30. sudden sensation

393 51 14
                                    

Sakura bangun dengan perasaan tak nyaman pagi itu. Badannya sakit semua, kepalanya pusing, dan tenggorokannya terasa kering. Ia kebanyakan menangis dan berteriak tadi malam. Sakura pun segera bangun, minum segelas air yang ada di nakas, lalu membuka jendela kamarnya. Matahari masih belum terbit, tapi sinarnya sudah mulai terlihat di arah timur. Sakura meletakkan kepalanya di jendela, menatap langit gelap sekaligus menghirup aroma udara segar yang mulai muncul.

Sakura menyadari suatu hal, setelah ia tinggal di Korea selama satu semester ini. Selama enam bulan di sini, ia sadar bahwa ia tidak bisa menilai seseorang dengan benar. Ia juga terlalu polos, ia menganggap semua orang baik dan bisa dijadikan teman.

Namun, kenyataan berbeda dari apa yang ia pikirkan. Semua orang punya tujuan, ambisi, dan pikirannya masing-masing. Sakura gagal memahami itu dan ia menjadi korban permainan teman-temannya sendiri. Sakura mencoba mengingat semua usaha yang ia lakukan untuk mendapatkan teman di kelasnya. Mulai dari mecoba akrab dengan Jungwoo dan Doyoung, berteman dengan Taeyong, masuk klub belajar Jaehyun, hingga menjadi perwakilan kelas untuk festival sekolah. Ia bahkan sampai membuat cookies dan sushi, melewatkan jam belajar untuk mempersiapkan festival sekolah, hingga jarang mengobrol dengan orang tuanya sendiri karena kesibukannya.

Sakura mengingat penjelasan Winwin, ia melihat sebuah garis besar. Berdasarkan pertikaian Jaehyun dan Taeyong, mereka berdua sama-sama mencoba menyembunyikan rencana mereka, bergerak sendiri-sendiri untuk mendapat pengakuan Sakura. Sakura selama ini mereka jadikan sebagai piala. Siapa yang bisa mendapatkannya akan menjadi pemenang.

"Mereka pikir aku ini barang, huh?!"

"Kenapa selama ini aku begitu bodoh?!" Sakura memukul kepalanya sendiri, ia pun kemudian berhenti saat ia mulai merasa pusing.

Matahari sudah semakin naik, burung-burung berkicau membuat suasana makin cerah. Dari jendela lantai dua kamarnya, ia melihat beberapa tetangganya juga mulai keluar rumah untuk sekedar menyapu halaman atau jalan-jalan pagi.

Sakura memutuskan untuk turun ke bawah, ia tiba-tiba ingin melihat mamanya. Sakura pergi ke dapur dan ia melihat mamanya sedang menyiapkan sarapan.

"Mama.." Sakura memeluk mamanya dari belakang, membuat mamanya cukup kaget.

"Eh, ada apa ini.." ucap Mama Sakura sambil tertawa kecil.

Sakura masih memeluk mamanya, tidak mau melepasnya, ia tampak seperti anak kecil.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin memeluk saja, hehe."

"Wah, tumben melihat Sakura pagi-pagi di sini.."

Suara Papa Sakura tiba-tiba terdengar. Sakura pun menoleh dan melihat papanya masih mengenakan piyama dan duduk di meja makan. Kantung matanya terlihat jelas, sepertinya ia kelelahan karena terlalu banyak bekerja. Bahkan, semalam papanya juga harus lembur.

Sakura merasakan ujung hidungnya gatal. Ia hampir menangis, entah kenapa. Sakura pun menghampiri papanya dan duduk di meja makan.

"Selamat pagi, Papa. Mau kubuatkan teh?" Tanya Sakura dengan tenang, mencoba menyembunyikan perasaannya yang kacau.

Papanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Sakura pun segera kembali ke dapur untuk membuat teh.

Sakura sadar, selama ini terlalu memperhatikan teman-teman sekelasnya. Sekarang, ia akan mengubah tujuannya. Orang tuanya, lebih penting, lebih dari apapun. Oleh karenanya, saat ini, Sakura harus menjadi lebih dewasa.

******

Sakura berangkat ke sekolah dengan perasaan yang tidak kacau lagi. Ia tidak peduli pada rumor. Biarlah orang menilainya seperti apa, Sakura merasa bodo amat! Sakura mencoba melangkahkan kaki dengan percaya diri di koridor.

nct love adventure | sakura X NCT MembersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang