DUA PULUH DUA

9K 398 66
                                    

Ketika Dav menyetujui permintaannya, Hernan tak yakin kalau istri bandelnya itu akan benar-benar melakukannya. Namun karena ia ingin tahu, apa Dav akan benar-benar menciumnya atau tidak, ia pun bersikap menurut saat Dav menyuruhnya memejamkan mata.

Setelah beberapa detik, akhirnya ia merasa sesuatu menempel di bibirnya.

Penasaran, ia pun membuka sebelah matanya.

Ternyata dugaannya benar!

Dav tidak benar-benar menciumnya!

Istri tomboy nan bandelnya itu sedang menatap geli padanya sambil menempelkan bunga plastik ke bibirnya. Ya! Menempelkan setangkai bunga plastik, yang diambilnya dari vas yang ada di meja.

Hernan pun langsung menepis bunga plastik tersebut dari bibirnya.

Dav tertawa senang karena merasa berhasil mengerjai HerDer rese itu!

"Princessa...!" seru Hernan gemas. Tangannya terulur berusaha menangkap Dav.

Namun, Dav sudah menghindar terlebih dulu.

Hernan bangun dari duduknya. "Sini kamu...!"

Dav lari menjauh, tapi ia tidak bisa ke mana-mana dan karena kamar hotel itu tak begitu luas, sebentar saja, Hernan telah berhasil menangkapnya lalu mendorongnya hingga terduduk di tepi kasur.

"Ampun, Om...!" seru Dav panik, "Gue nggak akan berani-berani lagi ngerjain Om!"

Hernan tak menghiraukan teriakan Dav. Ia terus mendesaknya sehingga Dav memundurkan tubuh sampai punggungnya menyentuh kasur.

Hernan menekan kedua tangannya ke kasur, di samping kanan kiri kepala Dav.

"Om....!"

"Sampai kapan kamu akan memanggil saya om, Princess?" tanya Hernan sambil menatap lekat Dav.

Eh?

Hernan duduk di tepi kasur. Di samping Dav. Ia diam memandangi Dav yang masih setengah terbaring.

Merasa risih karena Hernan terus memandanginya, Dav mengangkat tubuh dan duduk di sebelah Hernan. "Trus gue harus manggil apa?" tanyanya bingung.

"Saya ingin mendengar kamu memanggil saya seperti dulu." sahut Hernan membuat Dav bertambah bingung.

"Dulu?" Dav mengerutkan kening, "Emang dulu gue manggil loe apa?"

"Ketika kamu masih belajar bicara, ada tiga kata pertama yang kamu ucapkan," jawab Hernan, "dan salah satunya adalah panggilan untuk saya."

Salah satu dari tiga kata pertama yang gue ucapin? Dav mengerutkan kening kemudian mengelengkan kepala. "Itu...Kata apa?" tanya Dav tak tahu.

Hernan tersenyum kecil. "Coba kamu ingat-ingat sendiri." Ia pun bangun dari duduknya dan mengacak-acak lembut rambut Dav kemudian pergi, masuk ke dalam kamar mandi.

Hah?! Gue disuruh inget-inget sendiri, kata yang merupakan panggilan gue ama HerDer rese itu, waktu gue masih belajar ngomong? Dav menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal. Yang bener aja, mana bisa gue inget! "Kenapa Herder Rese itu harus berteka-teki ria kaya gini sih?!" gerutunya sebal, "Aargh! Sebenernya gue manggil dia apaan sih waktu gue kecil..?! Dasar Herder rese.. ! Bikin gue jadi penasaran aja...!"

Bratty Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang