8/8

752 171 131
                                    

Ramein dulu baru next chapter!!!

Jeffrey pulang dalam keadaan marah, kesal dan kecewa. Tentu saja karena baru saja mendapat penolakan dan perlakuan yang tidak seharusnya oleh Joanna, wanita yang disuka. Wanita yang telah membuatnya susah tidur sejak beberapa hari ke belakang.

"ANJING! DIA KIRA DIA SIAPA, HAH!? AKAN KUBUAT KAU MENYESAL KARENA TELAH MENOLAK JEFFREY ISKANDAR!"

Pekik Jeffrey setelah memasuki taksi. Karena dia memang tidak membawa mobil tadi. Beruntung masih ada taksi yang akan mengantarnya ke rumah saat ini. Karena dia berniat untuk berangkat ke Jerman malam ini. Tidak peduli jika Joanna berubah pikiran nanti.

Sejak lahir, Jeffrey selalu diperlakukan dengan baik. Apapun yang diingin, pasti selalu terwujud dalam waktu singkat sekali. Tidak heran jika dia tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang kurang memiliki empati. Karena dia memang hanya diajari bagaimana cara menghabiskan uang tanpa tahu susahnya mencari.

Akhir-akhir ini saja Jeffrey diburu oleh Sandi agar cepat lulus supaya dapat segera mengurus perusahaan yang telah dibangun saat ini. Karena dia juga ingin pensiun dini dan rehat dari seluruh aktivitasnya selama ini. Terlebih, Sandi tidak memiliki anak lagi dan hanya memiliki Jeffrey yang memang sejak kecil selalu dimanja hingga kebablasan seperti ini.

Iya, kebablasan. Karena Jeffrey sudah berusia 25 tahun saat ini. Namun dia baru ditekan pada dua tahun terakhir. Ketika Jessica dan Sandi sadar jika Jeffrey perlu dibimbing sejak dini agar bisa langsung menjalankan bisnis jika sudah lulus nanti. Namun, si anak justru semakin menjadi-jadi dan mulai malas-malasan dalam mengerjakan tesis. Mungkin karena tidak mau ditekan dan dipaksa seperti ini.

6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6. 30 PM

Joanna baru saja selesai membersihkan diri di kamar mandi. Lalu berniat kembali memasuki ruangan Liana lagi guna mengambil barang-barang yang akan dibawa kerja hari ini. Karena seperti biasa dia akan kerja sebagai buruh cuci piring di restoran sushi lagi.

Joanna sudah hidup seperti ini sejak usia 18 tahun. Sejak kecelakaan menimpa orang tuanya ketika akan menyambangi dirinya yang sedang kuliah di Jawa Timur. Namun sayang, justru kemalangan yang dijemput. Karena kejadian naas tersebut membuat cita-cita Joanna harus terkubur.

Kehilangan ayah, menjual rumah untuk pengobatan ibunya, berhenti kuliah dan memutuskan kerja untuk menyambung hidup selama tidak memiliki rumah dan orang tua yang mengurusnya. Para saudara Joanna juga sudah membantu pada awalanya. Namun tidak lagi setelah sebanyak apa yang telah mereka berikan. Membuat Joanna merasa tidak enak karena telah merepotkan banyak orang.

Sebenarnya, Joanna masih memiliki sisa uang dari hasil menjual rumah yang mungkin saja bisa digunakan untuk kuliah dan memiliki kehidupan yang layak di Jakarta. Namun hal itu tidak Joanna lakukan karena dia masih memikirkan apa jadinya jika dia tidak memiliki uang untuk biaya perawatan ibunya yang saat ini masih koma. Karena Liana adalah satu-satunya keluarga yang Joanna punya. Liana juga yang menjadi alasan utama kenapa Joanna masih bertahan hidup sampai sekarang setelah sehancur apa hidupnya ketika cita-citanya harus dilepaskan.

"Aku berangkat kerja dulu, Bu! Cepat bangun, ya? Aku tunggu!"

