Next chapter kalo chapter 10-11 udah rame, ya!!!
"APA YANG KAU LAKUKAN!?"
Pekik Jeffrey sembari menarik Joanna, lalu mendekapnya dengan satu tangan. Membuat orang-orang di sana terkejut karena melihat adegan drama picisan di depan mereka. Karena saat ini Joanna sedang berusaha melepaskan diri dari tangan Jeffrey Iskandar yang kini begitu erat memeluk pinggang kanannya.
"Sekali lagi aku melihat kalian melukai wanita ini, akan kulempar kalian semua dari kapal ini!"
Pekikan Jeffrey membuat perempuan tadi dan para pekerja yang lain mulai bergidik ngeri. Karena mereka tahu jika kapal pesiar ini milik Sandi yang memang sering dipakai oleh orang-orang elit ketika akan mengadakan acara besar seperti ini. Seperti Anniversary ke 30 pernikahan Jessica dan Sandi yang dilangsungkan pada dua bulan kemarin.
"Ikut aku!"
Jeffrey langsung membawa Joanna keluar dari dapur. Lalu menuju lantai dua yang berisi kamar setiap tamu. Termasuk kamar Jeffrey yang berada di tengah-tengah lorong dekat tangga yang menuju lantai tiga dan satu.
Ceklek...
Jeffrey mengunci pintu dari dalam. Kemudian menatap Joanna yang kini masih basah kuyup seperti sebelumnya. Tidak seperti dirinya yang hanya terkena cipratan air di bagian punggung saja.
Joanna tampak diam saja, kepalanya menunduk dalam dengan kedua tangan yang sudah saling bertaut di depan badan.
"Kamu takut padaku?"
Jeffrey menaikkan dagu Joanna perlahan, lalu mendekatkan badan sembari menunduk juga. Ikut menatap Joanna yang kini sudah mendongakkan kepala dan menghadap dirinya.
"Kulitmu hangat. Kamu sakit, kan? Mandi pakai air hangat sekarang! Aku ambilkan tasmu di bawah."
Joanna tidak bergerak dan hanya menatap Jeffrey cukup lama. Karena bingung ingin bereaksi seperti apa sekarang. Satu sisi dia takut Jessica akan marah dan mencelakai ibunya. Di sisi lain, Joanna tidak bisa menampik bahwa dia juga merindukan Jeffrey sekarang.
Sebab, selama ini Joanna sudah sering bertemu Jeffrey ketika sedang bekerja. Tetapi dia selalu bersembunyi karena tidak mau berurusan lagi dengannya. Namun sekarang, justru semesta kembali mempertemukan mereka. Seolah mereka memang sudah ditakdirkan untuk berjumpa meskipun Joanna sengaja mengambil peran untuk mencuci piring saja karena kecil kemungkinan mereka akan bertemu di atas kapal.
"Tolong jangan seperti ini, karena kamu akan membuatku semakin terlihat buruk di mata banyak orang nanti."
Jeffrey diam cukup lama, bingung ingin menjawab apa. Sebab dia juga bingung akan apa yang sedang dilakukan. Karena seharusnya dia diam saja ketika bertemu Joanna. Pura-pura tidak mengenal seperti apa yang telah direncanakan sebagai pembalasan dendam.
"Maaf."
Jeffrey mundur satu langkah, membuat pegangan tangan pada dagu Joanna terlepas. Seolah tersadar jika mereka memang tidak seharusnya berdekatan. Karena Jeffrey dan Rachel sudah bertunangan sekarang. Sehingga kedatangan Joanna di tengah-tengah mereka jelas akan menjadi sebuah masalah nantinya.
Joanna yang mulai sadar akan kenyataan, kini langsung berjalan mendekati pintu keluar, namun tangannya ditahan oleh Jeffrey tiba-tiba.
"Istirahat di sini saja. Wajahmu pucat, aku tidak tahu kamu sakit apa. Tapi aku tidak suka jika melihat orang yang kukenal terus bekerja ketika sedang sekarat. Akan kuambilkan tasmu sekarang dan akan kupastikan kamu aman dari gangguan orang luar!"
Setelah Jeffrey keluar kamar, Joanna langsung mendekati kaca terdekat. Lalu menatap pantulan wajahnya di sana. Benar saja, wajahnya tampak pucat dan bibirnya sudah berwarna biru keunguan karena sejak tadi menahan haus dan kedinginan.
Ceklek...
Belum sempat Joanna membalikkan badan, kepalanya sudah terlebih dahulu dihantam vas bunga oleh Rachel yang tiba-tiba saja datang sendirian. Membuat Joanna langsung tersungkur dan memegangi kepala yang sudah berdarah.
Tidak berhenti di sana, Rachel kini langsung menjambak Joanna. Lalu membenturkan wajahnya pada tepi ranjang. Membuat dahi, pipi dan hidung Joanna memar dan sedikit berdarah.
"WANITA MURAHAN! JALANG! BERANI KAU MENAMPAKKAN WAJAH DI DEPANKU DAN JEFFREY LAGI, HAH!? KAU PASTI SENGAJA DATANG UNTUK MEMBUATKU MALU DI SINI, KAN?! RASAKAN INI! AKU AKAN MEMBUATMU MATI! KARENA MERUSAK WAJAHMU SAJA PASTI TIDAK AKAN MEMBUAT JEFFREY BERHENTI!"
DUKKK...
Debuman kencang terdengar setelah Rachel menghempaskan tubuh Joanna di lantai. Kemudian menendang tubuhnya yang sudah meringkuk kecil. Karena si pemilik badan tahu jika membela diripun tidak akan bisa membuat Rachel berhenti.
2. 40 PM
Jeffrey baru saja keluar dari kamar kedua orang tuanya. Karena mereka baru saja memarahi dirinya yang sebelumnya telah berdekatan dengan Joanna. Bahkan gosip jika mereka pernah ada hubungan sudah menyebar luas dan membuat Rachel sedih sekarang. Ditambah, Rachel juga sedang terluka karena orang taunya mungkin saja tidak selamat karena Tim SAR belum juga datang. Semakin lama pula ocehan Sandi dan Jessica yang diberikan pada anaknya.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka, Jeffrey langsung mencari keberadaan Joanna. Namun nihil, Joanna tidak ada baik di kamar maupun di kamar mandi. Terlebih, ada bekas pecahan vas bunga di sana. Di tepi ranjang putihnya juga terdapat bekas darah yang entah milik siapa. Membuat Jeffrey langsung bergegas mencari keberadaan Joanna.
"M---maaf, Tuan. Tadi saya memberikan tasnya ketika Joanna akan keluar dari kamar. Saya tidak tahu dia akan ke mana."
"BAGAIMANA PENAMPILANNYA? DIA BAIK-BAIK SAJA, KAN?"
"S---saya melihat darah di tangannya ketika memegangi kepala. Kalau wajahnya, saya tidak melihat jelas karena tertutup rambutnya."
Jeffrey langsung mengumpat kesal, lalu bergegas mendatangi kamar Rachel sekarang.
"KAU APAKAN JOANNA!? DI MANA DIA SEKARANG!"
"DIA SUDAH MATI! AKU SUDAH MEMBUNUHNYA TADI!"
Jeffrey langsung mendorong Rachel dari depan pintu, lalu menggeledah kamar Rachel guna mencari keberadaan Joanna saat itu. Membuat Jeffrey semakin marah dan hampir saja menampar Rachel kalau saja alarm tanda bahaya tidak kembali muncul.
Rachel dan yang lain langsung keluar kamar sembari membawa barang bawaan, karena takut jika hal tidak diinginkan kembali datang dan membuat mereka tidak bisa membawa barang berharga yang dipunya.
Bukannya mendatangi Sandi dan Jessica, Jeffrey justu berlarian menuju berbagai sudut kapal. Mencari keberadaan Joanna yang mungkin saja sedang bersembunyi di suatu tempat .
Ombak raksaksa kembali datang dan hampir membuat kapal terguling ke kanan. Air laut juga kembali menggenang dan membuat Jeffrey semakin cepat berlarian sembari berpegangan pada tembok kapal karena keadaan lantai sudah miring sekarang.
Di tempat lain, Joanna sedang memejamkan mata. Dia sedang duduk di atas kloset kamar mandi umum untuk para pekerja di lantai dua. Dengan wajah babak belur dan kepala yang mulai terasa berdenyut kencang. Karena untuk sekedar membuka mata saja Joanna tidak sanggup sekarang. Apalagi beranjak dari sana dan menyelamatkan diri seperti yang lainnya.
Sebab, sajak tadi Joanna memang sudah menahan sakit di tubuhnya. Ditambah segala pukulan yang didapat dari Rachel yang sedang murka. Semakin sakit pula fisik Joanna hingga membuatnya tidak sadar jika keadaan kapal hampir terbalik sekarang. Bahkan, kakinya sudah berada di atas kepala. Namun Joanna tidak jatuh apalagi terguling karena kamar mandi yang dimasuki cukup sempit dan membuat tubuhnya terjepit sekarang.
Kalian relate sama Joanna yang takut banget sama Rachel + keluarga Jeffrey???
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
SILVER SPOON [END]
RomantizmSilver spoon meaning is someone was born with privilege and wealth. They didn't have to work for it, and it was given unconditionally.