Hai, apa kabar?
Jangan lupa bahagia terus yaa!!
Selamat membaca 🌻
.
.
.
Sahara keluar dari kelas begitu ia menaruh tas sekolahnya di kursinya. Tangannya memegang topi sekolahnya. Begitu menyadari cermin sekolah yang benar-benar bersih membuat moodnya menaik.
Tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Sahara langsung saja memasang topi sekolahnya, sembari merapikan ujung jilbabnya yang mengkerut.
Hari ini adalah hari yang menurut anak-anak sekolah adalah hari yang menjengkelkan. Ya, hari ini hari Senin. Selain karena hari senin ini jauh dari hari libur, pada hari inilah setiap sekolah melakukan Upacara. Tetapi walau mereka sedikit enggan dalam mengikuti upacara, mereka tetap melakukannya. Karena hanya dengan hal inilah mereka dapat mengingat perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
"Ayoo cepat baris! Ini lagi udah terlambat tapi malah masih asik ngaca. Ayoo buru ke lapangan!" Ujar Pak Sidup yang entah datang darimana.
Sahara memang sedang datang terlambat hari ini. Semua ini gara-gara Kakak tercintanya itu yang tanpa seizinnya sudah memakai tas sekolahnya. Alhasil tadi sebelum berangkat ke sekolah ia sibuk mencari-cari tas sekolahnya saat jaman SMP.
"Iyaa Pak. Ini juga saya mau turun ke lapangan." Ujar Sahara. Ia pun segera turun ke lapangan sebelum Pak Sidup mengomel.
Begitu sampai lapangan, ia segera mencari barisan kelasnya. Begitu melihat wujud Nada lengkap dengan wajah tidak bersahabatnya itu, Sahara langsung berlari kesana.
"DORRR!" Teriak Sahara sambil menepuk bahu Nada.
"Anjing!" Nada mengumpat. Ia membalik badannya. "Lo pagi-pagi udah ada aje ya Sa gilanye! Bener-bener nih kelakuan lo rendah banget. KALO GUE JANTUNGAN GIMANA, GOBLOK!"
Bukannya merasa bersalah, Sahara justru tersenyum. Ia meletakkan kedua telapak tangannya dipipi Nada. Sontak hal itu membuat Nada semakin kelas. Nada dengan segera langsung menyingkirkan tangan Sahara dari kedua pipinya.
"Kan! Kan! Lo tau gak berapa juta bakteri yang nempel ditelapak tangan lo sekarang? Gue dah cape-cape ya tadi pagi skincare-an. Dengan enaknya lo maen pegang-pegang aja pipi gue. GAK ADA ADAB!" Omel Nada. Ia sudah tidak peduli lagi debgan dirinya yang saat ini sudah menjadi pusat perhatian.
Nada memutar kembali badannya ke arah depan. "Emang gini deh anjing bertemen ama orang gila. WOI MIRA! Barter tempat. Bisa darah tinggi kalo gue lama-lama disini." Ujar Nada masih dengan nada kesal.
Sedangkan Sahara si penyebab masalah malah asik tertawa.
Amira dan Nada sudah berganti tempat. Upacara telah dimulai. Bendera juga sudah dikibarkan. Saat ini adalah sesi amanat pembina Upcara.
Seperti biasa, mulut Sahara selalu tidak pernah bisa diam. Ia terus menerus mengajak ngobrol Amira yang berada di depannya.
"Mir! Mir! Bapak gue potong rambut anjir. Dari mba-mba sekarang jadi kayak dora." Bisik Sahara. Ia mencari aman, supaya pengawas upacara yang kini berjarak 3 barisan darinya tidak mendengar.
"Hah? Ahahahahaha. Kok dora sih anjir, kocak amat. Botakin aja gak sih harusnya bapak lo Sa?" Ujar Amira dengan berbisik-bisik juga. Ia sedikit menengokkan kepalanya ke arah kanan agar suara dapat terdengar oleh Sahara.