🐤SenZe-12🐤

24.1K 2.6K 106
                                    

Heyo, tembuskan 500 vote dan 100 komen👍

~~~~

Tatapan mata Senin tajam sekali, terlebih saat melihat istrinya itu menyapa Dokter yang bernama Echan disana.

Sedari mereka datang tadi, Zeva sudah disambut dengan pria seusia Zeva yang ternyata adalah seorang Dokter disana.

"Aku kira, kamu masih jadi pasien." celetuk Zeva bercanda, Echan tersenyum lembut.

Dia senang bisa bertemu lagi dengan cinta pertama nya, gadis cantik yang mau menjadi temannya semasa dulu saat dia masih dirawat di RSJ.

"Enggak lah, aku udah sembuh kok, kamu kabarnya gimana?" tanya Echan lembut.

Zeva tersenyum tipis, dia berbalik dan mendorong kursi roda Senin lalu memperkenalkannya pada Echan.

"Aku udah nikah, ini suami aku namanya Senin Jaya Daraksa."

Echan masih mempertahankan senyum ramahnya, jadi gadis pujaannya sudah menikah? Dengan pria cacat? Aaa ini bukan masalah besar.

Echan bisa menyingkirkan pria cacat itu dengan mudah.

"Kalian mau jenguk siapa?" peralihan, Senin tau itu hanya peralihan saja.

Dia menggenggam tangan Zeva dan menciumnya, memberikan tanda pada pria itu kalau Zeva adalah miliknya dan itu mutlak.

Echan nampak tak suka, tapi dia tak bisa merusak image ramah yang sudah dia bangun. "Kami mau jenguk Pasien bernama Biran." sahut Zeva.

Echan mengangguk. "Oke, ayo biar aku antarkan." akhirnya mereka mengikuti langkah Echan menuju kamar rawat Biran.

"Mas kenapa?" bisikan itu mengalihkan tatapan Senin, dia mendongak menatap Zeva diatasnya.

Perlahan dia menggeleng. "Gak papa."

"Yakin?"

"Heem."

"Jujur deh."

Senin mendongak, dia menatap Zeva lekat kemudian tersenyum menggoda istri cantiknya itu. "Pulang nanti, kita main yuk." goda nya tak tau tempat.

Zeva terkikik pelan, dia mencubit pipi chubby Senin lalu mencium bibirnya.

"Main mulu Mas."

"Iiih, iyaaa mau ya?"

"Iyaaaa Mas sayang."

"Yeayyy."

Echan panas btw, dia menahan sesak di dadanya. Tapi dia tak bisa marah karena rencana nya saja belum dia mulai, tunggu sedikit lagi.

Mereka melewati puluhan kamar pasien, sampai akhirnya mereka tiba di kamar paling ujung. Yang terdengar hanya suara tangisan saja.

"Dia tak pernah mau keluar, yang mengurusnya adalah Dokter Zavanya, sepupu jauh kamu Zeva."

Zeva baru tau. "Kenapa dia bisa gila?" tanya Zeva.

"Depresi, istrinya meninggal di hari pernikahan mereka, sebenarnya meninggalnya juga karena dia yang bunuh, istrinya selingkuh dan Biran menembak keduanya saat itu juga."

Zeva ber oh ria, ngeri juga ya.

"Zavaaa."

"Iya?"

"Peluuuk."

Itu sedikit perbincangan yang mereka dengar dari luar.

"Biran dan Zavanya itu mantan kekasih saat SMA, tapi Biran sempat melupakan Zavanya karena kecelakaan, lalu Zavanya pergi ke luar Negeri, dan setelah kembali dia malah mendapat kabar kalau Biran masuk RSJ."

Rumit juga ya hubungan mereka.

"Kalian jadi masuk?" tanya Echan.

Sebenarnya, mereka tak mau mengganggu momen Biran dengan Zavanya. "Kayaknya, gausah. Lain hari saja." sahut Senin datar.

Echan mengangguk. "Baiklah."

Zeva menarik kursi roda Senin, hendak meninggalkan area itu, tapi Echan menahan tangannya sejenak.

"Apa?" Zeva dengan cepat menarik tangannya dari pegangan Echan, kemudian menggenggam tangan Senin dan mengelusnya.

Echan sadar itu, dia masih tersenyum ramah. "Maybe next time, we can meet again." Zeva mendelik tipis.

"I think no, we shall not meet again."

"You think so?"

"Of course."

Echan tersenyum, senyum yang lain dari senyum biasanya. Zevanya tak perduli, dia mendorong kursi roda Senin dan membawanya pergi.

Sudah tau dia apa niat terselubung Echan, jadi dia tak akan tertipu lagi dengan senyum pria itu.

🐤Bersambung🐤

My Spoiled Senin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang