150 comments for next chapter, ya!!! Otw final soalnya :)
Joanna sudah kembali tidur sekarang. Sedangkan Jeffrey, dia sedang mamakan bubur ayam sisa Joanna. Lalu memainkan ponselnya. Karena dia baru saja memotret wajah Joanna ketika terlelap.
Setelah selesai makan, Jeffrey langsung keluar kamar. Dengan memakai pakaian santai seperti semalam. Kaos lengan panjang dan celana pendek selutut saja. Membuat orang-orang yang sedang berbondong-bondong turun dari kapal sembari membawa barang bawaan mulai menatapnya aneh sekarang.
Sebab mereka masih memakai setelan mewah seperti semalam. Tidak seperti Jeffrey yang kini sudah berganti pakaian dengan pakaian santai seolah hari ini adalah hari yang cerah baginya. Bukan hari yang buruk dan mencekam seperti apa yang orang-orang rasakan sekarang.
"Jeffrey! Kamu ke mana saja!? Mama dan Papa mencarimu di mana-mana! Ayo kita turun saja! Kata nahkoda, bantuan akan datang sekitar 12 jam lagi. Kita tunggu saja di pulau itu! Takut kalau ada ombak besar datang lagi!"
Joanna menggeleng pelan, lalu menatap Jessica dan Sandi bergantian.
"Mama dan Papa turun saja. Aku mau di atas, barang-barang Mama dan Papa mana? Aku bawakan ke bawah!"
Sandi menggeleng pelan, begitu juga dengan Jessica yang sudah beruarai air mata sekarang.
"Mama dan Papa belum ambil barang-barang. Terlalu takut kembali ke bawah."
Jeffrey akhirnya meminta kedua orang tuanya menunggu saja. Kemudian mengambil barang-barang penting orang tuanya ke dalam koper besar milik mereka. Karena bagaimanapun juga dia akan tetap menyayangi Sandi dan Jessica meskipun mereka masih tidak menyukai Joanna.
"Ini, ayo! Mama dan Papa turun terlebih dahulu! Jeffrey yang akan bawakan koper turun!"
Sandi dan Jessica mengangguk singkat, lalu turun perlahan bergantian. Kemudian disusul oleh Jeffrey yang menderek koper orang tuanya. Kemudian ikut turun sebentar guna mencarikan tempat persinggahan yang aman untuk mereka. Yaitu di tengah-tengah kerumunan agar mereka tahu jika ada bantuan datang.
"Mama dan Papa di sini saja. Aku mau kembali ke atas. Jika bantuan datang, nanti aku akan turun dan naik helikopter bersama kalian."
Jessica sudah menangis sekarang, dia tidak menyangka jika Jeffrey bisa berbuat selembut ini pada mereka. Padahal, dulu dia sangat pembangkang dan jarang sekali bersikap manis seperti sekarang. Jangankan mau diminta membawa barang berat, diminta mengambil remote ketika menonton televisi bersama saja dia menolak dengan dalih hak dan kewajiban anak adalah dimanja, disayang dan tidak boleh dipekerjakan.
"Jeffrey, kenapa kamu tidak ikut turun saja? Di atas bahaya, Nak. Mama takut kamu kenapa-kenapa. Lagi pula, apa yang kamu lakukan di sana? Rachel sudah di bawah. Dia meninggalkan Mama dan Papa saat orang-orang mulai berbondong-bondong turun untuk yang pertama kalinya. Dia ternyata egois dan jahat! Dia pura-pura buta dan tidak melihat kita yang sedang kesusahan. Kali ini, Mama tidak akan melarang jika kamu mau memutuskan pertunangan!"
Senyum Jeffrey mulai tersungging sekarang. Lalu mengucap terima kasih pada orang tuanya bergantian. Kemudian bergegas menaiki kapal dan menemui Joanna yang mungkin saja masih terlelap.
Keadaan di dalam kapal sudah sepi sekarang, karena baik para tamu undangan maupun para pekerja hampir seluruhnya berada di bawah. Hanya sedikit orang saja yang tersisa. Jeffrey, Joanna, nahkoda dan antek-antekanya yang berjumlah lima orang. Membuat mereka mulai memasak makanan sendiri menggunakan bahan-bahan yang tersisa.
"Kamu di dalam dengan pacarmu yang itu, ya?"
Jeffrey mengangguk singkat, terkekeh pelan karena si nahkoda melabeli Joanna sebagai pacarnya padahal sudah tahu jika semalam dia telah bertunangan dengan wanita yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILVER SPOON [END]
RomanceSilver spoon meaning is someone was born with privilege and wealth. They didn't have to work for it, and it was given unconditionally.