Bab 4

5 1 0
                                    

Sesampainya di kelas, Khayra pun langsung mendudukkan Khayla di bangku nya. Wajah Khayla masih pucat dan gemetar karena aksi yang di lakukan Khayra tadi.

Khayra pun hanya menghela nafas, kemudian memberikan minum kepada adik kembarannya itu.

"Ra, Khayla kenapa?" tanya Ratu

"Lauren," ujar Khayra singkat

Mereka pun langsung paham maksud Khayra barusan. Sudah tidak aneh jika Lauren membuat masalah seperti ini. Namun, mereka prihatin dengan keadaan Khayla, memang Khayla tidak bisa jika sampai di bentak dan Ia pun memang dasarnya penakut.

"lain kali panggil kita, Ra. Kasian Khayla kalo kaya gini, emang gak ada cape nya sih tu orang gangguin lo," ujar Rani

Khayra pun hanya menatap Khayla dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Khayla gak papa?" tanya Inara

"ya elah si bocil, pake nanya segala," ujar Alya

"Ara kan cuma nanya," ujar Inara

"tuh liat, muka Khayla masih pucet gitu. Berati apa?" tanya Ratu

"gak baik-baik aja?" tanya Inara balik

"hooh, tu tau," ujar Ratu

"belajar berani, Khay. Lo gak bisa kaya gini terus, kalo gak ada gua gimana? Gak ada yang bisa lo andelin lagi selain gua," ujar Khayra

"Khayla takut," cicit Khayla

Khayra yang prihatin dengan adik kembar nya itu pun langsung memeluknya.

"lo gak perlu takut, dia gak akan makan lo. Makanya, lo harus belajar buat berani ngelawan," ujar Khayra

"Khayla gak berani, Ra," ujar Khayla pelan

Khayra pun hanya menghela nafasnya.

"gua bakal ajarin lo, biar gak ketergantungan sama gua," ujar Khayra

Meskipun terkesan keras terhadap Khayla, tetap saja Khayra selalu melindungi nya. Itu cara Ia untuk mengajari Khayla, agar tidak selalu takut kepada orang yang berusaha menindasnya.

kalo sekali lagi dia macem-macem, kita harus kasih pelajaran. Orang kaya dia gak akan ada cape nya buat ganggu orang yang menurutnya lemah, apalagi di sini Khayla penakut," ujar Rani


"harus itu. Dia harus di kasih pelajaran biar kapok, kesel banget gua," ujar Alya


"kita liat aja, bakal sejauh apa dia buat masalah," ujar Khayra dengan senyum sinisnya

"Ara ada roti, nih buat Khayla," ujar Inara sembari menyodorkan rotinya kepada Khayla


"buset dah nih Bocah. Lagi serius ini Cil, ya ampun. Masih sempet-sempetnya lo nawarin roti," ujar Alya sembari menepuk jidatnya

"ih Ara cuma nawarin kok. Emang salah?" tanya Inara


"kagak, lo gak pernah salah, Cil," ujar Ratu

"gak usah, Ra. Buat lo aja, nanti lo nangis kalo roti nya di makan Khayla," ujar Khayra

"nanti Ara bisa beli lagi kok," ujar Inara

"Khayla gak laper kok, Ara," ujar Khayla

Beberapa menit kemudian pun bel masuk berbunyi. Seluruh murid pun masuk ke dalam kelasnya masing-masing dan duduk dengan tenang menunggu Guru masuk dan memberikan materi pelajaran.

Alvino DewantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang