Taehyung masih ingat, waktu itu dia masih sangat muda. Dia yang selalu menangis manakala orang tuanya pulang setelah pergi mengunjunginya di Dorm yang sempit. Dia rindu masa remajanya, kebebasannya yang terenggut paksa. Hari-hari yang sebelumnya begitu banyak dia lewati bersama dengan keluarganya yang sederhana itu, kini tak lagi ada.Dia menangis waktu itu. Dia berkata bahwa dia lelah. Dia ingin menyerah. Lalu ayahnya pun berkata; bahwa tidak apa-apa jika Taehyung ingin menyerah. Jika dia merasa lelah, maka dia boleh berhenti sekarang juga. Meskipun pada akhirnya dia sendiri justru malah merasa malu atas pernyataan dari ayahnya.
Dia harus membuat hidup keluarganya menjadi lebih baik, itu adalah impiannya. Menghasilkan banyak uang untuk keluarganya yang kurang mampu. Taehyung jujur lelah dengan perjalanan yang sedang ditempuhnya, tapi dia jauh lebih lelah pada perundungan yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya yang kaya raya.
Taehyung jelas ingin memperbaiki hidupnya, meskipun dia benar-benar menyadari jika masa trainee adalah masa-masa paling berat dari segala permasalahan yang pernah dihadapinya. Taehyung harus berhasil, ibunya bahkan sudah membelikannya pakaian yang terbaik agar dia tidak dirundung oleh teman-teman sesama trinee-nya. Jadi, meskipun dengan jiwa dan raga yang lelah luar biasa, Taehyung tetap tidak menyerah meskipun tangis keputusasaan tidak pernah lepas dari kesehariannya.
Akan tetapi ketika seorang hyung tiba-tiba datang, dan memberinya sekaleng cola serta sebungkus cokelat, Taehyung akhirnya menyadari. Bahwa tujuannya untuk berada di sini bukan hanya karena ingin mengubah hidup keluarganya, tetapi juga karena dia.
"Overthinking lagi?" Yoongi baru saja memasuki kamar, ketika mendapati pacarnya sedang duduk termenung di sudut bed miliknya.
Si pemilik kamar tersenyum, menepuk sisi kosong di sebelahnya, menyuruh sang hyung kesayangan untuk duduk di sana. "Jangan terlalu banyak melamun." Nasihat yang lebih tua tak terlalu digubris oleh pemuda itu.
Taehyung tersenyum, mengubah posisinya. Dia baringkan kepalanya pada pangkuan sang pacar, yang sekarang sudah menyapu lembut rambut bergelombang milik kekasihnya.
"Aku dengar dari Jimin, katanya kamu belum keluar kamar dari sore tadi, kenapa?" Yoongi bertanya sabar sekali. Dan sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan Kim Taehyung, Yoongi paham betul, tipikal Kim Taehyung yang sedang overthinking itu; adalah dia yang hanya akan mengurung diri di kamar.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya rindu ayah dan ibuku saja, hyung." Taehyung memeluk pinggang pacarnya, membenamkan wajahnya pada perut sang pacar, lalu tersenyum pelan sebab rasa hangat mulai menjalar ke seluruh rongga di hatinya. Betapa Taehyung sangat menyayangi pria ini. Demi Tuhan.
"Kamu tahu hyung, sampai sekarang, jujur aku masih belum bisa percaya jika kamu adalah pacarku."
Yoongi memutar bola matanya enggan, ini bahkan sudah sangat lama, tapi kenapa Taehyung masih saja belum merasa terbiasa?
"Apa kamu merasa bosan?" Taehyung segera mengangkat pandangannya, hingga mata elangnya bisa segera mematri mata kecil milik pacarnya.
"Jangan bicara ngawur." Taehyung hembuskan nafas sebal.
"Di dunia ini, tidak ada orang lain yang aku sukai sangat dalam selain kamu, hyung." Pengakuan Taehyung membuat alis Yoongi seketika terangkat.
"Oh yah? Jangan membual dengan mengatakan jika kamu tidak pernah menyukai seseorang ketika kamu masih remaja." Yoongi mendengus.
"Masa-masa sekolah adalah masa pubertas yang sangat ekspresif, jadi mana mungkin seorang anak remaja tidak memiliki perasaan yang seperti itu terhadap seseorang yang lainnya?" Rambut Yoongi masih setengah basah, dia baru saja mencuci rambutnya. Bibirnya terlihat merona, begitu kontras dengan kulitnya yang sepucat guci kerajaan di masa lampau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silently ; Taegi
FanficWhen the mouth silences it too well, then no one will know. Just something happen between Taehyung and Yoongi, with their silence. It's Taegi! Bahasa!