"Hernan pergi dulu, Ma." pamit Hernan sambil memeluk dan mengecup kedua pipi Selina, mamanya Dav dengan penuh kasih sayang. Ia memang memanggil mama pada Selina karena itu memang permintaan Beliau. Mereka adalah keluarga. Ia adalah calon menantu dan tak lama lagi akan menikah dengan Dav, jadi sudah sepantasnya membiasakan diri memanggil mama, begitu alasan Beliau.
Tampak binar bahagia di mata wanita yang usianya hampir setengah abad itu, karena diperlakukan (menurutnya) begitu manis, oleh Hernan. Cessa alias Dav, anak semata wayangnya tak pernah memperlakukannya seperti itu. Boro-boro mengecup kedua pipinya, gadis tomboy itu malah sering tak pamit bila akan pergi keluar rumah, bahkan kadang tak ketahuan kapan perginya. "Iya. Hati-hati di jalan, Hernan."sahutnya sambil menepuk-nepuk lembut punggung Hernan.
Hernan pun mengambil tas kerjanya yang tersandar di kursi dan melangkah keluar rumah.
Ia terus berjalan mendekati mobilnya. Tiba-tiba, langkahnya terhenti dan menatap tak percaya pada mobilnya.
Ban mobilnya kempes!
Bukan hanya satu, tapi empat-empatnya!
Bagaimana mungkin...? Benaknya bertanya-tanya. Seingatnya, semalam ban mobilnya baik-baik saja. Tidak ada satupun yang kempes. Tapi sekarang mengapa semuanya kempes? Apa jangan-jangan... Satu nama yang diduga kuat sebagai pelakunya langsung muncul di benaknya. "Ini pasti ulah Princess!" gumamnya geram. Ia pun memutar tubuh ke belakang, kembali menuju rumah untuk mencari gadis itu.
"Lho! Koq kamu balik lagi?" tanya Selina yang melihatnya, keheranan.
"Ada yang ketinggalan, Ma." sahut Hernan, tidak mengatakan hal yang sebenarnya sambil naik tangga dan menuju kamar Dav.
Tanpa mengetuk, Hernan langsung membuka pintu. "Princess! Kamu---" Ucapannya terhenti seketika karena ternyata kamar itu kosong, bahkan pintu kamar mandinya pun terbuka lebar, pertanda Dav benar-benar tidak ada dalam kamarnya.
Hal yang tidak membuatnya heran. Gadis tomboy itu pasti langsung pergi meninggalkan rumah setelah mengempeskan semua ban mobilnya!
Hernan pun menutup kembali pintu kamar Dav dengan keras, pertanda hatinya benar-benar kesal. Dan ia kembali turun. "Ma," panggilnya pada Selina, yang masih berada di ruang makan dan sedang membaca majalah, "Mama tahu nomor telepon taksi?"
Selina mengerutkan kening. "Taksi?"tanyanya sedikit bingung.
"Iya," Hernan mengangguk, "Hernan mau memesan taksi."
"Untuk apa?" tanya Selina lagi, masih bingung.
"Ehm...Itu Ma," sahut Hernan, "mobil Hernan, bannya kempes. Empat-empatnya."
"Apa...?" Selina melebarkan mata, "Koq bisa?"
Hernan menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Tanda tidak mengerti. Walaupun ia sangat yakin siapa yang melakukannya. Memangnya siapa lagi yang kurang kerjaan mengempeskan (tidak tanggung-tanggung) ke-empat ban mobilnya, kalau bukan gadis tomboy itu? Tapi, ia memilih tidak mengatakan apapun. Ia tidak mau dianggap asal menuduh. Ia kan tidak punya bukti dan tidak melihatnya sendiri.
Namun Selina tahu. Ia bisa menduganya sendiri. "Itu pasti ulah Cessa ya?" tanyanya merasa sedikit tak enak atas perbuatan putrinya, "Ah! Dasar anak itu! Memang ada-ada saja ulahnya!" serunya kesal. "Maaf ya, Hernan. Biar nanti mama marahi anak itu. Eh!.." lanjutnya teringat sesuatu, "Lalu bagaimana kamu pergi ke kantor? Mobil mama lagi diservis di bengkel lagi. Ah! Coba kalau tidak, kan bisa kamu pakai."
"Tidak apa-apa, Ma." sahut Hernan, "Saya bisa naik taksi."
"Eh iya, Taksi!" Selina mengangguk-anggukkan kepala, "Maaf, mama lupa. Padahal tadi kamu sudah bilang mau memesan taksi." Ia tertawa kecil, "Biar mama saja yang memesankan taksinya. Kamu tunggu saja di sini ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Little Bride
RomanceDav, -Princessa Davenia Ardhiana-, gadis tomboy berusia hampir 18 tahun, sama sekali tak menyangka kalau ia sudah bertunangan dan akan segera menikah dengan Hernando Dervin Seanan, lelaki yang usianya lebih tua 12 tahun darinya. Tidak! Jelas tidak...