Udah pada makan siang???Jeffrey sedang dalam perjalanan pulang dan senyumnya tidak kunjung berhenti tersungging sekarang. Karena telah mendapat respon baik dari Joanna. Ya, meskipun mendapat penolakan. Paling tidak, Jeffrey tidak mendapat tamparan karena telah menciumnya tiba-tiba.
Susah memang kalau sudah dimabuk cinta. Seperti sekarang, Jeffrey sedang menggigit bibir bawah di depan lampu merah. Sesekali jari telunjuknya juga digunakan untuk mengusap bibirnya. Karena sedang membayangkan apa yang telah terjadi sebelumnya.
Tinnn... Tinnn...
Jeffrey terkekeh pelan ketika mobil di belakang membunyikan klakson untuknya. Karena dia baru saja tersadar dari lamunan dan tidak sadar jika lampu hijau sudah menyala. Sebab dia terlalu bahagia sampai-sampai melupakan rasa lapar. Padahal, dia belum makan siang dan malam. Namun, perutnya sudah terasa begah seolah baru saja makan besar.
Ketika tiba di rumah, Jeffrey bersiul pelan. Berniat mandi dan langsung terlelap. Supaya besok bisa bangun pagi dan datang ke rumah sakit kembali. Guna menjemput Joanna yang saat ini menginap di rumah sakit. Seolah lupa jika dia telah diminta kembali ke Jerman besok pagi.
Ceklek...
Jeffrey baru saja keluar dari kamar mandi, dengan keadaan memakai bathrobe dan masker sheet milik Jessica yang dicuri dari lemari pendingin.
"I can show you the world, shinning shimmering splendid---"
Nyanyian Jeffrey terjeda ketika menatap ibunya yang sudah duduk di atas ranjang dan menatap tajam dirinya. Membuatnya terperanjat dan mengakibatkan maskernya jatuh di atas kakinya. Seolah pertanda jika barang haram tidak akan memiliki berkah.
"A---ada apa, Ma?"
Tanya Jeffrey sembari memungut masker sheet tadi, lalu dibuang di tempat sampah dekat lemari.
"Kamu harus berangkat ke Jerman jam 12 nanti. Mama sudah pesankan tiket sebelum kamu keluar lagi. Kemasi barang-barangmu sekarang! Dua jam lagi, Papa yang akan mengantarmu ke bandara."
Rahang Jeffrey mengeras, dia berniat menolak. Namun dia enggan menunjukkan rasa keberatan karena memiliki rencana lain sekarang. Api tidak boleh dibalas dengan api, kan? Itu strategi Jeffrey sekarang.
"Oke!"
Jawaban Jeffrey membuat Jessica tertegun, lalu menatap anaknya yang kini mulai mendial nomor Mega yang rencananya akan diajak minum-minum.
"Halo! Ke rumah sekarang! Aku mau balik ke Jerman! Ajak Justin juga! Jangan ajak Rachel, berisik dia!"
Setelah telepon dimatikan, Jeffrey kembali memasuki kamar mandi. Disusul dengan Jessica yang kini mengambil koper besar milik Jeffrey. Lalu megemasi beberapa barang penting si anak laki-laki.
10. 10 PM
Jeffrey sedang berada di mobil Mega, tentu saja dengan Justin juga. Namun bukannya mendatangi kelab seperti apa yang mereka katakan pada Jessica, mereka justru mendatangi rumah sakit tempat Liana dirawat. Oh, tentu saja ini permintaan Jeffrey Iskandar yang sedang dimabuk cinta.
"Kalian bisa pergi, aku mau pacaran sendiri! Kalau ada yang mencari, bilang saja kalau aku sudah dalam perjalanan pulang sendiri!"
"YEEE! SI ANJING!!!"
Pekik Mega ketika Jeffrey keluar dari mobil, lalu berlari kecil memasuki rumah sakit yang mulai sepi.
Ceklek...
Kebiasaan Jeffrey tidak berubah. Tidak ada sopan-sopannya dan masih saja bertingkah seenaknya. Seperti sekarang, dia tidak mengetuk pintu dan langsung menerobos masuk. Membuat Joanna yang sedang memotong kuku Liana langsung terkejut.
"Ada apa lagi?"
Jeffrey hanya tersenyum lebar, lalu mengunci pintu dari dalam. Kemudian mengambil kursi lagi dan digunakan untuk duduk di samping Joanna.
"Aku mau memastikan sesuatu."
"Apa?"
"Kita pacaran, kan?"
Jeffrey sedang menatap Joanna dengan mata berbinar. Seperti anak kucing yang ingin disusui induknya.
"Percaya diri sekali!"
Desis Joanna pelan sekali, karena tidak ingin tidur panjang ibunya terusik saat ini.
