Haloha, buat yg tanya kenapa up nya lama, ya karena aku hiatus 3 minggu😎.
Ya abis ini aku bakalan rajin up lagi kok, tapi tembuskan 300 vote dan 100 komen dulu oke.
~~~~~
Senin kembali merengut, dia kesal, entah kenapa semua membuatnya kesal, hampir semua karyawan di kantor habis dia marahi semua.
Alasannya, karena hari ini dia gamau kerja, tapi Zevanya terus memaksanya dan berakhir di gendong agar Senin menurut.
"Bos-"
"Apa lagi sih!?" Sekretarisnya langsung mundur, duh salah lagi dia kayaknya sekarang. Bos nya lagi gak mood sama sekali buat kerja.
Perlahan, pria muda itu meletakan berkas ke meja Senin dan menatapnya ragu. "Ini ada yang harus Anda tanda tangani." ujarnya pelan.
Senin berdecak kesal, dia meraih berkas tersebut dan mulai membacanya cepat, belum ada 10 menit dia menggebrak meja kerjanya.
Sampai membuat Sekretarisnya kaget sendiri. "Siapa yang mengerjakan berkas ini?" pertanyaan yang mencekam.
Sekretaris muda itu menunduk. "Itu dari Divisi keuangan Pak." jawabnya.
Senin menggertakan giginya pelan, dia tambak mencengkram kuat pena ditangannya.
"Panggil dia kemari, orang bodoh dan licik seperti dia sudah membuatku muak." Sekretaris itu mengangguk cepat.
Untung bukan dia yang dimarahi, huh selamat.
Sesaat setelah sekretaris itu keluar, Senin mengambil ponselnya dan menghubungi Zevanya, dia gabisa nahan kerinduan ini lagi. Asek.
Dering pertama, tak ada respon sama sekali. "Ini, orangnya kemana dah." gerutunya kesal.
Senin terus berusaha menghubungi Zeva sampai 4 kali, dan di panggilan ke 5.
"Assalamualaikum, halo Mas-"
"Kemana aja sih!? Kenapa telepon aku baru kamu jawab!" Zevanya disana mengelus dadanya pelan, kaget cuk.
Suara Senin nyaring juga soalnya, Zevanya meletakan pensil ditangannya lalu memikirkan kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan Senin.
"Aku kan kerja juga Mas Sayang."
"Iya tauu, tapi kenapa gak diangkat teruuuus! Aku capek nungguinnya!!"
Sabar ya Zeva, suami mu jelmaan bocil soalnya. "Iya aku minta maaf ya Mas, gak bakal diulangi lagi."
Senin mengusap air mata disudut matanya, napasnya memberat ditambah bibir yang bergetar pelan, kenapa hal sepele seperti ini saja selalu membuatnya menangis.
"Hiks..aku takut kamunya selingkuh..hiks.." isaknya lirih.
Zevanya diujung sana shock, dia selingkuh? Keajaiban dunia nomor berapa tuh. Zeva saja malas berurusan dengan laki-laki.
Jika tidak dijodohin, mungkin Zeva tak akan pernah menikah nampaknya. "Istigfar dulu mas, kok kamu suudzon gitu sih." rada kesel juga sih.
Senin menunduk, walau tau Zeva tak akan melihatnya. "Astagfirullah, maafin mas..hiks..mas takut Zevaaaaa iih kamu kesini sekarang!"
"Tapi aku kerja."
"Kerjain dari sini aja!!"
"Gak mau-"
"Hiks...aku aduin mamiiii..hiks..huaaaaaaaaaaa."
Sabar ya Zeva, suami ini jelmaan bocil(2).
Zeva menghela napas pelan, gini amat punya suami. "Oke aku kesana 20 menit lagi-"
"SEKARANG!!"
"Kamu jangan ngelunjak ya Mas, aku gak suka disuruh-suruh kayak gini, jangan buat aku emosi." nada suara Zeva dingin sekali, Senin tersentak kaget.
Tangannya sampai tremor mendengar suara dingin istrinya, dia takut..ketakutannya semakin besar kala Zeva mematikan sambungan mereka secara sepihak.
Tatapan mata Senin kosong, dia menunduk pelan menatap ponsel ditangannya.
"Hiks..Zeva marah!!" Senin melempar ponselnya asal dan menangis keras.
PRANG!!
Kenapa disaat seperti ini, Senin tak bisa mengontrol emosinya.
"Hiks..maaf-maaf-maaf..hiks..Zeva maaf Zeva maaf!!" Senin memukul kepalanya dan menangis.
Dia tak pernah merasakan ketakutan yang sebesar ini, dia takut, benar-benar takut karena Zeva baru kali ini marah padanya.
"Zeva maaf..hiks..maaf-maaf..hiks..Zeva maaf..hiks.."
Senin terus menangis dan meminta maaf, ya karena hanya itu saja cara agar dia bisa melepaskan sesak di dadanya.
Ketakutan akan kemarahan Zeva membuatnya sangat ketakutan sampai rasanya dia mau mati saja, terlalu hiperbola memang.
Tapi orang tak akan merasakan dan paham sebelum hal itu terjadi pada orang tersebut.
Mudah mengatakan hal yang terjadi pada orang, tanpa tau rasa dari perasaan orang tersebut yang sebenarnya.
🐤Bersambung🐤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Senin [End]
RomanceDijodohin, ganteng sih iya, anak mami juga, mudah nangis juga sih, softboy pula tuh. Tapi ya ternyata pakai kursi roda Senin Jaya Daraksa, Pria 23 tahun yang taubat setelah kecelakaan parah merenggut kedua kakinya, berandalan yang insyaf itu harus m...