OHANA.
Matahari sudah mulai condong ke barat saat Jeffry menuntun kedua putranya untuk memasuki gedung pencakar langit tempatnya bekerja."Lhoh, Pak Jeffry balik lagi?" seorang satpam yang bertugas membukakan pintu masuk menyapa Jeffry. Seingatnya beberapa saat lalu Ia sudah melihat Jeffry meninggalkan gedung kantor bersama mobilnya.
"Iya, Pak. Tadi keluar buat jemput si kembar terus balik ke kantor lagi. Masih ada kerjaan." Jeffry tersenyum ramah membalas ucapan satpam kantornya tersebut.
Ya, hari itu Jeffry memang sengaja mengajak si kembar untuk menemaninya menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang harus diselesaikan dalam waktu dekat ini. Berhubung hari itu Jeffry dan Rose sedang sibuk-sibuknya sampai mengharuskan keduanya untuk lembur dan tak mungkin juga keduanya meninggalkan si kembar di rumah hanya berdua, jadi mau tak mau Jeffry mengajak si kembar ke kantornya sepulang mereka dari sekolah. Sebenarnya, Jeffry juga tahu sih kalau mengajak si kembar ke kantor bukanlah ide yang bagus, Jeffry juga sudah membayangkan hal-hal mengejutkan apa saja yang mungkin akan dilakukan si kembar. Jeffry juga tidak mau berekspetasi terlalu tinggi kalau si kembar bisa duduk diam dan tenang sembari menemaninya bekerja.
"Ayah gendong," rengek Nana sesaat sebelum mereka menaiki lift untuk menuju ruangan Jeffry berada.
"Tumben minta gendong. Jalan sendiri aja ya, Nak. Tuh, Jeje aja gak minta gendong."
"Siapa bilang Jeje gak minta gendong, Ayah," sahut Jeje tak terima, "kalau Nana digendong, Jeje juga harus digendong. Kita kan kembar," lanjut Jeje.
"Mana ada kaya gitu." Jeffry mendengus. Sudah terlalu paham kalau kedua putranya akan bersikap begini.
"Tapi Ayah, Nana takut naik lift." Nana memajukan bibirnya beberapa senti karena kesal. Ia tahu kok kalau sang ayah tak mau menggendongnya.
"Yaudah, ayo Ayah gendong."
"Jeje juga, jeje juga."
Akhirnya Jeffry memilih mengalah supaya urusannya dengan si kembar cepat selesai. Dengan sigap Jeffry membopong si kembar ke dalam dekapannya lalu melangkahkan memasuki lift. Beruntung saat itu lift dalam keadaan kosong karena sebagaian besar orang di gedung sudah pulang sehingga kelakuan Jeffry dan si kembar tidak menjadi bahan tontonan orang-orang kantor.
"Jeje, Nana, Ayah minta tolong pencetin tombol liftnya yang nomor delapan," pinta Jeffry. Kedua tangannya sudah Ia gunakan untuk menyangga tubuh si kembar sehingga ia sedikit kesulitan untuk memencet tombol lantai pada lift.
"Nomor delapan itu yang mana, Ayah?" tanya Nana polos.
Okey, sepertinya Jeffry lupa kalau si kembar belum lancar carlistung.
"Nomor delapan itu yang ini, Nana," sahut Jeje semangat sambil memencet salah satu tombol di panel.
"Yaampun Jeje, itu yang kamu pencet tombol buat ke basement bukan ke lantai delapan," ucap Jeffry sedikit panik saat menyadari bahwa lift yang mereka naiki malah bergerak ke turun.