#12 Kebenaran

272 20 3
                                    

Gelap, gelap layaknya langit malam. Kegelapan itu terus masuk ke dalam Athe seakan dipanggil olehnya.

Bintang-bintang yang bersinar mulai kehilangan cahayanya, bahkan bulan pun, yang biasanya hadir menerangi malam, menjadi gelap seakan terjadi gerhana.

Di sana, Castrix hanya dapat terduduk kaku.

Di sisi lain, Lord sedang tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan yang ada di luar. Ia begitu menikmatinya, bagaimanapun ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya.

Sedangkan di sisi yang lain, para Cursed Finger sedang bertarung melawan para hommonculus.

"...." Castrix membisu. Tak ada yang dapat ia lakukan, yang menguasai dirinya saat ini hanyalah ketakutan yang amat luar biasa.

Setelah beberapa saat, kegelapan itu pun telah merasuk sepenuhnya. Di hadapan Castrix, terdapat Athe yang sedang melayang di udara dengan dilindungi oleh bola transparan berwarna hitam.

Di dalam bola tersebut terlihat sebuah sosok yang berbeda dari manusia. Ia memiliki tanduk di kepalanya, mata berwarna hitam, dan sayap yang membentang dari punggungnya. Ya ... itu bukanlah sosok seorang manusia melainkan monster yang mengerikan.

Athe pun turun secara perlahan, ia mendarat dengan kedua kakinya.

"Kakak ..." ucap Athe sambil tersenyum. Itulah kalimat pertama yang ia ucapkan. "Maafkan aku menakutimu ..." tambahnya.

Secara perlahan ia mendekat ke arah Castrix, dan di waktu yang sama Castrix mundur sejauh Athe mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secara perlahan ia mendekat ke arah Castrix, dan di waktu yang sama Castrix mundur sejauh Athe mendekat.

Satu langkah maju. Satu langkah mundur.

Dua langkah maju. Dua langkah mundur.

Terlihat sedikit air mata di mata Athe. Ia terlihat seakan menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Maaf kakak, tapi aku tak bisa menahannya lebih lama lagi—" ucap Athe dengan mata berkaca-kaca, dan seketika itu pun—

Athe tiba-tiba berada di hadapan Castrix.

Bibir mereka bertemu dan Castrix pun tenggelam dalam lautan ingatan.

***

*Clak*

Aku mendengar suara tetesan air.

Suara itu begitu lembut dan menenangkan, membuat pikiranku menjadi jernih dan merasa nyaman.

Kemudian, aku membuka mataku.

Huh, di mana ini?, pikirku.

Aku tiba-tiba berada di tempat yang tak aku kenali. Di hadapanku, aku melihat sebuah bangunan yang memiliki banyak ruangan, bangunan itu berdiri dengan kokoh membentuk sebuah pola persegi. Di tengah bangunan itu terdapat sebuah lapangan yang cukup luas dengan tanah yang telah dilapisi oleh batuan semen berbentuk poligon. Anehnya, aku melihat pemandangan itu dari atas, seakan aku sedang melayang. Tidak ... aku benar-benar sedang melayang.

The Cursed Finger [Dipaksa Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang