Tekan vote dan ramaikan komen yaaak.
~~~~
Karena Zevanya sangat amat tidak sabar, akhirnya mereka menikah beberapa hari setelahnya.
Sebenarnya Senin agak tidak yakin dengan pernikahan ini, tapi melihat betapa bahagianya Zevanya dan senantiasa tersenyum membuat Senin juga senang.
Malam setelah pernikahan, tidak ada malam pertama. Yang Zevanya lakukan adalah memandikan Senin di kamar mandi rumah baru mereka.
"Adek, mas mandi sendiri aja." cegah Senin saat Zevanya menggosok pelan kaki Senin yang gak ada rasanya sama sekali.
Zevanya mengernyit, dia mendongak menatap Senin yang tampak menutupi area tengahnya, area nunut lebih tepatnya.
"Kenapa? Kan udah sah."
"Malu.."
"Halah." Zeva abai, dia sibuk membersihkan kaki Senin lalu naik ke paha, baru setelahnya ke pinggang.
Tubuh Senin gemetar, dia merinding.
"Zeva.." lirihnya bergetar.
"Kenapa sih Mas?"
"Malu.." wajahnya sudah merah padam memang, kasihan sih tapi lucuk.
Zeva jadi pengen jahilin Senin jadinya. "Ciee, malu." Zeva menyentil puting Senin secara sengaja.
Senin sampai terperanjat kaget, dia menatap Zeva, manik biru kehijauannya bergetar malu. "J-jangan.." lirihnya memelas.
"Why? Kan kita udah sah."
"Zevaaa mas maluu."
"Hahaha, lucu banget sih." Zeva mencubit pelan pipi Senin dan mencium bibirnya.
Lalu kembali fokus pada pekerjaannga yaitu memandikan Senin sampai bersih. "Zeva.."
"Hm?"
"Zevaaaaa."
"Hmmm?"
Bibir pink mungil Senin merengut sebal, dia menepuk tangan Zevanya pelan dan meminta perhatiannya.
"Kenapa sih Mas?" tanya nya sabar.
Senin menggerutu tanpa suara.
"Jawabnya jangan hm aja, Mas gak suka dengernya." rajuknya pelan.
Zevanya terkekeh pelan, dia mengangguk saja. "Iya sayang."
Jantung Senin langsung berdetak semakin cepat, sudah lama dia tak berdebar seperti ini, heran sekali dirinya.
"Udah, sekarang tinggal dibilas." Zeva sibuk mengguyur kepala Senin sampai busa disekujur tubuhnya bersih.
Sebanyak 4 kali guyuran, lalu setelah selesai Zeva berjalan menuju lemari yang ada di kamar mandi dan mengambil bathrobe.
"Mas bisa pakai baju sendiri?" tanya Zeva.
Senin mengangguk, dia memeluk leher Zeva saat wanita itu menggendongnya keluar dari kamar mandi.
Rasanya digendong Zeva sangat nyaman, Senin menyukai saat lengan indah Zeva dengan kokohnya memegang tubuhnya.
Senin memilih menyembunyikan wajahnya diceruk leher Zeva.
"Tadi ini gak sakit kan?" tanya Zeva begitu mendudukan Senin di pinggir kasur, dia menunjuk tindik yang ada dipusar Senin.
Senin menggeleng pelan, dia menunduk saat Zeva mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia meletakan dua tangannya dipinggang Zeva.
"Zeva."
"Hm?"
"Ish.."
"Maaf, maksud aku kenapa sayang?"
Senyum kembali terulas diwajah Senin, dia terkekeh pelan mendengar kata sayang dari Zevanya. "Nanti mau susu." cicitnya, susu yang bagus untuk tulang.
"Oke nanti Zeva buatkan."
"Zeva.."
"Hm?"
"Ish Zeva jangan balas Hm aja."
Kekehan kembali Zeva berikan, dia mengecup bibir Senin dan menatapnya dalam "Kenapa sih sayang?" tanya nya lembut.
Senin kaget, tapi tak ayal dia suka ciuman singkat yang Zeva lakukan tadi. "Zeva cantik hehehe."
"Aih bisa aja."
"Iya bener."
"Iya deh percaya."
Senin tertawa pelan, dia mengeratkan pelukannya dipinghang Zeva, ah rasanya menikah ternyata begini.
Untung saja ada yang mau menikahi pria lumpuh seperti dirinya ini.
🐤Bersambung🐤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Senin [End]
RomanceDijodohin, ganteng sih iya, anak mami juga, mudah nangis juga sih, softboy pula tuh. Tapi ya ternyata pakai kursi roda Senin Jaya Daraksa, Pria 23 tahun yang taubat setelah kecelakaan parah merenggut kedua kakinya, berandalan yang insyaf itu harus m...