14. Pillow Talk

789 76 20
                                    

Sequel dari Hyung

.

.

.

.

.

Yoongi mengerjabkan matanya beberapa kali, menguceknya, memejam, lantas membukanya lagi. Hanya sekedar untuk memastikan, jika sosok yang sedang memeluknya saat ini, sambil tersenyum idiot memang benarlah kekasihnya yang asli. Bukan jelmaan dari setan mimpi.

"Good morning, hyung." Ucapnya dengan suara renyah.

Yoongi sempat mengernyit sebentar, seingatnya semalam mereka menutup hari dengan sebuah perdebatan, yang berujung dengan pembantingan pintu yang dilakukan oleh Taehyung.

Bukankah Taehyung masih kesal padanya? Yoongi bahkan tidak datang padanya dan minta maaf. Biasanya jika sudah begitu, mereka akan berhenti bicara satu sama lain untuk beberapa waktu. Tapi kenapa sekarang keadaannya malah berbeda?

"Kamu tidak marah?" Tanya Yoongi kebingungan.

"Kenapa harus marah?"

"Semalam... Bukankah kita bertengkar? Kamu seharusnya marah, yah maksudku jika itu kamu yang biasanya, kamu pasti akan marah sampai beberapa hari ke depan karena aku tidak datang minta maaf padamu, dan memelukmu." Tutur yang lebih tua.

Taehyung memainkan bibirnya, antara gemas dan menahan diri untuk tidak tertawa juga.

Merasa tak mendapatkan jawaban, akhirnya Yoongi kembali berkata. "Aku sebenarnya sudah akan datang padamu, tapi tiba-tiba Jimin berkunjung. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, dia terlihat tidak dalam keadaan baik. Jadi maaf," Yoongi hembuskan nafas.

"Maaf, seharusnya semalam aku bisa bicara dengan lebih baik padamu. Tolong jangan diambil hati semua ucapanku."

Taehyung hembuskan nafas berat, lalu tersenyum. Memeluk tubuh hyung yang ada di depannya dengan begitu sangat ekspresif.

"Tidak masalah, aku tidak tersinggung kok." Taehyung menggigit bibir. Berusaha membuang fakta bahwa dia sempat seperti kesetanan karena Yoongi tidak datang untuk minta maaf padanya.

"Aku tahu hyung hanya sedang stres saja, terlebih semalam hyung terlihat sangat mabuk. Jadi aku memaafkan hyung, tenang saja. Hati Taetae tidak terluka." Bohong sekali dia, toleransi Yoongi terhadap alkohol sangat baik. Jadi beberapa teguk Whiski tidak akan mungkin bisa mengalahkannya, dan Taehyung tahu itu.

Taehyung hanya tidak ingin membuat Yoongi malu, jika ternyata dia tahu kenyataan yang sesungguhnya. Yoongi adalah tipe orang yang seperti itu, jika dirinya menaruh sebuah perhatian, dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Dia lebih suka melakukannya dengan cara diam-diam.

"Benar tidak marah?" Yoongi jauhkan diri dari pelukan pacarnya.

"Hehem." Taehyung angguk semangat.

"Syukurlah, aku sempat sulit tidur karena memikirkanmu. Saat aku datang ke kamarmu, kamu sudah tidur, jadi aku kembali."

Taehyung benar-benar tidak percaya, dirinya bisa tidur dengan nyenyak karena sebuah jawaban yang begitu melegakan dadanya. Tapi hal itu justru malah berbanding terbalik dengan hyung yang ada di depannya ini.

Aaah, jika sudah begini, Taehyung malah jadi yang merasa berengsek di sini.

"Maafkan aku ya, hyung. Harusnya aku tidak berbuat begitu. Aku yang kekanakan di sini. Jadi hyung tidak salah. Aku yang terlalu emosional. Tidak berfikir dengan kritis. Maaf, untuk sudah menjadi orang yang impulsif."

Silently ; TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang