Chapter 2

1K 86 4
                                    

Selamat membaca ~


Haahh hahh haahhh

Taeyong tersentak, ia bangun dengan nafas tersengal, seolah ia baru saja berlari berkilo-kilo meter. Ia kemudian duduk menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sambil mengatur nafas yang terasa tidak beraturan.

Setelah nafasnya mulai stabil, Taeyong melirik ke segala penjuru kamarnya. Gelap dan temaram, karena pencahayaan di dalam kamarnya hanya berasal dari lampu tidur yang terletak di atas meja belajar. Tidak ada yang terasa aneh. Hanya sepi dan sunyi yang terasa.

Taeyong kemudian termenung, mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Sentuhan bibir dari sosok yang tidak ia ketahui itu sangatlah terasa nyata. Tanpa disadari Taeyong mengusap bibirnya.

"Kenapa ciuman itu begitu nyata rasanya, siapa sosok itu?" Taeyong bergumam dan menyadari bibirnya terasa lebih tebal dari biasanya. Ia beranjak dari kasur menghidupkan lampu kamarnya. Mengambil cermin yang terletak di meja belajar. Ia pun memeriksa keadaan bibirnya.

Taeyong terdiam kaku. "Kenapa bibir ku menjadi begini?" Lalu tanpa sengaja melirik leher jenjangnya.

"Ini apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa leherku banyak sekali ruam seperti ini? Tapi siapa yang melakukannya?" Taeyong bergumam memikirkan banyak pertanyaan yang terlintas di benaknya.

"Apa yang terjadi barusan bukanlah mimpi? Tapi tidak ada siapapun di sini." Sekali lagi Taeyong menyusuri kamarnya dan mendapati bahwa tidak ada siapapun di sana.

Taeyong memilih mengambil sebuah novel di rak bukunya dan berjalan menuju ranjangnya kembali. Ia memutuskan untuk terjaga malam ini karena ia takut jika benar ada seseorang yang diam-diam masuk ke kamarnya.

Taeyong larut dalam bacaannya. Namun kondisi matanya tidak mau bersahabat, terlalu lelah dan ingin segera dipejamkan. Walau sekuat tenaga Taeyong menahan rasa kantuknya tapi itu tak berhasil. Hanya sekitar dua puluh menit, Taeyong membaca bukunya, ia akhirnya jatuh tertidur dalam keadaan terduduk di atas ranjang.

Sosok yang sedari tadi hanya memperhatikan Taeyong, kembali lagi saat mendapati Taeyong telah tertidur. Ia memasuki kamar yang masih terang karena cahaya lampu. Mematikan lampu kamar lalu menghampiri si pemilik kamar yang tertidur dalam posisi terduduk. Ia membenarkan posisi si cantik agar terbaring di ranjangnya.

Setelahnya ia hanya duduk diam di tepi ranjang, sambil menikmati pemandangan di hadapannya. Kali ini ia tidak melakukan hal-hal yang tadi ia lakukan. Sosok itu hanya menatap, menikmati wajah si cantik yang tertidur. Memberikan usapan lembut pada pipi si cantik. Hingga pukul menunjukkan waktu setengah 6 pagi. Ia beranjak dan menghilang.


***


Beberapa hari berlalu, sejak kejadian malam itu, dimana Taeyong yang selalu terbangun dalam keadaan bibir membengkak dan ruam yang menyelimuti lehernya. Akan tetapi, Taeyong sama sekali tidak mengetahui penyebabnya.

Bahkan saat Taeyong memutuskan untuk menginap beberapa hari di apartemen Jungwoo. Tujuannya agar kemungkinan kejadian yang di alaminya di rumah tak akan terjadi di apartemen sahabatnya. Namun, sayangnya tak sesuai dengan pemikirannya. Ia pun tetap terbangun dalam keadaan yang sama, bibir membengkak serta ruam di lehernya.

Bersyukur Taeyong selalu bangun lebih pagi, sehingga ia bisa menyembunyikan ruam yang menghiasi lehernya.

Saat ini Taeyong masih berada di apartemen Jungwoo, sahabatnya sejak masa Senior High School. Mereka sedang menikmati sarapan paginya, sebelum mereka berangkat kuliah. Jungwoo tinggal sendiri karena orang tuanya sibuk bekerja di luar negeri.

"Taeyongie kau kenapa?" Jungwoo menyadari Taeyong yang termenung. Makanan yang ada di meja makan pun hanya diaduk oleh si pemilik mata bulat itu.

Tersentak Taeyong menoleh dan menggeleng. "Tak apa Jungwoo-ya hanya memikirkan beberapa hal."

Looking For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang