Hai, apa kabar?
Jangan lupa bahagia!
Selamat membaca 🌻🌙
.
.
.
Suasana pentas seni kali ini ramai sekali. Semua duduk di lapangan sambil menyaksikan pertunjukkan. Pertunjukkan dibuka dengan pertunjukan tari, yaitu tari Kecak dari Bali.
Semua menatap kagum pada Si Penari solo itu. Tidak sedikit orang yang memujinya. Selain gerakan tarian yang sangat lihai, ia juga punya rasa keberanian yang sangat tinggi karena menampilkan pertunjukan tanpa pasangan atau kelompok.
"Gue jadi dia turun panggung langsung ngibrit sih ke kamar mandi, karena saking deg-degan nya. Jadi sampe kebelet pipis." Ujar Nazala.
"Kayaknya sih nggak keburu, La. Gue yakin sebelum sampe kamar mandi, lo udah ngompol duluan." Ujar Nada.
"Sialan lo, Nad!"
Pertunjukkan kedua adalah silat. Awalnya terdapat dua orang, mereka saling memberi salam satu sama lain. Dilanjut dengan memasang gerakan bersiap. Keduanya ber-akting dengan sangat bagus. Semuanya seperti sedang bertarung beneran.
Kali ini semakin tegang. Karena orangnya semakin banyak. Panggung menjadi sangat rusuh. OSIS yang bertugas sebagai pembawa acara kini bahkan sudah turun dari panggung karena ketakutan akan terkena serangan nyasar.
"AAAAA!" Jeritan terdengar di seluruh lapangan. Semuanya reflek menjerit saat melihat salah satu dari mereka membawa senjata golok.
"Sumpah ini serem banget anjir!" Ujar Amira.
"WOI BAHAYA TUH!" Teriak Nada yang membuat pasang mata menatap ke arah kami.
"Ngapain anjing liat-liat gue?!" Tegur Nada dengan tidak santai. Orang-orang yang melihat ke arah kami sudah tidak berani melihat kami lagi. Pesona Nada emang kayak macam, serem banget.
Pertunjukan semakin menegangkan, ditambah lagi dengan bunyi dentingan golok yang sangat nyaring. Bahkan sampai terdengar sampai ujung lapangan.
"Awww!" Teriak Sahara saat salah seorang yang memegang golok terjatuh.
"Eh ini ngeri banget sumpah, kayak lagi berantem sama psikopat." Tambah Sahara.
"Mampus aja, gue deg-degan ini. Tuh orang kagak ngapa-ngapa kan ya?" Tanya Amira. Ia ketakutan sampai-sampai menutup matanya dengan telapak tangan, tetapi ia membuka celah sedikit agar bisa mengintip. Ia takut, tetapi penasaran juga.
"Nggak apa-apa lah anjir, orang itu aja akting." Ujar Namira. Dari semua orang di lingkup ini, memang hanya Namira saja yang paling waras.
Sebenarnya ia sudah tidak kuat lagi sih tinggal di perkumpulan ini, tetapi mereka adalah orang yang selalu ada disaat ia sedang mendapat masalah. Bagi Namira, teman-temannya itu adalah rumah kedua setelah ayahnya. Walaupun teman-temannya ini sangat aneh, tetapi ia tetap menyayangi teman-temannya.
Namira semakin yakin untuk pindah kelompok begitu menyadari kalau orang-orang di sekitarnya kini menatap ke arahnya. Tatapan mereka seolah berkata "kamu nggak apa-apa ada di sana?"
Namira hanya tersenyum tipis. Ya, coba saja kalian bayangkan. Diantara seluruh manusia yang berada di lapangan, hanya teman-temannya saja yang norak dan terlalu lebay. Mereka menonton pertunjukan silat saja sudah seperti sedang menonton film ber-genre action di bioskop. Kalau kalian berada di posisi Namira, bagaimana perasaan kalian?