Grup rame terus, tengah malam baru sepi🙏 tadi saya sempat depresot dibuat sama mereka🙏
Saya gak ada harga diri disana, gapapa, saya tabah😎
Tekan vote dan tembuskan 80 komen aja.
~~~~~
Senin tak berani menatap calon istrinya, karena tatapan mata wanita bernama Zevanya itu sangat..seram.
Sebenarnya Zevanya gak bermaksud menatap Senin dengan tatapan begitu, dia cuma mau jahilin Senin aja.
"Jadi bagaimana? Kalian terima?" tanya Zelion mewakili mereka semua, Zeva menatap Papanya lalu beralih pada Senin.
Dia menyunggingkan senyum tipisnya. "Mas Raksa nya gak mau tuh." celetuknya santai.
Senin mendongak, dia menatap Zevanya sebal. "Jangan panggil Raksa! Aku gak suka." protesnya pelan.
Zevanya menyeringai, dia bertopang dagu menatap Senin lekat. "Tapi Mas Raksa bagus loh." sahutnya.
"Senin gak suka.." lirih Senin.
"Zeva suka, Mas Raksa."
"Senin gak suka!..hiks..mamii dia nakal banget tau mamiii." kan nangis anak orang, bagus karena itu yang Zevanya mau.
Qiara menepuk paha Zevanya pelan sementara Vava sedang menenangkan putranya. "Zeva jangan gitu!" tegurnya.
"Gak papa, Raksa aja yang cengeng."
"Hiks..Senin gak suka dipanggil Raksa..." lirihnya memelas kepada Zevanya, dia mau nerima perjodohan ini tapi jangan sampai nama Raksa terdengar di telinganya.
Senin benci nama itu. "Baik, maaf Mas Senin, Zeva minta maaf."
Senin sesenggukan, dia menyeka air matanya dan menunduk. Lalu mengangguk pelan "Senin maafin, yaudah Mami Senin mau dijodohin."
Para orang tua nampak tersenyum senang, akhirnya mereka kembali membicarakan tentang pernikahan nantinya.
Sementara Zevanya langsung mengajak Senin keluar dari Restoran, dia mendorong pelan kursi roda Senin menuju belakang restoran.
"Mas mau duduk dipinggir kolam?" ternyata ada kolam air hangat di taman belakang restoran, ternyata keren juga nih resto.
Senin mengangguk, dia menatap kakinya yang tak lagi bisa digunakan, selamanya, jadi dia hanya akan jadi beban saja selamanya.
"Kamu bisa gendong aku?" tanya Senin.
Zevanya mengangguk sombong, dia ini kuat, beban hidup saja dia sanggup menopangnya. "Bisa dong, Zeva kuat." jawabnya.
Sesampainya mereka di dekat kolam, Zevanya melepaskan sepatu dan kaus kaki dikaki Senin, lalu menggulung celananya sampai lutut, baru menggendong tubuh Senin dengan mudahnya.
"Pegangan Mas."
Senin menurut, dia memegang leher Zeva dan membiarkan wanita itu menggendongnya ala bridal.
Perlahan Zeva melepas sepatunya sendiri, lalu duduk dipinggir kolam dengan Senin dipangkuannya.
"Airnya hangat mas."
"E-eh..i-iya.." Senin malu, biasanya dulu dia yang pangku cewek tapi sekarang malah dia yang dipangku.
"Mas gamau ceritain tentang diri mas?"
Senin mendongak, menatap Zevanya yang masih menanti jawabannya, kemudian Senin menunduk lagi.
"Eum, aku takut nanti..kamu batalin perjodohan kalau aku ceritain.."
"Gak bakal."
"Janji?" Senin mengacungkan jari kelingkingnya pada Zevanya, san gadis itu langsung menyambut.
"Janji."
Senin mengangguk pelan, dia menarik napas panjang dan mulai bercerita.
"Dulu mas itu nakal banget, suka judi, suka minum alkohol, sering banget ngelawan sama Mami." lirihnya sedih, Zeva shock, cowok cengeng ini dulunya nakal? Woah daebak.
Senin menyandarkan kepalanya di dada Zeva.
"Malam itu mas ikut balapan, eh taunya kecelakaan dan kaki mas dilindas lawan, alhasil tulangnya hancur dan gak bisa disatukan lagi. Mau di amputasi tapi mas gamau, jadi dibiarkan saja seperti itu dan didiagnosa lumpuh permanen."
Zevanya menyentil telinga Senin pelan. "Aduh, sakit Zeva.."
"Nakal banget."
"Iya maaf.."
"Mas pasti dulu pakai tindik."
"I-iya.."
Soalnya di telinga Senin ada 5 bekas lubang tindik. "Nakal banget memang."
Senin memilin ujung gaun yang Zeva pakai. "Dipusar Mas juga ada tindik, gak papa kan? Tapi sakit kalau dipegang-ADUH! HUAAAAA SAKIT IHH ZEVA NAKAL!!" Zeva terkikik pelan.
Tadi dia menekan pusar Senin dan memang ada tindiknya, Senin menangis merasa perih dipusarnya.
"Kenapa gak dicabut?" tanya Zeva.
Senin masih menangis. "G-gabisa dicabut..hiks..nanti bolong.." isaknya sedih.
"Ya siapa suruh nindik-nindik."
"Ya maaf huaaaaa jangan ejek lagii!"
"Iya maaf ih, cengeng banget calon suami."
Zevanya gemas sekali, pria ini terlalu menggemaskan sampai-sampai Zevanya suka menjahilinya sampai menangis.
Nampaknya, perjodohan ini tak akan disesali Zevanya sama sekali.
🐤Bersambung🐤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Senin [End]
RomanceDijodohin, ganteng sih iya, anak mami juga, mudah nangis juga sih, softboy pula tuh. Tapi ya ternyata pakai kursi roda Senin Jaya Daraksa, Pria 23 tahun yang taubat setelah kecelakaan parah merenggut kedua kakinya, berandalan yang insyaf itu harus m...