#13 Endless Tragedy

280 15 2
                                    


Aku membuka kelopak mataku, di hadapanku Athe yang berwujud bukan manusia berada dalam pelukanku.

Mengapa ...? Mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa kau harus menerima penderitaan seperti ini ...?

Aku termenung seketika menyaksikan kulit Athe yang pucat bagaikan awan, tubuhnya dingin bagaikan es, dan dadanya tak bernafas lagi. Walaupun saat ini langit telah diliputi oleh kegelapan, namun tubuh Athe memancarkan cahaya di setiap pembuluh darahnya.

Kemudian ... aku menyadarinya ....

Sesuatu yang hangat mengalir ke pergelangan tanganku, teksturnya kental dan sedikit kasar. Cairan itu mengalir dari punggung Athe menuju lengan kananku yang sedang memeluknya ....

—Darah ...

Darah berwarna merah mengalir tanpa henti dari punggung Athe. Di sana aku bisa melihat sebuah lubang seukuran kepalan tangan dengan jelas.

Mengapa?! Mengapa kau harus menderita seperti ini ...?!

Aku menatap pergelangan tanganku yang dibasahi oleh merahnya darah Athe, mengingatkanku pada saat ketika aku mengirisnya sendiri demi mencapai ketenangan abadi.

Aku pung mengingat kembali ucapanku pada saat itu—

###

—5 Desember 2812

"Professor Ben ...!" sahutku dengan hormat menyapa professor Ben di koridor.

Namanya adalah Ben, aku tidak tahu nama lengkapnya, tapi ia adalah orang yang begitu baik. Umurnya sekitar 50 tahun, ia memiliki rambut dan janggut yang putih. Semua orang yang ada di sini benar-benar menghormatinya. Bagaimanapun, ia adalah orang terdekat Lord, kudengar.

"Hoo, Castrix. Ada perlu apa ...?" balasnya dengan senyuman, ia benar-benar orang yang ramah.

Kemudian aku berjalan lebih dekat padanya, lalu memberi isyarat pada professor Ben untuk menundukkan kepalanya.

Seketika ia menunduk, aku pun berbisik padanya.

Aku ingin baca buku lagi ..., bisikku dengan lembut.

Professor Ben pun mengangguk lalu mengembalikan posisi tegaknya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi ke ruanganku ..." ucapnya sambil mengangkat jempol.

"Wuhu ...!"

Kami pun berjalan bersama di koridor menuju ruangannya. Aku tidak sabar lagi, kira-kira buku apa yang akan ia bawa dari perpustakaannya?

Aku memang sudah terbiasa membaca buku di perpustakaan, tapi tak semua buku boleh aku baca begitu saja. Dan sebetulnya, aku sudah hampir membaca semuanya itulah mengapa saat ini aku meminta bantuan dari professor.

Di dalam ruangannya, ia memiliki sebuah perpustakaan yang berisi banyak sekali buku-buku yang aneh. Mulai dari buku berisi dongeng tentang para dewa, kehidupan masyarakat, interaksi sosial, filsafat, budaya, dan lain-lain. Biasanya ia memberiku buku secara acak, tapi aku tak pernah bosan membacanya.

Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya kami sampai di depan ruangan professor.

Professor Ben mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya, lalu menggeseknya pada alat scanner yang menempel di dinding. Seketika itu pun bunyi *Tit* terdengar, lalu pintu ruangan professor pun terbuka.

"Silahkan duduk di sana," ucap profesor Ben sambil menunjuk ke arah sofa yang ada di sebelah kirinya.

Seketika aku masuk ke sana, aku kembali dikejutkan oleh pemandangan yang tidak asing itu. Di sekitarku menggantung lukisan-lukisan yang berumur ribuan tahun. Ada yang datang dari zaman Yunani, ada yang datang dari zaman Romawi, ada yang datang dari abad pertengahan, dan lain-lain.

The Cursed Finger [Dipaksa Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang