3/3

907 199 149
                                    


Chapter dua kepanjangan, ya???

"Aku juga tidak sudi berhubungan dengan laki-laki sombong sepertimu, Tuan!"

Pekik Joanna sembari berjalan menuju dapur. Namun, dirinya sudah disambut oleh Bianca yang lagi-lagi mulai mneyodorkan nampan yang telah berisi beberpa gelas kaca dengan isi berwarna ungu.

"Meja nomor lima! Cepat! Aku mau buang air besar!"

Joanna akhirnya mengalah dan menerima nampan Bianca. Lalu berjalan cepat menuju meja yang dimaksudkan.

Namun, belum sampai Joanna ke meja tujuan, tiba-tiba saja ada anak kecil berlarian menabraknya dan membuat isi nampan yang dibawa tumpah. Hingga membuat orang-orang mulai menatapnya. Tidak terkecuali Jeffrey dan Jessica.

"Itu, Tante! Pelayan itu yang kumaksud! Kau kenal dia, Jeff? Aku tadi melihat kalian di belakang. Berdua saja! Apa jangan-jangan, dia yang membuatmu mengolak perjodohan kita? Tante juga melihatnya, kan? Pelayan biasa yang sudah pasti berasal dari kelas bawah! Tante, aku akan sangat kecewa jika dia yang menjadi alasan kenapa Jeffrey menolakku sekarang."

Karena menjadi pusat tontonan, Joanna hanya diam di tempat dan menunduk dalam. Dia malu karena telah dibicarakan, apalagi di depan para tamu undangan yang rata-rata berasal dari kalangan artis papan atas.

Jessica sudah meradang. Tangannya mengepal dan menatap Joanna garang. Membuat Jeffrey langsung memasang badan dan berjalan satu langkah mendekati Joanna.

"Aku? Dengan dia? Jangan bercanda! Apa standarku serendah itu di matamu? Aku memang menemui dia belakang, hanya berdua karena berniat mengurnya. Karena dia dan teman-temannya telah meminum cocktail sisa di belakang. Aku menegurnya bukan karena marah, tapi kasihan dan memintanya bersama teman-temannya untuk tidak melakukan hal yang serupa di masa depan. Kalau mau cocktail, silahkan ambil! Toh, kita tidak akan jatuh miskin hanya karena berbagi cocktail. "

Penjelasan Jeffrey membuat orang-orang yang awalnya ingin mengumpat---kini langsung berdecak kagum sekarang. Karena visual tampan Jeffrey mamang begitu mematikan. Jangankan wanita dewasa, anak-anak dan ibu-ibu muda juga akan terpesona.

Jadi, tidak heran jika sekarang Joanna merasa terpojokkan karena sedang ditatap tajam oleh orang-orang. Padahal, dia sudah direndahkan secara tidak langsung oleh Jeffrey sebelumnya.

"Sudah kuduga. Mana mungkin tipemu seperti wanita udik ini. Apa lihat-lihat? Iri?"

Joanna masih tidak bergeming, namun kedua tangannya sudah bergetar kali ini. Nampan yang dibawa juga hampir jatuh. Beruntung anak kecil yang menabraknya tadi segera meminta orang tuanya datang untuk menemani meminta maaf saat ini.

"Ini, Ma. Tante ini yang kutablak."

"Permisi. Maaf, itu pasti pekerjaan anak saya. Haikal, ayo minta maaf!"

Anak laki-laki yang dipanggil Haikal tadi langsung menunduk dalam, kemudian mengucap maaf berulang dengan mata berkaca.

"Maaf, Tante. Saya tidak sengaja, Haikal tadi lali-lali dan tablak Tante sampai minumannya tumpah."

Joanna yang awalnya sudah berkaca-kaca, kini mulai mengangguk singkat. Lalu menyunggingkan senyuman pada Haikal dan ibunya. Sebelum akhirnya pergi tanpa sepatah kata. Malu, dia terlalu malu untuk bersuara.

"Ada apa tadi? Orang tadi kamu marahi, Jess?"

Tanya Tiffany sembari menatap punggung Joanna yang mulai berjalan menjauh. Membuat orang-orang semakin menajamkan mata dan telinga karena mereka mungkin akan berseteru.

"Hanya masalah minuman tumpah aku marahi? Apa kau pikir aku sejahat itu? Apa menurutmu, hanya kamu yang pantas disebut sebagai penyandang tittle orang baik di YouTube channelmu?"

SILVER SPOON [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang