SEMBILAN BELAS

6.7K 289 10
                                    

Dav memalingkan wajah dan memejamkan mata kuat-kuat. Takut! Ia merasa sangat takut! Apa Hernan akan benar-benar melakukannya? Aargh! Tidak! Walaupun ia tahu, setahu-tahunya kalau Herder Rese itu memang berhak karena telah menjadi suaminya, tapi ia tidak mau...Tidak rela...!

Memang, ini salahnya. Siapa suruh ia coba-coba mempermainkan Herder Rese itu? Ya! Niatnya memang seperti itu, tapi kenapa akhirnya jadi begini?!

Ah! Ia benar-benar bodoh! Kenapa ia tak memikirkan dulu, apa akibat dari ulahnya itu?! Seharusnya ia sadar, membangunkan Herder saja sudah salah, apalagi mengganggunya, sudah pasti akan 'digigit'!

Lalu bagaimana? Sekarang ia harus bagaimana? Hernan menekan tangannya kuat-kuat ke kasur sehingga ia tak bisa bergerak, dan ia juga merasakan hembusan napas hangat Herder Rese itu di lehernya... Jadi, apa...? Apa lebih baik dibiarkan saja Herder Rese itu melakukannya?

Bukankah kata Luvi, rasanya enak?

Memangnya seenak apa sih?

Eh? Dav terkejut sendiri dengan apa yang melintas di benaknya itu. Hentikan! serunya memarahi dirinya sendiri, pemikiran apa itu? Kenapa bisa-bisanya ia berpikiran seperti itu?!

Tidak! Ia tidak akan membiarkan Hernan melakukan itu! Enak saja! Tidak akan semudah itu!

Memberanikan diri, Dav membuka mata. Bertekad kalau ia akan memberikan tatapan tajam menusuk, dan semoga saja Herder Rese itu mengerti kalau arti tatapannya itu, apa loe?! Berani macem-macem ama gue?!

Mereka pun saling bertatapan.

Dan Dav bergetar.

Bukan karena Hernan membalas tatapannya dengan lebih tajam. Sama sekali tidak. Hernan menatapnya dengan lembut, sangat lembut...

Sama seperti tadi, ketika mereka akan melakukan wedding kiss...

Dan reaksi Dav tetap sama. Hanya diam membeku, terhipnotis oleh tatapan Hernan. Bahkan ketika perlahan, Hernan mengecup bibirnya, Dav memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan Hernan pada bibirnya.

Dav memutuskan untuk menyerah! Biarlah Herder Rese itu mengambil apa yang telah menjadi haknya...

Tapi tiba-tiba, Hernan menghentikan ciumannya sehingga membuat Dav membuka mata dan dilihatnya Hernan telah menjauhkan diri darinya.

"Tidurlah." ucap Hernan lembut.

Eh? Dav tampak bingung.

"Kenapa?" Hernan mengulum senyum, "apa kamu ingin kita benar-benar melakukan itu?"

Heh?! Wajah Dav memerah.

"Jadi kamu sudah ikhlas--"

"Enggak!" sambar Dav cepat, "Si-siapa bilang gue udah ikhlas..."

"Kalau begitu, tidurlah..."

Dav mencibir. "Tidur ya tidur..." gumamnya. Ia pun berguling ke sisi tempat semula ia tidur dan menarik selimut. Hanya sebentar. Karena kemudian ia melonjak bangun. "Om..!" serunya memanggil Hernan yang telah membaringkan diri di sampingnya.

"Hmm?"

"Terus durennya gimana?" tanya Dav polos, "Nggak jadi dibelah?" Ia menghela napas kecewa, "Ya...nggak jadi pesta duren dong," lanjutnya, "padahal di kamar mandi masih ada dua..."

Hah?!

****
Dav merasa sangat nyaman. Ia memeluk gulingnya erat-erat. Terasa empuk dan hangat.

Bratty Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang