#4 Reuni

648 38 1
                                    

—X Desember 2812

"Selamat datang di Archaios!" sahut Oraios sambil melebarkan tangannya.

Gerbang perkampungan kami lewati, di dalamnya kulihat bangunan-bangunan sederhana, berbeda dengan yang berada di Sekolah. Kata Oraios, dinding bangunan-bangunan itu terbuat dari susunan bata-bata yang terbuat dari tanah liat dan direkatkan oleh bahan yang disebut semen, yaitu campuran antara kapur dan bahan lain sebagai perekatnya. Atapnya terbuat dari tanah liat pula yang disebut dengan genteng. Meskipun bahan bangunannya sederhana, namun dinding-dinding mereka dihias dengan sangat rapih dan penuh warna. Ada yang ber-cat kuning, putih, biru, hijau, merah dan abu.

Jalan setapaknya sudah diperkuat dengan aspal. Meskipun aku belum pernah melihatnya secara langsung aku bisa tau ini adalah aspal berdasarkan sifat-sifatnya.

 Perkampungan ini tidak begitu besar, mungkin luasnya hanya secuil dari ukuran sekolah. Berpenduduk hanya sekitar 1000 orang, namun kehidupan mereka sudah sangat beradab, bahkan lebih dari yang aku bayangkan.

 Namun, teknologi mereka masih tergolong kuno. Bahan bakar yang mereka gunakan masih berupa gas alam golongan Alkana, berbeda dengan sekolahku yang telah menggunakan gas Hidrogen sebagai bahan bakar. Tapi mereka mengatakan bahwa gas Karbon Dioksida yang dihasilkan dari pembakaran ini bagus untuk kehidupan di hutan.

Meskipun begitu, aku sangat kagum terhadap senjata yang mereka gunakan. Mereka menyebutnya dengan istilah senapan. Konsep kerjanya cukup sederhana, saat mereka menarik pelatuknya, bubuk Messiu yang berada di dalamnya meledak, kemudian memberikan dorongan terhadap peluru yang terbuat dari logam. Peluru tersebut tidak dibuat secara asal-asalan, tapi di sisi-sisi peluru dan bagian dalam laras senapan itu dibuat pola ukiran spiral yang dapat membuat pelru itu berputar setelah terkena dorongan dari bubuk Messiu.

Tapi ada perasaan lain saat aku menginjakan kaki di perkampungan ini. Rasa familiar yang membuatku merasa terganggu. Aku merasa bahwa aku pernah berada di tempat ini, namun memang, banyak hal yang berbeda pula. Mungkin ini hanya perasaan ku saja.

"Hmmm... Castrix, bisakah kau ikut sebentar dengan ku?

Sebelum kau menjadi tamu di tempat ini, ada beberapa persyaratan yang harus kau lakukan." Ajaknya. "K-kau juga nona Cursed Finger." Tambahnya sambil melirik ke arah Koukla.

"Baiklah" Jawabku. "Tapi perlu ku luruskan, wanita ini bukanlah seorang Cursed Finger." Tambahku.

Oraios kebingungan dengan ucapanku.

"Y-Ya, lebih baik kau jelaskan di depan sesepuh." ucap Oraios.

Aku dan Koukla dituntun oleh Oraios ke sebuat bangunan yang agak lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Oraios berbicara pada penjaga bangunan itu, kemudian penjaga itu membukakan pintu tapi, Oraios meminta kami untuk menunggu diluar.

Tak lama kemudian ia kembali kepada kami, dan meminta kami untuk masuk.

*Tuk Tuk*

"Silahkan masuk..." Jawab seseorang yang berada di dalam.

"Kalian berdua duduklah" Kata Oraios.

Kami berdua pun duduk dilantai dengan kaki terlipat. Kemudian kami menirukan gerakan Oraios memberi penghormatan pada seseorang yang berada di balik tirai.

"Jadi, siapa yang kau bawa Oraios?" Kata seseorang yang berada di balik tirai tersebut.

"Baik akan saya perkenalkan.

Pria ini bernama Castrix, dan wanita ini bernama..."

"Koukla" Tambah Kouka.

"Oh, Oh, Castrix ya. Nama yang bagus." Jawab seseorang di balik tirai itu.

The Cursed Finger [Dipaksa Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang