Hai, apa kabar?
Jangan lupa bahagia terus yaa!!!
Selamat membaca 🌻
.
.
.
Sahara sudah berdiri di depan gerbang sekolah sekitar 15 menit. Ia sedang menunggu Ayahnya untuk mengantarkan kacamatanya. Tadi ia benar-benar lupa sekali akan kacamatanya yang masih tergeletak di meja.
"Rara?"
Sahara tersenyum saat menyadari Sagara yang sedang berada di sampingnya. Rambut gondrong yang berantakan, baju yang dikeluarkan dan tentu saja tidak memakai atribut sama sekali. Sangat tidak mencerminkan sebagai seorang pelajar.
"Sagara? Lagi ngapain disini? Sagara?!!! Lo mau ngerokok disini? Udah gila ya lo!" Ujar Sahara terkejut saat melihat Sagara mengeluarkan beberapa batang rokok yang ada di dalam plastik dari saku bajunya.
Sagara membekap mulut Sahara. "Sssttt! Jangan keras-keras ngomongnya. Nanti gue bisa kena marah Pak Waluyo."
Pak Waluyo adalah salah satu guru BK yang terkenal dengan galaknya. Bahkan tidak jarang sekali bermain tangan. Tidak bagus juga sih sebenarnya, tapi muridnya juga memang sudah sangat keterlaluan.
"Mmmmm mmmmm.."
"Ngomong apa sih, Ra? Ngomong tuh yang jelas." Ujar Sagara.
"Hangannn hooo hanyir!"
"Hah? Apaan sih Ra? Gue gak ngerti deh." Ujar Sagara yang semakin kebingungan.
Sahara mengarahkan jari telunjuknya ke arah mulutnya. Dimana di sana ada tangan Sagara yang masih membekap mulutnya. Kalau kalian berfikir itu adalah sekedar bekapan ringan, kalian salah! Ini adalah bekapan berat. Sudah seperti sedang diculik. Bahkan ia sampai kesulitan bernafas.
Sagara yang baru menyadari tangannya masih berada di mulut Sahara langsung menyingkirkannya. Ia menyengir dengan wajah tanpa dosanya itu.
"Sorry Ra. Gue beneran lupa, nggak bohongan." Ujar Sagara.
"Bukan masalah bohongan atau benerannya. Masalahnya tangan lo bau comberan anjir!" Ujar Sahara. Ia mengelap-elap mulutnya menggunakan lengan bajunya.
"Pahit lagi!" Ujar Sahara, lagi.
Sagara menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Sesekali memusatkan pandangannya ke lain arah.
"Itu...Ra. Tadi gue..Ah tapi lo jangan marah ya!" Ujar Sagara, tidak jelas."Tadi apaan sih! Gak jelas lo."
"Iyaaa, tapi janji dulu jangan marah ya!" Ujar Sagara. Ia mengangkat jari kelingkingnya, lalu mengarahkan jari tersebut ke arah Sahara.
"Sumpah. Kok perasaan gue nggak enak ya." Ujar Sahara menatap curiga ke arah Sagara.
"Janji nggak Ra? Kalau nggak janji, gue nggak jadi bilang."
Mau tidak mau Sahara menyetujui. Ia mengangkat jari kelingkingnya lalu menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingnya Sagara.
"Janji!" Ujar keduanya bersamaan.
"Ini gue beneran lupa ya, Ra. Tadi sebenarnya gue abis nolongin anak kucing yang kecebur got. Tapi gue lupa cuci tangan, karena tadi ketemu lo disini. Jadi gue mampir dulu, buat nyapa. Gue juga gak tau bakal ada kejadian tutup mulut lo pakai tangan gue" Ujar Sagara yang langsung membuat Sahara naik darah.