Hai, apa kabar?
Jangan lupa bahagia terus yaa!
Selamat membaca 🌻
.
.
.
Sahara dan teman-temannya kini berada di rumah sakit. Setelah insiden Amira pingsan, kondisinya ternyata tidak membaik, ia bahkan belum sadar juga. Pihak sekolah memutuskan untuk melarikan Amira ke rumah sakit karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebenarnya, Pak Galang selaku Wali Kelas tidak mengizinkan Sahara dan yang lainnya untuk ikut ke rumah sakit. Tetapi, bukan Sahara dan kawan-kawan kalau tidak keras kepala. Apalagi ini menyangkut soal salah satu teman mereka, Amira.
"Orang tua pasien atas nama Kanaya Amira?" Sahut asisten dokter begitu keluar dari ruang dokter.
"Saya Wali Kelas pasien, kebetulan orang tua pasien sedang dalam perjalanan kesini." Ujar Pak Galang.
Asisten dokter itu pun mempersilahkan Pak Galang untuk masuk ke dalam. Sementara Pak Galang masuk, Sahara dan yang lainnya sudah panik luar biasa. Mereka takut sesuatu yang tidak-tidak terjadi pada teman mereka.
"Gue terobos masuk aja kali ya? Gue khawatir banget sama Mira." Ujar Sahara begitu menyadari Pak Galang sudah terlalu lama di dalam ruangan. Wajahnya berkeringat, pendingin ruangan yang berada di rumah sakit bahkan tidak bisa mendinginkan badannya. Perasaannya tidak enak.
"Jangan bego." Balas Nada yang tidak setuju dengan ide Sahara, apalagi saat melihat kondisi Sahara yang seperti ini.
"Tunggu sini aja. Tenang. Ini RS." Ujar Namira. Sahara menurut, ia tidak ingin menimbulkan keributan.
"Kok Pak Gilang lama banget ya di dalam? Ini si Mira sebenernya kenapa sih?!" Tanya Sahara yang tidak bisa tenang.
"Apa salahnya sih kalau kita juga ikut masuk ke dalam, gue mau liat Mira juga kali!" Sahara menjadi emosi.
Namira menarik Sahara untuk keluar dari area rumah sakit dan menenangkan diri. Ia takut emosu Sahara akan meledak jika terus berada di sana.
"Lo ngapain sih Nam segala narik-narik gue? Emang gue salah kalau mau liat temen sendiri? Salah kalau gue khawatirin Mira? Sebenernya Mira kenapa anjing?!"
Namira memeluk Sahara, berharap ia tenang. Bukannya tenang, Sahara malah menangis. Namira tidak berkata apa-apa, ia hanya mengelus-elus punggung Sahara.
"Lo gak liat hiks Mira pucet banget hiks tadi. Ng-nggak b-biasanya dia kayak hiks gitu, Nam." Ujar Sahara sesegukan.
Namira menepuk-nepuk pelan punggung Sahara. Sedangkan Sahara masih terus saja menangis, tetapi perlahan mulai sedikit tenang. Tidak meraung-raung seperti tadi.
Setelah Sahara berhenti menangis. Namira mengajaknya ke kantin rumah sakit untuk membeli air minum serta beberapa camilan untuk teman-temannya yang berada di dalam.
"Beli coklat yang banyak Nam, Mira suka banget coklat. Dia pasti seneng kalau tau kita bawa banyak coklat." Ujar Sahara yang sedang menatap kosong kotak coklat di depannya.