PROLOG

51.2K 301 0
                                    

Freya meregangkan tubuhnya. Matahari sudah hampir terbit. Hari ini adalah hari kelulusannya. Ia sudah sangat tidak sabar untuk berangkat ke sekolah. Ia bergegas untuk mandi.

Setelah selesai mandi, ia pergi ke kamar orangtuanya. Ibunya sudah berjanji akan mendandaninya di hari kelulusannya. Tapi siapa sangka ia justru harus mendengar keributan dari dalam kamar.

"Kamu aja yang datang ke acara kelulusan Freya, aku sibuk." Ucap Ardan, ayah Freya.

"Gak bisa. Aku ada jadwal jam 10. Gak mungkin dong aku batalin. Jadwal aku itu lebih penting. Emangnya kamu gak bisa izin setengah hari aja buat temenin Freya? Dia juga anak kamu juga loh." Jawab Aline, ibu Freya.

"Kamu ibunya! Seharusnya kamu yang lebih perhatian soal urusan rumah tangga. Bukannya pergi pagi pulang malem."

"Halah! Kamu juga sama aja. Emangnya aku gak tau kamu sering dugem sama asisten kamu itu. Gak usah ditutup-tutupin lagi."

"Loh kok kamu jadi ngelantur. Gak usah bahas hal yang gak ada sangkut-pautnya."

"Tapi bener kan? Kamu sering dugem kan sama dia?"

"Gak cuma sama dia aja, kok. Karyawan yang lain juga ikut."

Pertengkaran keduanya semakin jelas di telinga. Freya berusaha menahan air matanya. Awalnya keluarganya selalu baik-baik saja. Tetapi akhir-akhir ini ia sering mendengar orangtuanya bertengkar.

Hal ini berawal saat karir sang ibu mulai naik. Aline sering merasa kesepian di rumah karena suami yang seorang pengusaha seringkali lembur, akhirnya ia memutuskan untuk kembali menjadi seorang MUA dan menjalankan bisnis EO nya lagi. Hal itu membuat Aline sangat sibuk. Ardan yang merasa istrinya sudah acuh tak acuh dengan urusan keluarga akhirnya marah. Dan begitulah asal mula semua ini bisa terjadi. Sedangkan Freya hanya bisa memendam semuanya sendirian.

Mendengar keduanya mulai mereda, akhirnya Freya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar orangtuanya.

Tok tok tok

Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Aline sudah berdiri di belakang pintu, sedangkan Ardan tidak terlihat sedikitpun, mungkin sedang di kamar mandi.

"Kamu udah bangun? Mau make up sekarang?" Tanya Aline dengan senyuman lebar, dijawab dengan anggukan kepala Freya.

Wajar saja Freya pandai memendam perasaannya. Orangtuanya juga pandai memainkan drama seolah keluarganya baik-baik saja. Tapi setidaknya Freya tidak harus secara terang-terangan mendengar pertengkaran mereka.

Setelah melalui drama panjang di pagi hari, akhirnya diputuskan Aline yang akan menemani Freya ke sekolah. Aline berusaha membujuk kliennya untuk memundurkan jadwal 2 jam sehingga setidaknya ia bisa menemani Freya walaupun hanya setengah acara. Setidaknya itu tidak terlalu mengecewakan.

Kini acara kelulusan SMA Bina Bangsa sudah selesai dilaksanakan. Freya kini sedang bergabung dengan teman-teman sekelasnya. Sebenarnya Freya mudah bergaul dan mudah disukai orang lain, hanya saja ia terlalu malas untuk berlama-lama. Tapi hari ini adalah pengecualian. Kepalanya sudah penuh dengan masalah tadi pagi, jadi dia memutuskan untuk bergabung dengan teman yang lain.

"Frey, lo ikut, kan?" Tanya Anggita, ketua kelas XII IPA 1.

"Kemana?"

Bukannya menjawab, teman-temannya malah saling pandang satu sama lain. Ia sudah merasa ada yang tidak beres, tapi 'yaudahlah yaa'.

"Kita mau ngerayain kelulusan. Ikut aja, jarang-jarang kan lo ikut acara kita." Rayu Angel, teman sebangkunya. Namanya aja yang artinya malaikat, padahal nakalnya tuh gak ketulungan. Ngerjain malaikat buat nyatet kelakuan dia pokoknya. Gak usah heran anak semacam Freya bisa bergaul sama anak senakal Angel. Freya itu berteman sama siapa aja.

"Ya udah iya. Kapan?" Tanya Freya.

"Nanti malem, gue jemput."

***

Freya memutar-mutar gelasnya. Jujur saja kepalanya sakit mendengar dentuman musik yang sangat keras. Yap, dia sedang berada di sebuah diskotik ternama di Jakarta. Katanya sih diskotik ini punya salah satu teman seangkatannya.

"Ngel gue ke toilet bentar ya." Izin Freya pada Angel.

Setelah Angel mengangguk Freya langsung pergi. Sebenarnya ia hanya ingin tenang sebentar saja. Di sana terlalu ramai dan terlalu berisik. Meskipun mereka berada di ruang privat, tetap saja teman-temannya yang tidak semua ia kenali pun sudah sangat banyak.

Saat berniat untuk kembali, tiba-tiba Freya melihat orang yang ia kenal. Ardan. Ayahnya itu sedang bersama beberapa orang yang ia kenal sebagai kolega sang ayah dan beberapa wanita yang menggelayutinya.

"Papah." Freya berusaha menahan air matanya.

Freya mengikuti Ardan yang terlihat menjauh dari gerombolannya bersama seorang wanita yang adalah sekretarisnya. Ia dapat melihat sang ayah sudah setengah mabuk, tapi kesadarannya masih dapat terjaga.

Ardan membawa sekretarisnya ke belakang bar. Di sana tidak terlalu ramai. Freya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Ardan mencium bibir sekretarisnya, lalu menjilati lehernya, bahkan hingga meremas payudara dan bokongnya.

Freya yang terlalu terkejut sudah tidak dapat lagi membendung air matanya. Jadi benar apa yang dikatakan ibunya pagi tadi. Ia kembali ke toilet untuk menghapus air matanya sebelum kembali ke teman-temannya. Setidaknya ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya saat ini.

"Lo nangis?" Tanya Leo sambil memperhatikan wajah Freya.

Freya tidak memperhatikan pertanyaan Leo. Ia meneguk tequilla yang ada dihadapannya dalam hitungan detik. Tidak lama kemudian kepalanya terasa sakit. Tapi setidaknya tidak sesakit saat melihat ayahnya sedang berselingkuh.

Freya baru pulang keesokan harinya, dan kini ia sudah berada di depan rumahnya. Semalam ia menginap di rumah Angel. Melihat keadaan Freya yang kurang baik, Angel memutuskan untuk membawa Freya pulang. Tapi pagi ini kejutannya lebih besar. Ia mendengar kalimat yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya.

"Kalau gitu kita cerai aja!" Teriak Aline.

"Oke kalau itu mau kamu." Jawab Ardan yang tak kalah keras suaranya.

Freya menghembuskan nafas kasar. Ia sudah bersiap untuk menghadapi situasi ini. Tapi ia masih tidak percaya akan menjadi begini.

***

Be A NaughtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang