––7 Desember 2812
*DUARRRRRRRRR*
"Hah? Suara apa itu?" gumamku.
Kemudian aku melihat garis di dinding berubah warna menjadi merah.
"Athe, kita tetap di sini..." ucapku menenangkan Athe...
Athe mengangguk mengikuti ucapanku dan duduk di kasur. Aku duduk membelakanginya, punggung kami saling bersandar. Ketika kami bersandar seperti ini biasanya ia akan sedikit lebih tenang.
Lima menit telah berlalu...
"Hei Athe..." Ucapku memecah kesunyian.
"Hm?..." Balasnya.
"Menurutmu dunia luar itu seperti apa..?" Tanyaku padanya.
Sejak dahulu aku selalu penasaran dengan dunia luar, aku ingin melihat apa yang berada di luar sana. Namun itu tidak mungkin, karena tempat ini melarang kami untuk pergi ke dunia luar.
Aku sering mengalami mimpi yang aneh, terutama mimpi tadi siang. Mimpi itu secara berulang kali menghantuiku setiap tahunnya pada tanggal 7 Desember. Pemandangan yang aneh, pakaian-pakaian yang aneh, aku sering melihatnya dalam mimpiku. Tapi aku belum pernah menceritakannya pada siapa pun, kecuali pada Athe.
Memang, cuaca di dunia luar sangatlah ekstrem. Tapi aku yakin, jika aku keluar di malam hari tubuhku akan mampu bertahan. Ya, kau tau, manusia telah berevolusi.
<Lalu bagaimana dengan siang hari?> gumamku dalam hati.
Aku tidak tahu, tapi mungkin kulitku akan terpanggang... Dalam pelajaran dijelaskan, kebanyakan makhluk hidup yang berada di dunia luar adalah nokturnal, mereka akan pergi ke sebuah gua atau menggali ke dalam tanah ketika siang hari dan beraktifitas di malam hari. Sama seperti kami, kami beristirahat dari pagi hari hingga malam hari, kemudian beraktifitas saat malam hari.
Jadi, bersembunyi di dalam gua bukanlah ide yang bagus. Mungkin aku akan bertemu dengan makhluk berbahaya yang tak pernah kutemui.
"Entahlah...," balas Athe.
Kami berdua terdiam kembali.
*DUARRRRRRR*DUARRR*
Kemudian kami mendengar suara ledakan lagi.
“Hei Athe..,” ucapku lagi.
“Hm...?” balas Athe.
“Apa kau akan sedih bila aku mati?” tanyaku pada Athe.
Apa yang aku katakan? Aku menanyakan hal yang benar-benar tidak berguna.
“Tentu saja...,” balasnya padaku.
Entah mengapa, hatiku terasa meleleh ketika ia mengucapkan dua kata tersebut...
“Aku juga...,” ucapku lagi.
“Aku apa?” tanyanya padaku.
“Aku juga akan sedih jika kau mati Athe...,” balasku pada Athe.
Kami mendengar suara langkah kaki. Aku tak tahu jumlah mereka, tapi kami merasakan firasat buruk.
Situasi yang kami rasakan sangat mirip dengan kondisi yang dialami oleh kucing Schrödinger. Persentase keselamatan kami adalah 50-50, 50 untuk regu penyelamat dan 50 untuk sesuatu yang menyebabkan kekacauan di luar sana. Tapi kami masih belum mengetahuinya hingga ‘kotak’ ini dibuka. Sekarang aku mengerti apa yang mereka maksud dengan kondisi superposisi kuantum.
“Kalau begitu berjanjilah...,” ucap Athe padaku.
“Berjanji apa?” tanyaku padanya.
Suara langkah kaki itu semakin mendekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/34686701-288-k32922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Finger [Dipaksa Tamat]
Science Fiction-Sinopsis: Kisah ini bermula pada abad ke-21 dimana ada seorang guru yang sedang mengajar. Guru itu membahas tentang hukum dari pembunuhan, suasana di kelas itu sangatlah damai dan normal. Ditengah pelajaran, guru itu mencampurkan sedikit candaan. "...