Bisik Joanna sembari mengecupi pipi Liana, lalu beranjak dari kamar dan menutup pintu dari luar. Membuat tubuhnya tiba-tiba terperanjat ketika ada dua laki-laki bertubuh besar yang datang dan mengaku adalah orang suruhan Jessica. Mereka ingin Joanna ikut bersama mereka dengan dalih perintah si majikan.

Ceklek...

Pintu ruangan rawat VVIP yang baru saja Joanna masuki mulai ditutup dari luar. Membuat jantung Joanna berdegup cepat karena takut diapa-apakan oleh Jessica yang saat ini sedang duduk di atas sofa besar yang menghadap dirinya. Padahal ini masih sangat pagi, membuat Joanna sedikit was-was karena tidak mungkin jika hal ini dilakukan tanpa ada hal serius yang akan dibicarakan nanti.

"Kau pasti sudah tahu apa tujuanku menemuimu di sini. Iya, dugaanmu benar. Aku ingin kau menjauhi Jeffrey. Anak semata wayangku yang semalam menemuimu sebanyak dua kali di rumah sakit ini."

Joanna menarik nafas dalam-dalam, lalu berjalan mendekati Jessica.

"Tanpa anda minta, hal tersebut sudah pasti akan saya lakukan."

Jessica tersenyum sinis, lalu mengeluarkan koper kecil berisi uang tunai yang sudah disiapkan sejak kemarin.

"Aku tahu, tapi aku yakin kau akan goyah jika sudah terpojok dan menemui jalan buntu. Jadi, ambil ini dan jangan pernah berhubungan dengan Jeffrey lagi! Baik secara luring maupun daring! Biarkan dia bertemu wanita lain yang lebih layak dan tidak membuatnya malu jika dipamerkan di publik."

Joanna tersenyum singkat, lalu membuka koper yang baru saja Jessica letakkan di atas meja dan menghadap dirinya.

"Hanya ini yang bisa anda berikan? Atau ini hanya uang muka saja? Sepertinya anda salah paham. Harga diri saya tidak semurah yang anda bayangkan. Jika ingin memaksa saya, minimal berikan separuh dari harta anda. Jeffrey dan masa depannya sangat berharga, kan? Seharusnya anda mau berkorban lebih banyak supaya saya bisa terkesan. Kalau seperti ini, saya jadi semakin tertantang karena ingin mendapatkan lebih dari apa yang anda berikan."

Jessica langsung bangun dari duduknya, lalu menampar Joanna sangat kencang. Dia marah, marah karena telah dihina oleh anak ingusan seperti Joanna. Anak ingusan yang hidup susah di Jakarta.

"BAJINGAN!"

Joanna terkekeh pelan, lalu mundur satu langkah setelah menutup kembali koper isi uang satu miliar yang sebelumnya dibuka.

"Anda benar, saya bajingan. Saya juga jalang dan yang jelek-jelek pasti akan melekat di diri saya di mata anda. Tidak masalah, silahkan benci saya sebanyak yang anda bisa. Asal jangan lakukan apapun pada Ibu saya. Saya tahu anda bisa melakukan apapun termasuk mencabut nyawa manusia. Itu sebabnya saya ingin menawarkan kerja sama. Jangan usik Ibu saya dan sebaliknya, saya juga akan melakukan hal yang sama pada anak anda."

Setelah berkata demikian, Joanna langsung pergi meninggalkan Jessica yang masih mematung di tempat. Tidak habis pikir dengan kemampuan bernegoisasi Joanna yang cukup mencengangkan karena bisa membaca peluang tanpa diberi clue apa-apa. Bahkan, dia juga tidak termakan umpan uang satu miliar yang rencananya akan Jessica gunakan untuk menyerangnya agar terlihat materialistis di depan anaknya.

Suka sama karakter Joanna di sini?

Kalian mau Joanna Jeffrey ketemu lagi dalam berapa tahun lagi???

Udah siap buat scene scene romance???

Tbc...

SILVER SPOON [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang