Hai, apa kabar?
Jangan lupa bahagia terus yaa!!
Selamat membaca 🌻
.
.
.
Sahara mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ia berjalan ke teras rumah. Ia melihat Meni, kucingnya yang sedang makan dengan nikmat.
"Widih! Enak banget lo Men makan kagak bagi-bagi." Ujar Sahara bergurau.
"Emang kalau dia nawarin lo, Lo mau makan tuh makanan kucing?"
"Ya nggak lah!" Jawab Sahara. Sedetik kemudian ia membalikkan badannya dan terkejut melihat Rama yang kini sudah berada di depan pagar rumahnya.
"Lo? Lo ngapain kesini?" Tanya Sahara.
"Silaturahmi dong. Emang gak boleh ya?"
"Bukan masalah gak boleh. Tapi— Siapa Dek?" Ucapan Sahara terpotong oleh sahutan Lisa yang berada di dalam rumah.
"Ini Mah, tukang paket!" Sahut Sahara panik.
"Kurang asem! Masa iya ganteng-ganteng gini dibilang kurir paket?" Rama berpose dengan tingkat kepercayaan diri tinggi.
"Ya abisnya lo mau ngapain sih? Segala ke rumah gue?" Tanya Sahara berbisik-bisik. Karena kalau sampai Lisa tahu ia sedang mengobrol dengan seseorang, apalagi orang itu adalah laki-laki. Bisa-bisa dirinya dijadikan sasaran interogasi.
"Gue kesini cuma mau ngasih ini. Menurut penelitian seorang Rama yang hidup di dunia ini sudah 17 tahun, seorang wanita akan bahagia kalau dikasih makanan, apalagi yang berbau coklat. Maka dari itu, kedatangan gue kesini tuh mau memberikan cookies chocolate ini khusus untuk Sahara yang manis kayak cookies ini."
Sahara tertawa, "Geli banget gue dengernya, jujur."
"Lo beneran kejam ya, Sa. Bukannya puji gue kek gitu, malah bilang geli." Ujar Rama. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu memalingkan wajahnya ke arah samping.
"Dih! Hahahahaha! Iya-iyaaa. Gue akuin penelitian lo keren banget, walaupun emang agak pasaran sih."
"Kan! Udah deh! Mending lo gak usah puji gue. Ini mau gak cookies-nya?" Tanya Rama sambil menyodorkan paper bag yang berisi cookies ke arah Sahara.
Sahara mengambilnya, "Ini gak ada racunnya kan? Siapa tau lo ada dendam pribadi sama gue, jadi pura-pura baik ngasih cookies. Eh ternyata oh ternyata dalemnya ada sianida.
"Sumpah ya Sa! Lo berprasangka buruk mulu ke gue perasaan." Ujar Rama.
"Yakan perasaan doang."
"Jadi lo udah prasangka baik nih ke gue? Kalo gitu, dikit lagi lo bakal suka sama gue kan?" Ujar Rama jahil.
"Widih! Suka-suka apa nih?" Ujar Lisa yang tiba-tiba muncul. Wajah Sahara seketika langsung panik. Ia jadi bertanya-tanya, apakah Mamanya mendengar semua obrolan dirinya dengan Rama?
"Kok pada diem sih? Sa? Katanya tukang paket? Sejak kapan kamu akrab sama tukang paket?" Tanya Lisa dengan raut menggoda Sahara.
"Hah? O-ohh ini Mah, di-dia beneran tu-tukang paket kok. I-iyaa kan, Ram?" Tanya Sahara sambil mengkode Rama.
"Ohhh! Jadi namanya Rama." Sahara menepuk mulutnya yang malah keceplosan menyebut nama Rama. Ia heran sekali, kenapa Mamanya malah jadi salah fokus ke nama Rama.