"Eiii! Kita sudah ciuman tadi---"
"Kiss doesn't mean anything for me. Sorry, you're too confident, Mister!"
Jawaban Joanna membuat Jeffrey tidak jadi marah apalagi kecewa. Karena dia bangga pada Joanna yang ternyata bisa berbahasa Inggris meskipun tidak kuliah di luar negeri seperti dirinya.
YEEEE JAMAL! LO KIRA ANAK SD-SMA GAK DIAJARIN BAHASA ENGGRES JUGA!!!?
"Aku mau kembali ke Jerman, mana nomormu? Supaya bisa aku simpan."
Joanna diam saja, karena dia memang tidak memiliki ponsel sekarang.
"Oh---iya, kamu belum beli ponsel baru. Mau kubelikan sekarang? Mau yang merk apa? Kalau yang sama persis seperti punyamu yang rusak, sudah kucari di mana-mana tidak ada."
"Aku belum butuh ponsel."
Jeffrey mendengus sebal, lalu mengetik sesuatu di ponselnya. Kemudian diberikan pada Joanna yang kini sedang mengumpulkan potongan kuku ibunya.
"Ini, bisa kamu tulis sendiri berapa nominal yang kamu ingin. Supaya kamu bisa membeli ponsel sendiri nanti."
Joanna menggeleng pelan, lalu mengembalikan ponsel Jeffrey. Membuat si pemilik semakin resah saat ini.
"Joanna, lalu bagaimana caraku tahu kabarmu? Atau---berikan sosial media seperti facebook, instagram dan email mungkin?"
"Kamu pikir aku punya waktu untuk bermain semua itu? Tidak! Aku bukan kamu yang terlahir dengan sendok perak di mulut. Jangankan ingin sesuatu, untuk makan saja aku harus menguras tenaga terlebih dahulu. Tidak sepertimu yang apa-apa tinggal menunjuk. Kita berbeda, perasaanmu padaku hanya sementara dan akan berangsur-angsur hilang ketika kau kembali ke Jerman. Percaya padaku, kamu hanya sedang penasaran. Sama seperti apa yang pernah kau katakan sebelumnya, bahwa aku bukan tipe ideal pasangan yang kau harapkan. Aku jauh dari kata sempurna. Jadi, tolong sudahi ini semua. Jika seks yang kau inginkan, akan kuberikan sekarang."
Setelah menyimpan potongan kuku Liana pada plastik kecil yang dibawa, kini Joanna mulai membuka kancing kemeja. Tepat di depan Jeffrey yang kini sudah duduk di sampingnya dan menghadap dirinya. Membuat mata elangnya langsung memincing tajam ketika melihat bra putih yang dikenakan si wanita.
Jeffrey diam saja, dia tidak berkomentar apa-apa dan menatap kedua tangan Joanna yang kini telah selesai melepas seluruh kancing kemeja yang digunakan.
Karena tidak mendapat reaksi apa-apa, Joanna mulai memegang tangan kanan Jeffrey, lalu diarahkan pada dada kanannya sendiri yang masih terbungkus bra putih. Membuat Jeffrey langsung berdiri dengan mata yang sudah berkaca-kaca saat ini.
Harga diri Jeffrey terluka. Karena perasaan tulusnya dianggap hanya sebagai nafsu sesaat saja. Hingga membuat Joanna nekat berlaku demikian di depan ibunya yang sedang koma.
"Apa seburuk itu aku di matamu? Apa yang kulakukan selama ini tidak bisa mengetuk hatimu?"
"Apa? Apa yang selama ini kau lakukan padaku kalau tidak menghinaku? Menghina fisikku, pendidikanku dan status sosialku. Kau pikir, aku sebodoh itu sampai-sampai mudah terbuai dengan rayuanmu? Jeffrey, kamu harus sadar jika tidak semua hal berputar di atas kepalamu, tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginanmu dan tidak semua orang jatuh hati padamu. Aku sudah mengatakan sebelumnya, jika seks yang kau inginkan, akan kuberikan. Ayo tuntaskan rasa penasaranmu sekarang! Tapi tolong, jangan usik hidupku setelahnya."
Tanpa banyak bicara, Jeffrey langsung pergi. Meninggalkan Joanna yang kini mulai berkedip. Meloloskan air mata yang sudah ditahan sejak tadi.
Sampe sini, coba kasih komentar buat our main cast!
1. Jeffrey
2. Joanna
Next chapter kalo chapter 6-7 sama-sama dapet 150+ komentar, ya!!!
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
SILVER SPOON [END]
Roman d'amourSilver spoon meaning is someone was born with privilege and wealth. They didn't have to work for it, and it was given unconditionally.