22

5 1 4
                                    

Hai, apa kabar?

Semoga kamu bahagia terus yaa!!!

Selamat membaca🌻

.

.

.

Saat ini Sahara tengah berada di ruang guru. Berhubung sekolahnya masih menumpang, sehingga pihak sekolah pun tidak bisa memakai fasilitas yang ada di sekolah ini dengan bebas. Makanya, Sahara yang sekarang seharusnya berada di ruang BK berganti menjadi berada di ruang guru untuk menghadap guru BK.

Ya, karena pertengkarannya dengan Anisa yang menyebabkan Anisa mengalami luka dan memar membuat Sahara dipanggil ke ruang guru. Menurut yang ia dengar, orang tua Anisa-lah yang melaporkan dirinya ke Wali Kelas untuk ditindak lanjuti. Orang tua Anisa tidak terima kalau anaknya ia pukul.

Sahara memutari matanya melihat ke sekeliling. Semua guru fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Tidak ada satu orang pun yang heran akan kehadiran dirinya disini. Ia benar-benar seperti benda yang kasat mata, tidak terlihat.

Sahara memilin ujung kerudungnya karena bosan. Menunggu guru BK yang sekarang ini entah berada dimana, ternyata benar-benar membosankan.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Sahara. Sudah 10 menit ia menunggu di sana. Duduk sendirian seperti kambing conge. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari ruang guru dan kembali ke kelas. Ah, sebelum kembali ke kelas sepertinya ia ingin mampir ke kantin sebentar.

"Mau kemana kamu?"

Sahara menghentikan lamgkahnya, ia pun berbalik. Nampak Bu Indri, guru BK dengan paras garang sudah berdiri di belakangnya sambil bersidekap dada.

"Ehh Ibu! Ini..apaa..s-saya mau ke..ahh! Ke kamar mandi. Iyaa Bu saya mau ke kamar mandi dulu tadi niatnya, soalnya saya kira Ibu masih lama." Ujar Sahara sedikit gagap. Maklum saja, ia sangat terkejut dengan kemunculan Bu Indri yang sangat tiba-tiba begitu.

Sahara pun kembali duduk di kursinya. Begitu pula Bu Indri yang juga duduk di kursinya.

Suasana menjadi canggung. Bu Indri sekarang ini hanya diam sambil memperhatikan dirinya dengan sangat cermat. Nampak jelas dari matanya yang tajam.

"Kamu Jeehan Sahara? Benar?" Tanya Bu Indri. Sahara menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Pada hari Rabu, 16 Januari 2019. Kamu, Jeehan Sahara melalukan pemukulan terhadap Anisa Falisya. Atas dasar apa kamu melakukan itu?" Maranya menatap tajam Sahara.

"Atas dasar pembelaan." Sahara balik menatap Bu Indri dengan datar. Tidak ada raut takut di wajahnya. Karena menurutnya, yang ia lakukan itu tidaklah salah.

"Pembelaan bagaimana maksud kamu?" Bu Indri menyenderkan punggungnya ke kursi, kedua tangannya juga ia silangkan dan ditaruh di depan dada.

"Anisa sudah menjelek-jelekkan teman saya tanpa mencari tahu yang sebenarnya. Awalnya saya hanya ingin menegur, tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali. Jadi, bukan salah saya kalau saya jadi emosi. Ibu pun pasti akan melakukan hal yang sama seperti saya saat tahu ada orang lain yang menghina orang yang ibu sayangi."

Bu Indri mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sudah mengerti seperti apa situasinya pada saat itu.

"Tapi pembelaan dengan melakukan kekerasan  itu tidak dibenarkan, Jee—Sahara." Sahara membetulkan nama panggilannya.

Aku SaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang