Vote dan komen sesuai kesadaran diri masing-masing.
~~~
Senin mengernyit pelan melihat sosok anak kecil yang berjongkok di dekat mobilnya, siapa bocil jejadian itu?
Perlahan Senin menggerakan kursi rodanya. "Pak Mut, tunggu saya di mobil." ujar Senin memberi perintah pada supirnya.
"Baik Tuan." Pak Mut masuk duluan kedalam mobil.
Kini Senin mendekati bocil asing itu.
"Heh bocil, sedang apa kau disini?" jujur firasat Senin sedikit tak enak saat ini, seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
Bocil itu mendongak, dia mengeraskan tangisannya dan memeluk Senin erat.
"Huaaaaa papaaaaa..hiks..aku takuut paaaa..hiks.." tunggu bentar, otak Senin nge blank secara mendadak mendengar ucapan anak itu.
Papa? Bahkan Zeva saja belum hamil tapi kok udah ada saja yang manggil dia pakai sebutan Papa, mimpi apa halu sih nih bocah.
"Hei lepas! Sembarangan kamu, saya belum punya anak!" sinis Senin sembari melepas pelukan bocah itu.
Bukannya berhenti, bocah itu kian menangis kuat tanpa henti.
Senin mendelik tajam. Apaan sih, dasar bocah freak cibir batin Senin.
Tak lama terdengar suara wanita yang menyerukan nama seseorang, tatapan mata Senin melotot tak percaya.
"Loh Raksa?" sialan ea, kenapa harus ketemu mantan terakhir sih, bremseck sekali.
"Ck, gausah sksd." cibir Senin sembari menjauhi mereka, tapi wanita itu malah menahan kursi roda Senin dan menatapnya penuh kerinduan.
Tanpa malu ataupun segan dia malah memeluk Senin erat. "Aku kangen sama kamu Sa." lirihnya sedih, pura-pura sih sebenarnya.
Senin shock, tanpa babibubebo dia langsung mendorong wanita itu dan bergidik geli, seakan dia baru saja memeluk benda haram sejenis babi.
"Iuw, menggelikan." geli Senin, dia tak mau berlama-lama, itu bisa membuatnya mual karena teringat perlakuan buruk gadis itu padanya dulu.
Padaha sudah lewat, tapi Senin tetap tak bisa melupakan perlakuan jahat gadis itu semasa kuliah terakhirnya sebelum kecelakaan.
Senin hanya tak menyadari, jika pelukan paksa wanita tadi sudah dipotret dan dikirim pada Zeva.
"Hehe, mampus lo cacat." seneng amat bikin rumah tangga orang hancur, dasar pebinor.
...
Rasanya Senin mau peluk Zeva, dia masuk ke dalam rumah perlahan dan menyerukan nama Zelena kuat-kuat.
"ADEK SAYAAAAAANG." tak ada sahutan sama sekali, tumbenan.
Biasanya jam segini Zeva udah pulang kok. Langkah kaki terdengar turun dari lantai 2, Senin mengembangkan senyum manisnya begitu melihat Zeva.
"Sayang!" serunya girang.
Zeva hanya diam, raut wajahnta datar dan ketat sekali, apa nih? Kok Senin jadi takut melihat ekspresi kaku Zeva.
"Kamu kenapa? Gamau peluk aku?" tanya Senin berusaha tetap terlihat tak takut pada Zeva, iya berusaha untuk gak nangis juga.
Zeva masih diam, sial jantung Senin rasanya berdegup semakin cepat.
"Sayang-"
"Lo darimana?"
Deg.
Lemas, ini kali pertama Zevanya menggunakan kata lo gue pada Senin, ini masalah besar.
"A-aku kan baru pulang kerja." cicit Senin dengan tangan yang saling bertautan, dia takut sekali.
Bahunya gemetar pelan menahan rasa takut yang menyerangnya kembali sekuat ini.
"Kerja? Bukan nemuin selingkuhan lo?"
Sontak ucapan Zeva membuatnya mendongak. "Selingkuh? Enggak Zeva! Aku gak selingkuh!" serunya membela diri walau nada suaranya gemetar.
Helaan napas kasar Zeva berikan, dia menunjukan foto yang dia dapat tak lama tadi. "So you can explain to me, whats meaning of this shit picture?" bisik Zeva dingin.
Alah sia brengsek, kenapa jadi gini sih.
"Hiks..Zeva.."
"Jangan nangis-"
"Hiks.."
"Gue gak butuh air mata lo-"
"Hiks..huaaaaaaaa aku gak selingkuuuhhhh!!"
"Halahh."
Yang Zeva perlukan adalah penjelasan, bukan tangisan yang mau bagaimana pun akan terdengar manis ditelinganya.
🐤Bersambung🐤
![](https://img.wattpad.com/cover/294609175-288-k793838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Senin [End]
RomanceDijodohin, ganteng sih iya, anak mami juga, mudah nangis juga sih, softboy pula tuh. Tapi ya ternyata pakai kursi roda Senin Jaya Daraksa, Pria 23 tahun yang taubat setelah kecelakaan parah merenggut kedua kakinya, berandalan yang insyaf itu harus m...