"

"Karena di sana banyak pilihannya, Om." sahut Dav tak sabar.

"Eh?" Kedua alis Hernan bertaut. Masih belum mengerti.

"Om cari cincin batu akik kan?"tanya Dav dengan nada polos, "Nah di sana, ba~nyak pake banget." Tiba-tiba ia terkikik geli, "Gue nggak nyangka, ternyata Om penggemar batu akik."

Apa?!  Hernan ternganga.

"Sukanya batu akik apa, Om?" lanjut Dav cepat, "Bacan? Biduri bulan atau kecubung ungu?" tanyanya, "Ah! Gue tau! Gue tau!" Matanya berbinar senang, "Pasti pancawarna ya, Om? Kan paling cocok tuh buat Om. Biar bisa meningkatkan kharisma, wibawa dan juga disegani orang. Bener nggak, Om?"

Hernan menggeleng. "Saya tidak--"

"Jadi bukan?" potong Dav cepat. "Oh, kalo gitu, batu akik..." Ia mengerutkan kening, berpikir sejenak, "Hmm,  badar besi ya?" tebaknya kemudian, "Om pengen kaya si pitung? Kebal senjata? Kan katanya batu itu punya khasiat seperti itu." Ia pun tertawa sendiri.

"Saya tidak suka batu akik, Princessa!"ucap Hernan tegas, "Dan saya juga tidak sedang mencari cincin batu akik."

"Eh? Tidak?" Dav menatap lugu pada Hernan, "Kalo gitu Om cari cincin apa?"

"Kamu tidak usah berpura-pura tidak tahu, Princess." sahut Hernan gemas.

"Yey!" seru Dav, "Gue kan emang nggak tau. Emangnya gue bisa baca pikiran Om!" ucapnya membela diri.

"Tapi kamu tahu kan kalau kita akan menikah?" tanya Hernan tenang.

Dav terdiam,  menatap Hernan lekat.

Dan, selama beberapa saat, keduanya hanya saling bertatapan.

"Om yakin mau menikah ama gue?" Tiba-tiba Dav bertanya.

"Mengapa tidak?" Hernan balik bertanya.

"Kenapa Om mau menikahi gue?" Dav balas bertanya.

"Karena kamu tunanganku," jawab Hernan tenang. "Calon istriku."

"Tapi gue udah punya pacar, Om....!"

"Putuskan saja pacarmu itu."sahut Hernan santai. "Paling juga kamu cinta monyet dengannya."

Apa? Putuskan? Cinta monyet? Dav mencibir. Seenaknya aja HerDer rese ini kalo ngomong!

"Nggak bisa, Om!" seru Dav kesal, "Gue bukan cinta monyet ama dia. Gue udah sehati, seiya sekata ama dia!"

Kedua alis tebal Hernan terangkat, "Sehati, seiya sekata?"

"Iya!" Dav mengangguk mantap. " Gue ama dia itu udah super super cocok! Coba denger ya, Om." ucapnya, "Ehm...Gue ini kan suka berantakin kamar, lah dia juga. Gue suka bangun siang, dia juga. Terus, gue ini kan jarang mandi, sama dia ju--"

 "Kamu apa?" Dahi Hernan berkerut. "Ja...rang mandi?"

"Iya, Om." sahut Dav cuek. "Tadi juga selesai jogging, gue nggak mandi. Padahal sebelum jogging, gue juga nggak mandi." Ia tertawa kecil, "Soalnya hari ini bukan jadwalnya gue mandi.  Gue mandinya cuma hari selasa ama jumat aja, Om. Itu juga kalo langit cerah dan angin nggak bertiup kencang."

A-pa?!

"Tapi nggak kecium bau kan?" tanya Dav enteng,  "Buktinya, Om juga nggak tau kalo nggak gue kasih tau!"

"Princessa...!" Hernan menggelengkan kepala. "Kamu ini....benar-benar jorok!"

"Ya gitu deh, Om." sahut dav santai. "Kita ini emang nggak cocok, Om.  Om...kan pasti cinta kebersihan, lah gue...cinta kejorokan." Ia terkikik kecil, "Jadi, Om berubah pikiran, nggak berniat nikahi gue lagi kan?" tanyanya penuh harap.

Hernan menghembuskan napas panjang. "Kalau kamu berpikir begitu..." Ia mengambil jeda sejenak, " Sayang sekali kamu harus kecewa. Karena saya tetap akan menikahimu!"

"Om...!" seru Dav gemas. "Om nggak percaya ya? Masih berpikir kalo itu cuma akal-akalan gue? Itu beneran, Om! Gue emang--"

"Tidak masalah." potong Hernan tenang, "Karena setelah menikahimu, akan saya pastikan kamu mandi atau bila perlu..." Ia menatap tajam Dav, "Saya yang mandikan kamu setiap hari!"

Hah?! Dav hanya diam memandangi Hernan dengan sebal.  Kemudian dia membuang muka. Menatap lurus ke depan. Bibirnya mengerucut. Sial! Semua usaha gue bikin HerDer rese ini kesal, jengkel, marah, jijik dan malu karena kelakuan gue,  sehingga membuatnya batal nikahi gue, gagal!  Sepertinya gue harus berusaha lebih keras lagi!  Wajahnya pun tampak penuh tekad.  Bisa! Gue pasti bisa bikin dia ilfil ama gue!

Bratty Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang