14

7 2 3
                                    

Hai, apa kabar?

Jangan lupa bahagia terus yaa!

Selamat membaca 🌻

.

.

.

Sahara mengadahkan tangannya, menatap ke arah langit.

"Yahh hujan."

Sahara menaruh tasnya di atas kepala guna menghalangi air hujan jatuh kekepala-nya. Sahara berlari menuju warung terdekat untuk berteduh. Hari ini ia tidak pulang bersama teman-temannya.

"What? Lowbat?!" Sahara mengocok-kocok ponselnya. Berharap ada keajaiban yang datang dan membuat baterai ponselnya penuh.

"Ini hp gue kenapa selalu bermasalah pas lagi hujan ya?" Tanya Sahara pada dirinya sendiri.

"Terus ini gue balik kayak gimana? Masa iya sampai malam gue disini?" Tanya Sahara pada dirinya, lagi.

Sahara mencoba menghidupkan ponselnya yang mati tersebut. Siapa tahu masih tersisa baterai di dalam ponselnya walaupun hanya 5 persen. Tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?

Ponselnya menyala, lalu kembali mati. Ya, karena memang sudah tidak ada baterai lagi.

Dengan terpaksa, Sahara memutuskan untuk berjalan menuju tempat menunggu angkutan kota setelah dirasa hujannya sudah tidak begitu deras.

Dan yaaa, ia kembali mengharapkan sesuatu hal yang tidak pasti. Persentase munculnya angkot dijam-jam Maghrib ini memang hanya 100%-97%.

Setelah lelah menunggu, Sahara pun berjalan perlahan-lahan sampai ia menemukan tukang ojek.

Saat ini tidak ada coklat yang menemaninya. Mood-nya sudah sangat jelek sekali. Ingin rasanya saat ini ia menangis. Tetapi menangis juga tidak ada gunanya kan?

"Kiww, Neng! Sendirian aja?" Tanya pria asing dengan pakaian amburadul. Pria itu mulai menghampiri Sahara. Sahara benar-benar ketakutan.

"Mau kemana, Neng? Mau pulang ya? Sini Abang anterin, gratis kok. Tapi anterin Abang dulu ambil motor disana ya." Ujar pria dengan pakaian amburadul.

Sahara mencengangkan erat tali tasnya. "Nggak usah, saya bisa pulang sendiri." Ujar Sahara dengan tegas, tetapi masih terdengar jelas bahwa ia ketakutan.

S

ahara menoleh ke sekitar. Sangat sepi untuk sebuah jalan raya. Karena memang orang-orang sedang shalat ataupun sekedar beristirahat.

"Nggak usah malu-malu Neng. Beneran gratis kok. Tinggal ikut Abang sebentar aja ambil motor." Pria itu ini menarik tangan Sahara.

Sahara semakin ketakutan. Ia benar-benar sangat takut. "Nggak Bang, saya bisa melihat pulang sendiri." Ujar Sahara sambil berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari tangan pria tersebut.

Namun ternyata usahanya nihil, tenaganya tidak cukup kuat dibandingkan dengan tenaga pria amburadul. Tetapi Sahara tetap tidak menyerah.

"Saya bilang saya gak mau! Tolong lepas tangan saya! Jangan mentang-mentang anda lebih tua dari saya, jadi bisa seenaknya bersikap kurang ajar ya!" Ujar Sahara sambil memberontak.

Pria tersebut melepaskan tangan Sahara. Kini ia menatap nyalang ke arah Sahara sambil menaruh kedua tangannya di pinggang.

"Lo yang kurang ajar, sialan! Dasar bocah bangsat! Berani-beraninya lo bikin gue emosi?!"

Sahara kini memejamkan matanya. Ia sudah benar-benar ketakutan. Bahkan tanpa sadar, air mata mulai menetes di pipinya. Ia menjadi panik saat pria tersebut menyeretnya seperti halnya binatang. Benar-benar kasar.

Sahara diam saja saat diseret, karena otaknya masih mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Jalanan benar-benar sepi, tidak ada yang mencoba menolongnya. Karena sedang melakukan kesibukan masing-masing.

"WOI ANJING!"

Segerombolan remaja turun dari motornya dan mulai mengeroyok pria kurang ajar tersebut. Sahara hanya diam dan menangis, ia masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi kepadanya saat ini.

"Sahara!"

"Sahara!"

Sahara mendengar sayup-sayup seseorang memanggilnya namanya.

"Sahara!"

Sahara mulai sadar begitu orang itu memegang pundaknya. Sahara mulai menatap orang yang ada di depannya dengan perlahan. Itu Rama. Seseorang yang belakangan ini selalu mengusik pikirannya.

"Sahara? Lo gapapa?" Tanya Rama. Tetapi Sahara tidak mampu untuk menjawab. Bahkan untuk mengangguk atau menggelengkan kepalanya saja ia tidak sanggup. Pikirannya terlalu kosong.

Rama memeluknya. Ini adalah pelukan yang hangat dan menenangkan. Sahara mulai menangis sesenggukan. Ia menumpahkan semua rasa marah, rasa takut dan segala rasa yang sedang ia rasakan saat ini dipundak Rama.

"Hei? It's okay. Gue disini buat lo. Tenang ya? Semuanya bakal baik-baik aja, Sahara. Selama gue ada disini."

.

.

.

Dasar abang-abang kurang ajar!

Berani-beraninya lo sama Saha kita!

Btw maaf yaa pendek, emang sengaja sajaaa

Makasih udah baca cerita aku yawww

Jangan lupa kasih bintang woiiii

Jangan bosen tunggu aku up yaaa

See youu!

Aku SaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang